Vierzehn

429 62 43
                                    

"Ayah dengar, Arsen hari ini pulang terlambat lagi?"

Sagara menegang di tempatnya. Pertama kali Yudi tiba di halaman sekolahnya, ia langsung menanyakan tentang si tengah pada si bungsu. Hal itu membuat Sagara gugup, sedikit. Ia mendapat kabar dari teman sekelas kakaknya, kalau Arsen justru tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan format surat izin. Sekarang Sagara bingung harus berkata apa pada Ayahnya.

"Katanya begitu, Yah."

"Wali kelasnya menelepon ayah. Ia bertanya kemana perginya Ayah dan Arsen, karena kau masuk sedangkan ia izin. Ayah jadi pusing sendiri sekarang." Yudi melepas kacamatanya, kemudian mengurut pangkal hidungnya frustasi.

Bungsu Bramantya terdiam, benar saja dugaannya. Ayahnya dengan begitu mudah dapat mengetahui siapa saja anaknya yang berbohong. Arsen tidak pernah seperti ini sebelumnya, apalagi dirinya dan Mahija. Tidak ada yang berani pada berbohong pada sang ayah.

"Lalu, bagaimana sekarang, Ayah?"

"Kita pulang saja ya, Ayah lelah. Rapat tadi membuat Ayah pusing, ditambah kelakuan kakakmu. Ayah akan bertanya padanya baik-baik nanti setelah ia tiba di rumah," Jawab Yudi.

Pemuda 17 tahun itu menganggukkan kepalanya patah-patah. "Baik Ayah," Ujarnya sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah bersama Yudi.

*

Arsenio tak tahu harus mencari info tentang Savier pada siapa lagi. Ia benar-benar tidak mengenal siapapun yang dekat pada Savier di tempatnya dulu. Berjam-jam ia lalui di Bogor, tetapi nihil hasil yang ia dapatkan.

Ya, Arsenio pergi ke daerah tempat rumah lamanya berada dan memutuskan mengunjungi gubuk lamanya itu—tempat terakhir kali ia berpamitan pada Savier saat dirinya dijemput Yudi dua tahun lalu, tempat terciptanya banyak kenangan antara ia, Taehyung, dan mendiang Ibunya—Sora.

Tetapi rumah berukuran kecil itu sudah kosong dan tidak ada tanda-tanda kehidupan sejak lama. Daun-daun kering yang berguguran berserakan di teras rumah, kemudian debu mulai terlihat menebal pada kaca jendela dan daun pintu. Arsenio lagi-lagi kecewa. Savier sudah lama meninggalkan rumah lama mereka, lalu di mana ia sekarang?

"Seingatku, dulu ia bekerja di cafe.. um, cafe.. ah! Honey Bee! Aku harus ke sana!" Jungkook bermonolog, napasnya menggebu-gebu. Ia harus segera menemui rekan kerja kakaknya di Honey Bee Cafe. Harus. Pasti ia akan menemukan petunjuk di sana, semoga saja.

*

[Kediaman Albi]

"Strawberry pienya sudah matang! Kak Savier! Gilang! Cepat datang ke meja makan sekarang, atau ini akan habis oleh Ayah."

Mata Albi berbinar cerah, senang sekali karena hari ini ia bisa libur dan memasak banyak camilan untuk kedua putranya. Savier memilih mengambil perkuliahan online hari ini, Gilang sudah pulang sekolah sejak satu jam yang lalu setelah menyelesaikan lesnya.

Kedua putranya menghampiri Albi dengan wajah yang tak kalah bahagia. "Wahhh! Harumnya sampai kamarku, tahu, Yah. Ini pasti enak." Gilang dengan sigap memilih tempat duduknya dan segera meraih pisau dan garpu dengan tidak sabaran.

"Hati-hati Gilang. Nanti tanganmu yang terluka," Peringat Savier.

Albi tersenyum manis, "Ini Pie Strawberry, ini cookies coklatnya, dan ini es jeruknya." Pria itu menunjukkan semua hasil karyanya pada kedua putranya dengan bangga.

Schutzflügel (Sedang Dalam Revisi) ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang