16. Bye-bye, bayi!

122 23 9
                                    

Tubuh jangkung Aluna bersandar pada sebuah tembok. Dadanya naik turun begitu cepat seiring dengan hembusan nafasnya yang terdengar berderu.

Seragam sekolahnya basah dengan peluh keringat. Hanya tinggal beberapa langkah lagi, maka Aluna bisa bertemu dengan Keenan sebelum laki-laki itu masuk kedalam pesawatnya.

Aluna bolos dari kelas karena Pak Is tidak mengijinkannya untuk keluar. Lelaki tua yang menyandang status sebagai guru matematika itu memang sangat tegas.

Izin pergi ke toilet saja seperti meminta izin kepada pejabat negeri, sangat sulit. Aluna bahkan harus membuat sedikit kekacauan agar bisa kabur dari kejaran lelaki mengerikan itu.

"Kakak!" panggilnya kencang kala manik matanya menangkap sesosok laki-laki yang tengah duduk dikursi tunggu.

Keenan mengalihkan seluruh atensinya dari ponsel kala mendengar suara Aluna. Maira dan Andika membelalak kaget saat mendapati keberadaan gadis itu.

"Luna," gumam Keenan.

Aluna datang dan langsung saja berhambur memeluk tubuh tinggi kekasihnya itu. Sedikit terisak ketika mengingat kalau sebentar lagi keduanya akan berpisah begitu jauh.

"Hei, kamu kok kesini? Masih jam pelajaran loh ini, Na." ujar Keenan sembari mengusap lembut punggung gadisnya.

"Aku kabur dari kelas. Habisnya kesel sama Pak Is, masa mau izin keluar sebentar aja gak boleh." jelasnya dengan sedikit terisak.

Keenan tersenyum. Setelahnya ia menatap kedua orang tuanya lekat. Keenan melepas pelukan Aluna dan memegang pundak gadis itu dengan sebelah lengannya.

"Kan aku udah bilang semalam, kamu jangan suka bolos lagi. Nanti kalau mama kamu tau, dia bisa marah."

Aluna merengut lucu, "Males. Aku mau ketemu sama kakak sebentar aja, habis ini aku balik ke sekolah lagi, kok."

Keenan mengangguk. Jemarinya beralih untuk mengusap pucuk kepala sang gadis.

"Sebentar lagi aku mau pergi, inget pesen aku semalam. Jaga kesehatan kamu disini, kalau lagi datang bulan jangan makan yang pedes-pedes. Gak boleh makan ice cream malam-malam. Gak boleh keluar kalau bukan Juan atau temen aku yang temenin. Jangan bolos belajar lagi, gak baik, ya?"

Aluna hanya mengangguk. Setelahnya kembali terisak. Sangat berat ketika kita harus berpisah dengan orang yang begitu kita sayangi.

Bahkan, saat Sonya dan Pandu pergi tanpa menunggunya pulang, Aluna menangis seharian dibuatnya.

Sudah beberapa minggu berlalu, namun sampai detik ini baik Sonya maupun Pandu belum ada yang menghubunginya sama sekali.

Rasa sedih Aluna kian bertambah setelah kepergian Keenan hari ini. Ia sudah kehilangan tiga orang yang begitu berarti untuknya.

"Kakak juga jaga kesehatan. Belajar yang rajin biar cepet lulus terus bisa balik cepat. Jangan lama-lama disana."

"Siap, pacar!" ucap Keenan.

Aluna terkekeh, kemudian kembali memeluk tubuh Keenan. Kali ini, air matanya ia tahan sekuat tenaga agar tidak tumpah.

Suara pemberitahuan keberangkatan terdengar menggema keseluruh penjuru bandara. Pelukan keduanya merenggang. Mereka saling menatap satu sama lain dengan senyum manis yang terpatri diwajah mereka.

"Aku pamit dulu, ya?" ucap Keenan begitu lembut dan dibalas anggukan kepala oleh Aluna.

"Ma, Pa, Keen pamit dulu. Bilang sama Jihan kalau Keen minta maaf karena gak sempet pamitan sama dia."

pacar, lee taeyong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang