Natharazka Obsession

2.4K 85 6
                                    

"Ah.. terulang lagi, ya tuhan kapan aku bahagia?"
•••

"Tsk! Pakek hujan segala!" Gerutu Haikal yang berkali-kali mengelap hidungnya.

Alger tak menyahut dia sibuk menatap derap hujan yang turun dengan serempak.

Tangan kanannya mencengkram sabuk pengaman dengan erat, sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk menopang dagu.

"Alger, lo benci hujan nggak?" Tanya Haikal basa-basi, dari pada sepi dan membuat dia jenuh mending ngajak ngobrol kan?

"Ba–

"Kalau gue sih nggak benci, karna hujan tu AC alami yang dingin banget terus bikin nyenyak tidur," srobot cowok itu yang dibalas dengusan.

Haikal menoleh sekilas sembari tertawa ringan, "Btw rumah lo jauh banget deh Al–

"Jangan panggil gue Al! Panggil nama gue langsung," perintah Alger tegas.

"Lah kenapa? Aira boleh panggil lo Al kok gue enggak?" Tanya Haikal tak terima.

"Lo sama Aira beda tolol!" Maki Alger kesal.

"Iya deh iya! Jawab dong, kenapa rumah lo jauh banget?" Ulang nya.

"Gak tau, jangan tanya gue lagi."

"Nyesel gue nganterin lo, ngomong kek, cerita apa gitu biar gue nya nggak bosen!"

Alger menoleh matanya memicing menatap Haikal tak suka,"Elo yang maksa nganterin gue! Kenapa jadi gue yang salah." Alger melepas sabuk pengaman nya, "Turunin gue!"

"Al-Ger astaga ngambekan banget sih lo, diem Ger diem! Jangan buka paska tu pintu!" Cegah Haikal kalang-kabut karna nampaknya Alger nekat akan keluar.

"Istighfar Ger! Semua bisa dibicarakan baik-baik!"

"Lo pikir gue bego mau lompat dari sini nyia-nyiain nyawa gue gitu?"

Bibir Haikal membulat, "Oh? Enggak mau lompat? Padahal maksud gue tadi sambil bilang ' Jangan ' tangan gue dorong lo."

"Gue masih punya janji, nanti kalau udah gue tepati gue bisa pergi sendiri."

•••

Haikal melongo melihat keadaan rumah Alger yang jauh dari ekspektasi nya.

Bukan, bukan karena jelek tapi, karena rumah itu jauh lebih besar dari rumah miliknya.

Bayangkan saja, pagar panjang menjulang tinggi dengan tiga sampai empat penjaga yang berlalu lalang.

Taman membentang luas di pinggir pagar ada pancuran air di tengah-tengah halaman.

"Lo-lo nge–rendah banget ya Ger!" Kata Haikal terbata-bata.

Alger menatap bingung,"Siapa yang nge–rendah?"

"Ya lo lah! Rumah segede ini, lo pulang pergi naik bus? Are you kidding me!" Geram Haikal tak percaya.

"Emang kalau rumah gue gede gue nggak boleh naik bus? Harus banget pamer mobil kaya lo?" Cibir Alger yang di balas cengiran.

"Lo kayak pangeran negri dongeng tau gak Ger."

Alger menatap Haikal tepat pada mata laki-laki itu kemudian dia menolehkan kepalanya belakang.

Menatap rumah itu, "Di dalam sana nggak seindah kelihatannya, Haikal." Gumam Alger yang masih terdengar samar.

Haikal diam, walaupun mendengar dengan jelas dia tidak mau menjawab. Malahan dia memilih pamit pulang.

Alger menatap rumah itu sepenuhnya, sesudah mobil Haikal tak terlihat oleh pandangan nya. Dia tak kunjung masuk.

Natharazka Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang