Eins:

3K 137 11
                                    

[Bogor, September 2023.]

"Arsenio, bangun, kita harus berangkat sekolah hari ini." Savier Ragnala mengguncang tubuh adiknya—membangunkannya dari bunga tidur. Arsenio hanya menggeliat—melakukan peregangan otot untuk beberapa saat, hingga akhirnya Ia membuka matanya perlahan.

"Aku izin saja, deh kak. Sedang enggak enak badan," Jawab Arsenio sembari berusaha kembali memejamkan mata.

"Ah, begitu?"

"Huum"

"Kau tidak lupa hari ini ada pengumuman tim short film untuk mewakilkan sekolah lomba di SMAN Bina Karya bukan?"

Arsenio segera membuka matanya. Tubuhnya langsung segar, bahkan ia segera mengambil posisi duduk dan meraih air putih di atas nakas tua nan kusam di samping kasurnya. Savier tersenyum tipis. Adiknya memang ada-ada saja. "Aku akan mandi dalam waktu lima menit, tungguin ya, kak."

"Hahaha, enggak usah buru-buru. Ini masih cukup pagi. Aku akan siapkan sarapan dulu," Jawab Savier seraya mengusap surai hitam milik Sang Adik. Yang diusap kepalanya memberi anggukan kepala. "Baiklah, kak. Tolong tunggu Aku," Ucapnya sebelum berakhir pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

*

Savier mendadar dua butir telur dengan begitu telaten, kemudian menyiapkan dua piring nasi putih yang baru saja matang dari panci nanaknya. Ya, setiap harinya pemuda berusia tujuh belas tahun itu harus bangun pukul 3 subuh. Ia harus memasak nasi dengan cara menanaknya di atas kompor, karena sang ibunya tidak meninggalkan magic jar di rumahnya.

Ia juga harus membereskan beberapa pekerjaan rumah lainnya, seperti mencuci, menjemur, serta membangunkan adiknya yang setiap hari selalu membuat alasan agar bisa tertidur lebih lama.

Ngomong-ngomong, Savier hanya tinggal dengan Arsenio selaku adiknya. Ibunya meninggal tiga bulan yang lalu akibat sakit keras.

Tidak ada hambatan yang terlalu berat untuk kedua anak remaja itu, karena ternyata ibunya meninggalkan uang asuransi untuk keduanya. Sehingga Savier hanya perlu bekerja sedikit untuk menambah uang jajan dan keperluan-keperluan mendadak.

"Kak, Aku sudah selesai," Ujar Arsenio yang kini sudah rapi dengan seragamnya. Pemuda itu segera duduk di kursi yang tersedia dan menyantap sarapannya dengan lahap.

Arsenio Jarvis adalah anak yang penurut dan sangat menyayangi Savier, makanya ia tidak pernah banyak meminta pada kakak sulungnya. Selagi ia masih bisa hidup tenang dengan Savier dan melihat sang kakak tersenyum, itu sudah cukup bagi seorang Arsenio.

"Nanti pulang sekolah kamu langsung kembali, ya? Seperti biasa, aku sampai rumah pukul sembilan malam," Ucap Savier sembari meraih gelas berisikan air putih.

Jungkook anggukan kepalanya mengerti. "Tapi jangan terlalu dipaksakan, kak. Kau sudah melakukan banyak hal. Aku takut kakak sakit." Khawatir Arsenio.

"Tidak, Arsen. Aku janji tidak akan memaksakan diriku."

"Sip, kak."

"Aku akan rapikan bekas makan ini, lalu kita akan segera berangkat ke sekolah."

*

Taehyung baru saja meletakkan tasnya di atas mejanya yang terletak di pojok kelas, tetapi seorang pemuda berlesung pipi sudah mengetuk kaca jendela begitu ribut.

"Vierrrrrr!!" Ucap ceria pemuda berlesung itu. Savier tertawa gemas melihat tingkah kakak kelas sekaligus sahabatnya di luar kelas itu. Pemuda manis itu segera bangkit dari duduknya, kemudian memutuskan untuk ke luar kelas menemui Si Pemuda Ceria.

"Kak Galen, belum masuk kelas?" Sapa Savier retorik kepada Pemuda Ceria—Galen Alaric. Galen menggelengkan kepalanya. "Belum lah, gue 'kan belum ketemu Adik gue yang hebat ini," Jawabnya seraya membawa Savier ke dalam pelukannya.

Schutzflügel (Sedang Dalam Revisi) ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang