Bab 3 : Aku, Kamu dan Musik

65 4 0
                                    

Bab 3 : Aku, kamu dan musik

"Jika alunan nada bisa membuatmu tersenyum, maka izinkan aku untuk menjadi melodi yang abadi."

- Naoki.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

Gadis berambut panjang dan senyum tipisnya tengah menatap seseorang didepan sana. Telinganya mendengar suara yang mampu membuat hanyut batinnya. Dilihatnya jari jemari Naoki yang tengah bergerak syahdu pada pianonya.

Ruang seni musik menjadi ruang yang hanya bisa dikuasai oleh anggota ekstrakulikuler musik. Hari Rabu adalah jadwal ekskul musik latihan rutin. Beranggotakan 24 orang dari tiga angkatan karena memang ekskul ini tidak terlalu banyak diminati, namun selalu berhasil mendapat penghargaan dari tiap perlombaan yang mereka ikuti secara mandiri tanpa bantuan pihak sekolah.

Naoki menyudahi permainan piano nya, laki-laki yang memiliki gelar ketua ekskul itu membungkuk dengan khidmat -mengucapkan terima kasih.

"Apa yang kalian rasain waktu mendengar nada Canon in D Major yang baru gue bawain?" Lelaki berponi belah dua itu memandang satu persatu anggotanya.

"Romantis, gue kaya ada diacara wedding dream gue deh," ujar salah seorang anggota dengan bandana dikepalanya.

Naoki mengangguk. "Ada lagi?" Tanya lelaki itu lagi seolah tidak puas dengan jawaban sang anggota.

"Tapi kan simfoni ini emang banyak dibawain di pesta pernikahan, kesannya sakral." Lagi seorang anggota seniornya bersuara.

Yang lain ikut mengiyakan. Membuat suasana didalam ruangan yang hanya berukuran 5x4 itu riuh.

"Canon D ditulis kisaran tahun 1680 oleh Johann Pachelbel. Musiknya jadi salah satu alunan yang tergolong sangat mudah dikenali, itu sebabnya musik ini banyak sekali dipakai untuk iringan acara besar dan dipakai sebagai tema dalam film. Tapi kalau kalian lebih menyelami lagi, makna yang kalian dapat bakal lebih dalam," dengan nada tegas Naoki bersuara, kembali membuat suasana yang riuh kian meredam.

Lelaki itu kemudian melirik gadis berhoodie yang sedari tadi hanya diam menyimak dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku hoodienya.

"Mungkin violinist disana bisa jelaskan?" Lengannya dengan sopan menunjuk pada keberadaan Leiza.

Mau tak mau membuat semua kepala langsung menoleh kearah gadis itu.
Leiza yang tiba-tiba mendapat perhatian langsung menegang. Ditatapnya Naoki yang malah mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum lebar.

Semua anggota terdiam, menunggu Leiza untuk bersuara.

Sedangkan Leiza, gadis itu tengah mencoba mengatur nafasnya. "Canon D Major, juga bisa menggambarkan kepedihan," ia menghela nafas sebentar kemudian kembali menatap wajah Naoki.

"Musik itu tergantung pemain, karena hanya dia yang mengerti emosi apa yang sedang ia keluarkan dalam alunan melodi dari alat musiknya." Jelas Leiza.

Semua orang disana saling lirik, mereka merasa setuju dengan gadis itu.

"Kenapa Lo bisa bilang kalau nada ini bisa menggambarkan kesedihan?" Suara berat khas cowok maskulin itu membuat kepala Leiza menoleh ke sisi kiri. Dipojok kiri sana terdapat Betran, senior sekaligus mantan ketua musik.

Hahaha : Izinkan aku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang