18. Kejutan - ending

144 31 15
                                    

Aluna berdiri mematung diambang pintu seraya menatap ke arah ruang tamu dimana Sonya dan Pandu sudah menunggunya. Tubuhnya mendadak kaku. Seolah-olah ada seseorang yang menahan tubuhnya agar tidak bergerak barang sedikit pun.

Sonya tersenyum begitu lembut kearahnya. Air matanya sudah jatuh dan membasahi kedua pipinya. Aluna masih belum bergeming. Fungsi otaknya bekerja sangat lambat saat ini.

"Kak, mama udah pulang. Gak mau peluk? Katanya kangen," Juan menghampiri sang kakak yang hanya terdiam diambang pintu.

Ia tau bagaimana perasaan Aluna sekarang. Gadis itu pasti kaget dan tidak percaya kalau Sonya dan Pandu sudah kembali.

Sama sepertinya tadi. Juan juga kaget saat mendapati kedua orang tuanya sudah ada diruang tamu. Sangat mendadak sekali.

Juan hendak meraih pergelangan tangan Aluna dan membawanya mendekati Sonya, namun gadis itu tiba-tiba saja terduduk dilantai. Air matanya menetes dengan deras.

Aluna terisak. Sonya segera menghampiri putrinya yang sudah sangat lama ia tinggalkan. Merengkuh tubuh jangkung Aluna, Sonya juga ikut terisak.

Begitu pilu tangis Aluna. Rindu yang selama ini ia pendam akhirnya terbalaskan. Kedua orang tuanya sudah kembali.

"Kenapa mama lama disana? Mama janjinya cuma beberapa bulan, kenapa mama malah pergi bertahun-tahun? Aluna kangen mama. Aluna butuh mama disini. Aluna wisuda tapi mama juga gak dateng. Aluna kecewa sama mama. Kenapa mama jahat sama Aluna?" Aluna mencurahkan semua keluh kesahnya sembari memukul punggung Sonya.

Sonya mengusap punggung Aluna mencoba menenangkan anaknya itu. Sonya tau ia salah karena pergi selama bertahun-tahun, tapi pekerjaanya memang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

"Maafin mama sayang, mama memang jahat. Maafin mama, ya?"

"Jangan pergi lagi, Aluna gak mau jauh dari mama. Mama jangan pergi lagi, jangan tinggalin Aluna."

"Iya sayang, mama janji gak akan ninggalin kamu lagi. Maafin mama, ya?"

Aluna mengangguk. Jemari lentik sang mama mengusap air matanya begitu lembut. Pandangan Aluna kini beralih kearah Pandu yang menatapnya sendu.

"Papa gak mau peluk Aluna? Papa gak kangen sama Aluna? Papa jahat, Papa lupa sama ulang tahun anak Papa sendiri." ujar Aluna.

Pandu menghela nafas pelan. Langkah kakinya tertuntun kearah sang anak dan Sonya yang masih saling memeluk satu sama lain. Pandu memeluk keduanya, tak lama ia juga ikut menangis. Merasa bersalah dan tidak berguna sebagai kepala keluarga.

"Maafin Papa juga, ya? Sebenarnya Papa ingat sama ulang tahun kamu, tapi Papa terlalu sibuk buat beliin hadiah buat kamu. Papa minta maaf."

Aluna tersenyum, tangannya beralih memeluk sang papa tak kalah erat.

"Ini udah jadi hadiah yang terbaik buat Aluna. Dengan adanya Mama sama Papa disini udah cukup buat Aluna seneng. Sekarang keluarga kita udah lengkap lagi, ditambah sekarang kita punya anggota keluarga baru."

Juan tersenyum, ia menarik lengan Lia dan membawa gadis itu mendekat. Keduanya ikut bergabung bersama Aluna. Mereka saling berpelukan melepas rindu.

Tanpa disadari, Lia menangis. Ia bahagia karena keluarga Juan begitu baik mau menerimanya. Baru kali ini ia merasakan kehangatan sebuah keluarga. Sangat berbeda dengan keluarganya yang dulu.

Berbicara tentang keluarga Lia, beberapa bulan yang lalu Ibu Lia meninggal karena terlibat kecelakaan. Wanita itu mengemudi sambil mabuk-mabukan bersama laki-laki simpanannya. Ayahnya berada di penjara karena tidak sengaja membunuh rekan kerjanya.

pacar, lee taeyong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang