15. D-1

107 28 0
                                    

- 🌼 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 🌼 -

Besok adalah hari keberangkatan Keenan ke Jerman. Dari kemarin, wajah laki-laki itu terlihat sangat sedih dan lesu.

Bukannya tidak sadar dengan ekspresi anaknya itu, hanya saja Maira tidak bisa melakukan apapun supaya anaknya itu tidak merasa sedih lagi.

Setelah tempo hari lalu, dimana Keenan dan Aluna menghabiskan waktu seharian di mall, sampai detik ini gadis itu tidak memberinya kabar sama sekali.

Saat disekolah pun, Keenan tidak bertemu dengan gadis itu padahal ia sudah menunggu Aluna didepan gerbang sekolah. Bertanya pada Juan yang Keenan dapatkan bukanlah jawaban yang ingin ia dengar.

Bertanya kepada beberapa teman Aluna, tak juga Keenan tahu dimana keberadaan gadisnya itu. Apa Aluna lupa kalau besok ia sudah berangkat ke Jerman?

"Ma, Aluna kok gak ngabarin Keen, ya? Dua hari ini Aluna menghilang gak ada kabar. Apa jangan-jangan dia lupa besok Keenan udah berangkat?" tanyanya.

Laki-laki itu tertidur dengan paha Maira sebagai bantalnya. Maira tersenyum sembari mengusap lembut kepala anak sulungnya.

"Mungkin Aluna butuh waktu sendiri sekarang. Kamu aja gak mau jauh dari Aluna, apalagi dia. Mama yakin, sebentar lagi Aluna pasti dateng. Kamu sebaiknya kemasi barang-barang kamu."

Keenan menggeleng. Wajahnya merengut lucu. "Males banget kalau gak dibantuin Aluna. Padahal tangan Keenan masih sakit, seharusnya kan dia dateng, bantuin Keenan kemas barang." rajuknya.

"Dasar manja! Kok kamu akhir-akhir ini jadi manja, sih? Kemana perginya Keenan mama yang selalu cuek dan dingin sama orang lain? Bahkan sama mama sendiri aja kamu dingin banget waktu itu."

"Maaf ya ma, selama ini Keen udah bersikap gak baik sama mama. Habisnya itu udah sifat Keen dari kecil. Semenjak Keen kenal sama Aluna aja Keen jadi manja gini. Gak boleh emang, ma?"

"Ya, boleh dong, sayang. Siapa yang larang." Maira memberikan jeda pada ucapannya. Ia mendongak ketika air matanya hendak jatuh ke wajah anaknya itu.

"Mama nangis?" tanya Ieenan yang menyadari kalau Maira akan menangis. Suara wanita itu sudah terdengar parau.

"Iya. Mama gak nyangka anak laki-laki mama sekarang udah besar. Udah mau kuliah keluar negeri, jauh dari mama. Gimana mama gak nangis?"

Keenan bangkit dari posisi berbaringnya. Ia meraih jemari sang mama dan menggengamnya begitu erat. Sedikit meringis kala merasakan ngilu pada lengan kirinya.

"Nanti kalau kamu udah di Jerman, jaga kesehatan kamu. Jangan lupa makan, kamu sering banget ngelewatin jam makan malam kamu. Mama gak suka."

pacar, lee taeyong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang