O1. Bolos

244 39 10
                                    

"Juan! Mana buku gue yang semalem lo pinjam! Balikin, gak?! Kalau gak lo balikin sekarang, gue bakar sempak spiderman lo ya!"

Suara cempreng nan berisik Aluna terdengar keseluruh penjuru rumah berlantai dua tersebut. Korban berjalan dengan kaki yang sengaja ia hentak-hentakkan kelantai, menghampiri tersangka yang sudah membuat buku kesayanganya hilang.

Kalau di tv, biasanya akan terlihat asap yang keluar melalui hidung dan telinga mereka kalau mereka tengah marah, begitu juga dengan Aluna.

Wajah cantiknya memerah menahan amarah, kedua tangan terkepal kuat, mulutnya tak berhenti merapalkan sumpah serapah untuk adik tersayangnya itu.

Sedangkan dilantai bawah, Juan—si pelaku yang membuat buku kesayangan Aluna menghilang menelan ludahnya dengan susah payah.

Atmosfer disekitarnya tiba-tiba berubah mengerikan, Juan membasahi bibir bawahnya, melompat-lompat kecil sembari meninju-nunju angin. Seolah ia sudah siap menghadapi sang kakak yang tengah emosi.

"Juan, bangsat!" umpat Aluna dengan suara lantang.

Nyali Juan seketika menciut, keberanian yang sedari tadi ia kumpulkan dan pertahankan mendadak hilang entah kemana. Digantikan dengan tatapan takut hanya karena melihat wajah marah sang kakak.

Mampus gue! Pikirnya.

"Kak, kenapa, sih? Masih pagi loh ini, gak boleh marah-marah apalagi teriak kayak tadi. Sayang kan tetangga yang mau mesra-mesraan jadi keganggu cuma karena suara jelek kakak."

Memang dasar Juan, bukannya membuat amarah sang kakak mereda, malah membuat Aluna semakin ingin mencekik adiknya sekarang.

Aluna menarik nafasnya dalam-dalam, kalau bukan karena waktu mereka tinggal sedikit, Aluna pastikan Juan tidak akan bisa melihat dunia lagi besok.

"Mana buku gue, Juan?" tanyanya, kali ini dengan nada yang sangat lembut.

Juan menampilkan senyum andalanya, kedua matanya bahkan nyaris tidak kelihatan. Mungkin dimata orang lain senyuman Juan itu sangat manis, tapi tidak bagi Aluna. Tidak manis sedikitpun! Ingat itu!

"Gak usah sok imut! Mana buku gue? Jangan bilang kalau buku gue hilang, awas aja ya kalau sampai hilang, masa depan lo juga bakalan hilang selamanya!"

Gluk!

"Ya Tuhan, kalau Juan mati hari ini, terus dikasih kesempatan hidup sekali lagi, Juan gak apa-apa deh hidup jadi batu aja." gumamnya.

"Kak," ucap Juan sembari meraih lengan Aluna dan mengusapnya pelan, "Dari lubuk hati Juan yang paling dalam, Juan tuh gak bermaksud buat buku kakak hilang. Beneran! Demi sempak spiderman kesayangan Juan, deh! Semalam, entah kenapa Haikal tiba-tiba nyenggol tangan Juan dan buku kakak gak sengaja jatuh kedalam kolam. Juan beneran gak sengaja, kak. Juan minta maaf, ya?" bujuknya.

Aluna terdiam membisu. Apa tadi? Bukunya terjatuh kedalam kolam? Buku kesayangannya? Jatuh? Ke dalam kolam? Basah?

Juan benar-benar merapalkan doa didalam hatinya, melihat Aluna yang hanya diam tanpa menunjukkan reaksi apapun membuatnya merasa takut setengah mati.

"Sayang! Semalam gak dapet jatah, masa pagi ini juga gak dapet, sih! Sayang!"

Aluna menoleh, begitupun dengan Juan. Tepat ditangga rumahnya, Pandu memeluk erat Sonya dari belakang. Mengendus leher jenjang wanita itu tanpa peduli keadaan disekitarnya. Bahkan Juan sampai tak berkedip.

"Sayang, ih! Lepas! Kasian anak-anak udah nungguin kita dibawah daritadi." ujar Sonya sambil berusaha melepaskan kedua tangan Pandu yang melingkar sempurna di pinggangnya.

pacar, lee taeyong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang