Bab 4 : Dia dan dunianya

61 4 0
                                    

Bab 4 : Dia dan dunianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 4 : Dia dan dunianya

"Kalau permainanku kurang menarik untukmu, biarkan aku membuatmu terpukau oleh pesonaku."

- Daffa.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

Suara gemuruh dari para penonton pertandingan voli itu membuat suasana semakin ramai. Ada yang membunyikan drum kecil, terompet dan lainnya. Mereka semua berteriak menyemangati para pemain dari sekolah mereka. Hari ini diadakan pertandingan persaudaraan yang hanya diikuti oleh enam sekolah swasta dibawah pimpinan direktur yang sama. Dan SMA Bina Bangsa termasuk salah satunya serta di tahun ini SMA Bina Bangsa lah yang menjadi tuan rumah.

Pertandingan yang tengah berlangsung antar grup c - Bina Bangsa vs Pancasila - itu semakin riuh kala set point didapat oleh SMA Bina Bangsa.

Ini adalah set ke-4, dengan kedudukan 2 - 1. Voli dengan diketuai Alvian itu memimpin hingga saat ini.

Wasit meniup peluit, diikuti oleh Sabian yang melakukan jump serve mengincar posisi lima lawan yang terlihat kosong, namun sang Libero berhasil menangkap bola. Hal itu membuat lawan dengan cepat melakukan serangan, seseorang melompat untuk melakukan smash namun kembali berhasil diblok oleh SMA Bina Bangsa, keadaan berbalik sekarang Bina Bangsa mulai menyerang.

"Al! Jump!" Sabian berteriak kala menerima bola dari lawan.

Sabian melempar bola kearah Alvian, namun sayangnya bola itu terlalu tinggi untuk Alvian dapatkan, hingga tiba-tiba saja dari bagian belakang Daffa melompat, ia melakukan back attack dengan sangat cepat.

Wasit meniup peluit, pertandingan akhirnya selesai karena serangan yang Daffa ciptakan. Bina Bangsa berhasil lolos ke semi final.

"Lumayan juga, SMA Pancasila makin jago mainnya." Ujar Alvian sambil menyalami para pemain dari SMA Pancasila.

"Binsa juga makin jago, selamat." Balas salah satu pemain.

Akhirnya mereka kembali ke ruang ganti pemain. Sabian langsung menidurkan dirinya dilantai, Alvian yang mengelap keringat, dan yang lainnya sibuk mengatur nafas. Sedangkan Daffa, lelaki itu malah sibuk dengan ponselnya.

"Ngabarin ayang ya?" Sabian berujar dengan mata tertutup. Posisi rebahannya terlentang dengan kedua tangan dan kaki yang dibuka lebar.

Daffa melirik kebawah dimana Sabian rebahan. "Kepo amat." Cerca Daffa.

"Sirik dia, gak punya ayang!" Alvian melempar handuk kecil tepat pada wajah Sabian.

Hahaha : Izinkan aku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang