Mereka tengah duduk santai di sofa dengan ditemani teh hangat juga kudapan malam. Meski Harold sedikit cemas, namun dia tidak melarang Henna memakan cemilan sebelum tidur. Atau yang dia amati, Henna sedari tadi hanya sibuk menguyah apapun yang disajikan oleh pelayan. Terlihat istrinya sangat menyukai semua cookies manis diatas meja. Meski tanpa adanya ramuan tersebut sebagai campuran dari cemilan Henna. Harold tidak heran jika janin dalam kandungan Henna cepat berkembang. Terlihat dari intensitas makan Henna yang lebih sering meski dengan porsi sedikit.
Sekali lagi, dia tidak mau melarang Henna untuk memakan kue-kue itu. Beberapa menit yang lalu dia sudah mencoba menghentikan aktivitas makan Henna. Namun yang ada perempuan itu berubah murung dengan mata yang berkaca-kaca. Mana Harold tega untuk kembali melarang Henna melanjutkan makannya.
Harold menenangkan diri dengan berpikir bahwa, makanan itu hanya kue manis. Tidak akan berpengaruh signifikan pada bobot janin dalam kandungan Henna. Dia terus berdoa agar dewa senantiasa melindungi Henna dan calon buah mereka.
Jason mengatakan jika kemungkinan persalinan masih satu bulan lagi. Itu hanya sebuah perkiraan, mereka tidak tahu jelas kapan janin itu lahir.
Harold menarik tangan Henna. Menahan dia untuk kembali mengambil kue manis itu. Membuatnya menatap bingung ke arah Harold, tapi tidak berkata apa-apa ketika tubuhnya juga ditarik mendekat. Hembusan napas mereka saling beradu, juga tatapan mata yang saling menumbuk.
"Kapan aku mendapat perhatianmu hem. Dari tadi kamu hanya sibuk dengan kue-kue itu."
Henna yang mengerti arti perkataan Harold hanya mengerjabkan mata pelan. Menyadari dirinya yang seketika hilang fokus melihat kue-kue kesukaannya. Merasa bersalah, lalu terasa pipinya dikecup oleh benda kenyal berulang kali. Membuatnya kembali sadar akan kehadiran lelaki yang sudah berada sangat dekat dengannya.
"Apa yang kamu pikirkan sayang?" Tanya Harold saat istrinya terdiam, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Menciumi seluruh sisi wajahnya. Membuat Hena kegelian dibuatnya.
"Yang Mulia," sela Henna seraya mendorong dada Harold menjauh.
Melihat Henna yang kegelian, Harold menyeringai lucu. Lalu dengan lembut mencium bibir Henna. Melakukannya perlahan, bergantian menyesap bibir bawah dan atas Henna. Kemudian tangannya menarik tubuh Henna agar semakin merapat. Tidak menyisakan jarak antara keduanya.
"Emhhh, enghhhh," desahnya lolos ketika Harold sudah berganti menyesap leher putih miliknya.
Berhenti sejenak, Harold menghirup aroma wangi yang menguar dari tubuh Henna. Benar-benar memabukan, katanya dalam hati. Sedangkan kedua tangannya bergerak cepat untuk melepaskan apapun kain yang menutupi tubuh Henna. Merasa kesulitan, dengan perlahan Harold membawa tubuh Henna ke ranjang.
Henna masih menggunakan gaun karena mereka baru selesai makan malam. Begitu juga dengan Harold yang masih mengenakan setelan resminya. Namun kerinduan yang menggebu diantara keduanya membuat semuanya kabur. Tanpa mempedulikan pelayan yang masih terjaga diluar. Harold dengan hasratnya yang tak tertolong membuat Henna berserah dibawah kuasanya.
"Ahk," desahnya keras merasakan hujaman keras diintinya.
Kewanitaannya terasa penuh oleh milik Harold. Terasa nikmat dan sedikit nyeri disaat yang bersamaan. Mungkin karena mereka sudah lama tidak berhubungan. Namun Henna tahu, bahwa mereka sama-sama merasakan kerinduan yang besar.
Tubuhnya sedikit menungging dengan kedua tangannya berpegangan pada kepala ranjang. Dibawahnya terdapat bantal-bantal empuk untuk melindungi perutnya agar tak tertindih. Tentang pakaian mereka, entah sudah melayang kemana. Karena Harold melemparkan semua itu dengan cepat. Sedangkan dia terus dibungkam oleh ciuman Harold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Raja
RomancePernikahan kerajaan yang berdasarkan perjodohan dan dorongan politik tak pernah membuat hatinya ikut luluh. Harold de Vant akhirnya memilih sendirinya selirnya. Dirinya yang semakin muak dengan dorongan para dewan mentri. Memutuskan untuk mengambil...