Prolog

955 68 13
                                    

Selamat datang di prolog

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you enjoy and love this story as well

❤️❤️❤️

____________________________________________________

____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim semi
Madrid, 25 Mei
12.30 p.m.

Aku mengambil oksigen sebanyak yang bisa ditampung paru-paruku. Lalu mengembuskan karbondioksida hingga rasanya organ pernapasanku kosong. Kemudian mengulangi kegiatan bernapas berat yang panjang seperti itu sebanyak kurang lebih dua puluh kali dalam kurun waktu tiga puluh menit terakhir.

Benakku sepucat air keruh dengan hati setenang roller coaster lantaran secara cermat sibuk menyusun kalimat-kalimat sederhana dan mudah dipahami yang akan kuutarakan nanti. Susunan kalimat yang semestinya sudah kulontarkan tepat tiga hari aku menerimanya sebagai kekasihku.

Namun, karena berbagai alasan, aku menundanya hingga memasuki pertengahan bulan kedua hubungan kami. Tepat pada hari ini—hari terakhir kontrak kerjaku habis, dan hari di mana dia harus terbang ke Castellón de la Plana untuk mengurus pengguritaan bisnis.

Sebagian hatiku berkata lebih baik aku berlari kencang detik ini juga, sebelum pada detik yang lain sesuatu yang tidak kuharapkan akan terjadi dan berdampak memperparah keadaan. Namun, bagian lain hatiku yang lebih kuat mengatakan aku harus melakukannya. Kendati sebanyak apa pun persiapan yang kulakukan masak-masak, nyatanya masih belum membuatku begitu siap.

Hei! Memangnya siapa yang siap untuk mengakhiri hubungan dengan kekasih yang amat dicintanya hanya gara-gara gosip murahan yang belum tentu benar adanya?

Aku pun percaya, tidak mungkin sebuah gosip terlahir tanpa campur tangan suatu maksud. Jadi, alih-alih mengkonfirmasi selentingan-selentingan itu kepada pihak yang bersangkutan, bisikan-bisikan setan yang terlalu kuat lebih mendominasi diriku. Menuntunku mengambil tindakan ini sebagai pembuktian.

Toh bagiku sama saja; aku bertaruh dengan diri sendiri. Apabila dia menerima kata-kata singkat yang akan kuucapkan nanti, atau menanyakan alasanku melakukannya dan setelah mendapat jawabanku dia mengelak, kedua prediksi itu sama-sama membuktikan kebenaran adanya gosip-gosip tersebut.

Sebesar apa pun rasa cintaku, harga diriku yang terlanjur terluka tidak melihat adanya pilihan mempertahankannya.

Aku menyesap zumo narajana-ku[1] nyaris habis, tetapi tenggorokaku masih terasa sekering padang pasir. Kepalaku selalu menoleh setiap kali mendengar dentang lonceng kecil di atas pintu yang menandakan pengunjung datang maupun pergi di Delicio—restoran dekat hotel Paraíso del Mundo.

Hingga pada menit ke-35, pria berbadan tegap, berkulit perunggu eksotis, berpotongan rapi dan bersetelan kerja kini melangkah masuk.
Kedatangannya sontak merenggut atensi semua orang. Kepala-kepala lain praktis menolehnya, terutama wanita. Kesunyian sejenak membungkam mulut, sebelum menjadi desas-desus lebih keras.

Begitulah dampak Alejandro Rexford di setiap tempat yang dipijaknya. Bukan hanya karena tampangnya yang menjual, kekasihku juga terlalu menarik perhatian, terlalu mengundang dambaan karena tingginya yang mengancam dan auranya yang liar menantang ingin ditaklukkan, tetapi mendominasi setiap keadaan. Selalu memiliki kendali tanpa lawan.

Alejandro celingukan sementara debar jantungku terasa membanting-banting menyakitkan di balik tulang rusukku. Seolah setiap detaknya menumbuk-numbuk gendang telingaku tanpa ampun hingga membuatku ngilu.

“Kenapa kau tidak ke penthouse-ku saja dan malah menyuruhku—”

“Meminta. Aku memintamu ke sini,” selaku, mengoreksi perkataan pria itu dengan usaha sekeras baja menguasai diriku agar bersikap tenang.

“Ya, terserah kau saja, Mi Querido. Jadi?” tanyanya dengan sorot mata dingin.

Dari jarak sedekat ini, harum kolonye pria itu yang sudah menjadi favoritku mengguncang-guncang kesadaranku untuk tidak melakukannya. Namun, kehadirannya tidak bisa membuatku mundur lagi. Jadi, tanpa menunggu jeda yang akan melunturkan seluruh keberanianku, aku menukas, “Aku ingin mengakhiri hubungan kita.”

_______________
[1] sari buah jeruk: Spanyol

____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________________________

Thanks for reading this chapter

Thanks juga yang udah vote, komen atau benerin typo

Kelen luar biasa

Bonus foto:

Quorra Wyatt

Alejandro Rexford

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alejandro Rexford

Well, see you next chapter teman-temin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Well, see you next chapter teman-temin

With love
©®Chacha Prima
👻👻👻

Kamis, 12 Mei 2022

THE DEVIL EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang