Bab 1 : Leiza Indrawiguna
"Semesta itu tempat bagi mereka yang kuat dan sanggup menahan luka."
- Leiza.ʕ'•ᴥ•'ʔ
Tin... Tin....
Suara klakson mobil hampir saja membuat gadis berhoodie hitam itu terjatuh sebab terkejut. Untung saja gadis itu mampu mengontrol degup jantungnya.
Dengan kikuk Leiza, nama gadis berhoodie itu membungkuk sambil mengucap kata maaf berulang kali.
Karena kecerobohannya ia hampir saja tertabrak mobil.Leiza harus berlari pagi pagi begini sebab dia sudah kesiangan. Ini hari Senin, siapa yang tidak was-was jika jam sudah menunjukan pukul 06.54, sedangkan gerbang sekolah ditutup tepat pukul 7.
Jarak dari rumah ke sekolah memang tidak jauh, hanya berjarak 400 meter saja, tapi Leiza harus berjalan kaki untuk sampai di sekolah. Alhasil setiap kali ia bangun terlambat ia harus rela tiba di sekolah dengan keadaan berkeringat.
"Semoga Pak Udin gak tutup gerbangnya dulu." ucap Leiza sambil melirik arloji yang bertengger di lengan kirinya.
Satu menit waktu tersisa, Leiza sudah sampai di depan gerbang sekolah SMU Cakrawala. Dengan peluh dan nafas yang ngos-ngosan.
"Aduh, hampir dek Leiza kesiangan! Ayo masuk! Bapak mau tutup gerbangnya." Pak Udin, selaku penjaga keamanan sekolah itu menegur Leiza.
"Iya, Pak. Makasih, Leiza masuk ya!" balas Leiza ketika sudah selesai mengatur nafas.
Kembali dengan langkah cepat Leiza menyusuri koridor menuju kelasnya. Banyak tatapan mata yang tertuju pada dirinya, semua tatapan itu mengartikan rasa penasaran mereka pada gadis berhoodie itu.
Leiza mengabaikan semuanya, ia mulai menundukkan kepalanya serta memakai topi hoodienya. Hal yang biasa Leiza lakukan setiap harinya di sekolah.
Ruang kelas 11 IPA 3.
Leiza segera memasuki kelasnya dan langsung duduk di bangku. Tidak ada sapaan hangat untuknya, semua teman sekelasnya tahu siapa Leiza dan seperti apa Leiza. Selama 2 tahun satu kelas dengan Leiza mereka hanya mengetahui gadis itu adalah gadis yang tertutup dan sangat misterius.
Mungkin hanya satu orang dikelas ini yang senantiasa mengajak Leiza berbicara. Dia adalah Gabriela, gadis berponi dengan senyum yang indah.
"Leiza!!" teriak Gabriela begitu memasuki ruang kelas. Seluruh atensi mengarah pada gadis berponi itu.
"Apa Lo? Liatin gue segitunya?" protes Gabriela pada sang ketua kelas yang menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hahaha : Izinkan aku menangis
Teen Fiction- Ketika ikhlas adalah bohong - Apa perempuan gila seperti aku pantas untuk dicintai? -Leiza Aku mencintai kamu sederas hujan, tapi kamu malah berteduh untuk menghindar. -Naoki Aku tidak ingin melihat dunia yang didalamnya tidak ada kamu. -Keiza Ora...