15

565 40 0
                                    

Uenoyama berhenti dan melihat kebelakang, “loh, pada kemana?”

Mafuyu menunduk canggung, “mungkin mereka mau ngomongin sesuatu?”

Uenoyama mengangguk dan lanjut berjalan, “yaudah, tinggal aja.”

“mereka sebenernya pacaran ga sih?” lanjutnya.

Mafuyu menggeleng pelan, “gua juga ga faham.”

“Gua ga akan ikutan berduka cita kalo Hiiragi diambil orang gara-gara Shizu gak gercep.”

Mafuyu menatap lurus dan tersenyum, “ga akan terjadi.”

Uenoyama mengikuti arah pandangnya, “setuju sih.”

Mereka duduk di sebuah bangku taman. Mafuyu sibuk memainkan permen kapas yang tersisa setengah.

“Bentar lagi kembang api, kayanya jelas liat dari sini”, ucap Uenoyama setelah mengecek ponselnya.

Mafuyu mengangguk, “mm.”

Uenoyama menggaruk tengkuknya, “Mafuyu.”

“...hm?”

“.....kenapa waktu itu, lo ngajuin diri lo ke polisi padahal lo bukan penyebab kematian yuki?”

Mafuyu terkesiap. Ia terdiam untuk waktu yang lama. Ia ingin menceritakan semuanya karena mungkin ia cukup percaya pada Uenoyama. Semua itu tak lain karena rasa cintanya pada Uenoyama. Ia tidak ingin menyimpan ini sendiri lagi, tapi dia merasa sakit setiap kali mengingat hal itu.

Mafuyu mengambil nafas panjang, “Waktu itu, festival musim panas. Festival musim panas yang gua rayain sama Yuki untuk pertama kalinya setelah kita masuk SMA.”

“Gua suka sama dia dari kecil. Lo tau hal itu kan?”

Uenoyama mengangguk.

“....dia tau itu.”

Uenoyama menelan saliva nya susah payah. ‘Terus apa tanggapannya?’ batinnya.

“Gua ga tau seberapa lama dia tau tentang itu. Di festival waktu itu, dia bilang semuanya. Tapi, entah kenapa, gua ngerasa sakit hati.”

“Kalau dia udah tau semua itu, kenapa diem aja? Kenapa dia ngebiarin gua berjuang sendirian? Itu yang gua pikir. Saat itu juga, gua ngerasa mungkin dia gabisa bales perasaan gua. Itulah kenapa dia diem selama ini.”


###


Yuki berdiri disamping Mafuyu yang melamun.

Ia menepuk pundak Mafuyu, “Hoi, jangan ngalamun, nanti kesambet roh gunung.”

Mafuyu hanya terkekeh. Yuki duduk disampingnya dan meminum coklat panasnya.

“Mafuyu.”

“hm?”

“Mafuyuuu.”

“Iya.”

“Mafuyu Mafuyu Mafuyuu.”

Mafuyu menatap datar kearah Yuki.

“hehe, cuma mau manggil.”

Mafuyu kembali menatap lurus. Yuki menghabiskan coklat panasnya dalam sekali teguk. Ia kembali menatap Mafuyu, “oi.”

Mafuyu menghela nafas, “kalo mau main-main lagi, ga akan gua respon.”

Yuki tersenyum, “engga deh. Liat gua sini.”

“Prank apa lagi?”

“Bukan prank. Serius, liat sini dulu dehh~”

Mafuyu menoleh, “apa?”

[✓] FamiliarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang