22

2.7K 54 1
                                    

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Ryon sesaat setelah menghirup teh hangat yang disajikan pelayan. Dia sedang memperhatikan sekeliling taman dekat paviliun Rosella.

"Baik kak." Jawab Henna seraya menghembuskan napas lega. Menikmati udara pagi memang baik terutama bagi ibu hamil sepertinya. Aroma embun, juga bunyi burung berkicauan seakan menciptakan harmoni alam yang indah.

Ryon menoleh, menatap adiknya yang tampak menikmati suasana pagi dengan suka cita. Hatinya tenang, melihat Henna betah tinggal di istana. Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru biasanya terasa sulit bagi beberapa orang. Namun dia bersyukur karena kekawatirannya tidak terjadi. Mengetahui Henna dilimpahi perhatian dari Yang Mulia Raja. Sudut hatinya otomatis merasa lega dengan pemandangan ini. Dia tidak mau melihat adiknya seperti selir yang ditelantarkan. Apalagi dia mengerti kepribadian Henna seperti apa. Meski sudah memasuki usia dua puluh tahun. Gadis itu masih terlalu polos dan naif jika dipaksa hidup berdampingan dengan semua politik istana yang kejam. Ryon tidak bisa menutup mata soal itu. Karena dia sendiri sudah berkerja dilingkungan istana cukup lama. Cukup untuk mengerti bagaimana serba-serbi rumor dalam istana.

"Ah, aku tidak sabar menanti kelahirannya." Kata Ryon seraya mengelus perut besar Henna. Sementara gadis itu tersenyum manis menikmati elusan lembut dari kakaknya.

Kandungannya sudah memasuki usia delapan bulan. Bayinya tumbuh dengan pesat di trimester ke-tiga ini. Perutnya dengan cepat bertambah besar sampai dia sendiri sedikit sulit untuk bergerak. Semakin berhati-hati dan lambat dalam melakukan gerakan. Henna sudah kesusahan untuk menunduk. Perutnya seakan dipaksa melar sampai terasa tipis ketika disentuh.

Gerakan dalam perutnya terasa, membuat Ryon melebarkan mata takjub. Pasalnya dia baru pertama kali merasakan gerakan janin dalam perut secara langsung. Sementara Henna masih mempertahankan senyumnya sampai satu tendangan kencang membuatnya mendesis lirih.

"Oh." Ryon seakan terkejut, lalu melihat wajah adiknya yang mengernyit samar.

"Kamu baik-baik saja?" Tanyanya dengan wajah yang sudah berubah kawatir. Takut akan hal yang mungkin terjadi akibat tendangan keras keponakannya.

Dengan cepat Henna menormalkan raut wajahnya. Tidak ingin membuat Ryon terlalu kawatir dengan kondisinya. Memasang senyum, menyiratkan keadaannya yang tidak perlu dicemaskan. Bayi dalam perutnya memang semakin aktif bergerak sejak usia kandungan menginjak enam bulan. Intensitas gerakannya bertambah seiring dengan usia kandungannya yang bertambah.

Ryon mengecup kening Henna penuh sayang. Dia semakin tak sabar menanti hari kelahiran bayi Henna. Dapat terbayangkan bagaimana menggemaskannya bayi tersebut. Dia terkekeh merasakan elusannya dibalas oleh janin tersebut. Lelaki itu benar-benar merasa kagum dengan keponakannya. Padahal masih dalam perut, namun sudah bergerak seaktif ini. Ada rasa syukur karena janin tersebut tidak terus melakukan tendangan yang menyakiti ibunya.

"Dia akan jadi bayi yang lucu." Kata Ryon lalu menatap Henna dengan sorot geli bercampur gemas.

Henna hanya tersenyum mendengar kata-kata antusias Ryon. Dia ingat ayahnya yang semenjak dia masuk istana belum pernah lagi bertemu. Hatinya sedikit murung mengingat dia harus menahan bahkan memendam rindu pada August. Karena jelas dia tidak bisa keluar masuk istana dengan bebas. Dengan statusnya yang hanya selir dari kalangan biasa. Tentu semakin menyulitkannya untuk mendapatkan ijin keluar istana.

"Hey ada apa?" Tanya Ryon setelah memperhatikan Henna yang melamun. Bahkan senyum diwajah imut itu sudah hilang.

"Aku hanya rindu pada ayah kak." Katanya lirih dengan mata yang sudah menggenang. Hanya dengan sekali kedipan, air matanya akan tumpah. Secepat itulah perubahan suasana hatinya.

Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang