8

423 50 0
                                    

Akihiko berjalan memasuki rumah Haruki yang tak terkunci.

“Haruki, gua balik.”

Haruki yang sedang memasak, menoleh kearahnya dan tersenyum.

“Besok lo gantiin duit gua, beli makan malam.”

“Aih..iya iya. Makan mulu yang dipermasalahin. Gua ga se miskin itu.”

Haruki terkekeh, “kali aja dompet lo lagi ga sehat.”

Akihiko tertawa mengejek, “ga ada kisah hidup gua yang seorang polisi jadi kere.”

“iya siap deh, pak polisi.”

Disaat mereka sedang tertawa. Tiba-tiba ketukan pintu terdengar.

Tok tok tok

Cklekk

Haruki terkejut mendapati seseorang tengah menangis didepannya.

“Akihiko disini?”

“Lo siapa? Jangan nangis dulu, bentar.”

Haruki kembali masuk dan menghampiri Akihiko yang sedang bermain ponsel, “ada tamu buat lo.”

Akihiko mengernyit heran lalu keluar.

“Ugetsu? Ngapain lo disini?”

Tiba-tiba Ugetsu memeluknya, “kita gabisa pisah gitu aja!”

Akihiko mengepalkan tinjunya. Ia tidak membalas pelukan itu,
“lepas.”

Ugetsu menggeleng pelan.

Akihiko melepaskan pelukan itu dengan paksa, “mau lo apa? Darimana lo tau gua disini?”

“Gua ngikutin lo dari kantor.”

Akihiko mengusap kasar wajahnya, “lo udah selingkuh didepan gua, sekarang mau lo apa?”

Ugetsu terisak, “maaf.”

“Terus?”

Ugetsu menggeleng pelan, “maaf.”

Akihiko sampai pada batas kesabarannya, “TERUS APA?! LO MINTA MAAF, TERUS GUA SURUH APA?!”

Ia menggenggam pundak Ugetsu dan meremasnya dengan kuat. Ugetsu merintih sambil terus terisak.

“GUA PENGEN BALIK LAGI SAMA LO! GUA CINTA SAMA LO!” Ugetsu menatap Akihiko pada manik terangnya.

Akihiko menunduk. Ia melepaskan genggamannya dan terkekeh, “hah? Cinta? Ga salah denger gua?”

Ugetsu menggeleng tak percaya, “Akihiko...”

Tiba-tiba pheromone kemarahan Alpha menguar di sekitar.

“Dengerin gua baik-baik, Ugetsu Murata. Kita udah ga ada hubungan apapun. Lo yang buat gua kayak gini, jangan bersikap seolah-olah lo korban. Gua ga akan nerima permintaan balikan ataupun cinta lo sampe kapanpun.”

Ugetsu bergetar karena pheromone nya. Hatinya merintih tapi ia tak bisa menghindari kenyataan itu. Ia yang bersalah. Ia yang berselingkuh, tapi ia juga mengharapkan Akihiko kembali.

Haruki yang sedari tadi mendengarkan dibalik pintu, menghapus air matanya lalu menghampiri mereka.

Ia menepuk pundak Akihiko, “Aki, pheromone bukan hal yang digunain buat menyudutkan orang lain kaya gini. Cukup.”

Setelahnya, Akihiko kembali tenang dan hanya menunduk, “sorry, gua bawa-bawa masalah ke rumah lo.”

Haruki tidak membalasnya. Ia menghampiri Ugetsu dan mengecek keadaannya, “lo gapapa kan?”

Ugetsu yang tadinya ketakutan, sekarang menjadi lebih tenang. Ia merasakan aroma yang cukup menenangkan dari Haruki. Aroma lembut seperti jiwa keibuan yang menguar darinya.
Ah, dia faham sekarang. Jelas Akihiko akan lebih memilihnya. Ia Omega dominan yang sempurna.

Ugetsu mengangguk, “gua gapapa, maaf,” ia beralih ke Akihiko yang tidak menatapnya sama sekali, “gua faham, Akihiko. Gua ga akan ganggu lo lagi, terakhir, gua minta maaf.”
Ugetsu membungkuk dan pergi darisana.


###


Haruki dan Akihiko duduk terdiam di sofa. Beberapa menit berlalu setelah Ugetsu pergi, tapi tidak ada yang berniat membuka percakapan. Terdengar helaan nafas dari Haruki dan dia pergi membuat kopi. Setelahnya, ia memberikan kopi itu ke Akihiko.

“Haruki...gua-“

“Cerita kalo lo mau cerita aja, gua ga maksa, itu masalah lo”, Haruki memotong kalimatnya.

Akihiko memijat pelipisnya setelah meminum kopi itu seteguk, “dia Ugetsu Murata. Mantan gua yang gua maksud. Kemarin dia bawa selingkuhannya didepan gua, terus gua minta putus,” kalimatnya menggantung.

“Apa yang harus gua harapin kalo dia udah kaya gitu?” sambungnya.

Haruki hanya terdiam. Ia duduk disamping Akihiko dan menepuk pundaknya menenangkan.
Akihiko merebahkan kepalanya di paha Haruki.

Dengan cepat, Haruki mendorongnya, tapi tangannya ditahan, “gua gabisa tidur nyenyak akhir-akhir ini.”

Akhirnya Haruki hanya diam dan membiarkannya. Akihiko mulai terlelap. Haruki menatapnya, mengusap kepalanya pelan lalu mengeluarkan sedikit pheromone penenangnya.

Ia melihat Akihiko yang terlelap dan berbisik, “lo tau? Gua gabisa sok kuat kaya gini. Gua sakit hati sama semuanya. Gua suka sama lo, Aki.”

Setelahnya, ia membanting kepalanya ke belakang dan melihat langit-langit apartment nya.

Air mata mengalir perlahan dari ujung matanya, “gua cinta sama lo. Tapi gua tahan semuanya. Gua lebih ga suka kalo lo gak berdaya kaya gini.”

“Gua mau berdoa sesuatu, tapi gua bingung. Gua harus berdoa untuk lo atau hati gua. Gua gabisa milih. Gua gabisa maju atau mundur,” isakannya semakin kuat.

Haruki menggigit bibirnya dan menutup wajahnya.
Tanpa ia ketahui, Akihiko menyipitkan kedua matanya yang berkaca-kaca. Dia merasa sangat brengsek sekarang.

[✓] FamiliarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang