Natharazka Obsession

1.9K 86 7
                                    

•••

Seusai makan malam, seperti biasanya, keluarga Narendra berkumpul di ruang keluarga.

Itu sudah wajib, walaupun hanya membicarakan seputar kegiatan sehari-hari atau hanya sekedar bercanda ria.

Namun kali ini berbeda, ada sebuah topik yang dibahas dengan serius.

"Alger, ayah dengar dari kakak perempuan mu. Kamu sering keluar malam, apa itu benar?"

Alger yang semula hanya menunduk kini mengangkat pandangan nya, menatap ayahnya dengan tatapan sulit diartikan. Dia melirik sekilas kakak perempuan nya, lalu dengan ragu mengangguk.

"Sering kemana kamu?" Tanya Mahen—Ayah Alger— datar.

"Nggak kemana-mana kok yah, cuma cari angin aja," balas Alger pelan, ciut nyalinya jika berhadapan dengan malaikat–nya.

"Kamu nggak bohong kan Al? Terus mobil kamu kemana? Ayah denger kamu pulang pergi ke sekolah naik bis?" Mahen menatap Alger menuntut jawaban.

Kini kakak laki-laki nya yang menegang, "Anu yah! Alger sering banget keluar malam, jadinya mobilnya aku sita dulu. Ya nggak kak?!" Alibinya.

Mahen mengagguk paham, dia mengelus surai putrinya dengan lembut.

Tubuhnya rileks kala Mahen percaya, bisa gawat kalau ketahuan mobil Alger dia jadikan taruhan balap liar dan dia kalah.

"Iya nggak papa," Mahen menatap Alger yang juga menatapnya, sejenak dia merasa bingung dengan tatapan putra nya. "Alger, ayah tanya sekali lagi. Kamu kemana?"

"Alger cuma cari angin yah!" Kekeh nya.

"Bohong." Sahut perempuan dengan nada tegasnya, dia perempuan yang sedari tadi diam saja.

Alger menoleh, klebatan kilat tajam melintas dimatanya. Oh, rupanya Alger terjebak dalam skenario mereka lagi.

"Maksud mama apa? Emangnya mama pernah liat Alger waktu keluar malam?" Tanya Verdi sengaja mempromokasi.

"Alger kan keluar nya malam-malam banget mah, masa iya mama pernah liat?" Kata Anita sengaja.

Diam-diam Alger menghela nafas, tubuhnya remuk dia hanya ingin istirahat dengan tenang kali ini. Tapi sepertinya malam ini akan lebih panjang.

"Safira, kamu pernah liat Alger dimana?" Tanya Mahen lembut.

"Aku emang nggak pernah liat dia di luar mas, tapi waktu dia pulang ke rumah. Aku liat dia dengan keadaan mabuk." Safira, istri dari Mahen ini sama saja dengan kedua anak bawaannya. Sama-sama menjengkelkan.

"Benar itu Alger– leher kamu kenapa!" Sentak Mahen panik saat matanya menangkap sesuatu dileher Alger, dia mendekat kearah lelaki itu dan memaksanya membuka baju.

Bercak merah ke–ungan memenuhi seluruh leher Alger bahkan sampai ke dada saking banyaknya.

Bagi orang lain, itu adalah maha karya yang indah. Tapi bagi Alger, itu tanda yang sangat menjijikan.

Raut wajah Mahen menghitam, urat-urat dileher nya menonjol begitu saja. Ia mencengkram bahu Alger erat, matanya menuntut minta penjelasan.

Tapi yang ia lihat hanya Alger yang terdiam, seolah mengakui ini. Ah rasa kecewa merelung di hati pria ini.

Mahen berdiri, dia menatap Alger dalam diam. Kemudian helaan nafas terdengar berat.

"Alger, ayah tau kamu masih dalam masa puber. Masih masa dimana keinginan tahuan kamu tinggi, tapi Alger. Club malam bukan tempat yang tepat, kamu nggak boleh terjerumus disana," tutur Mahesa sabar dan mencoba untuk selembut mungkin.

Natharazka Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang