02. Hyuckren - Seamin tak Seiman

17 0 0
                                    

"Kata orang, perbedaan itu ada untuk memberi warna dalam kehidupan. Tapi, kenapa perbedaan antara kita justru membuat dunia kita menggelap? Kelabu, sendu, penuh pilu."

"Kal .... "

"Rey, kita beneran gak bisa bersama ya?"

Reyhan menggelengkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Haikal, binar di matanya meredup berganti dengan kesenduan tanpa ujung.

"Gue ... gue bisa ngikut lu kok. Gue ... ah, maaf."

Kepalanya tertunduk dalam, bahu tegarnya bergetar menahan rasa sesak yang sudah tak terbendung. Haikal menangis dalam diam, air matanya tumpah ruah mengisyaratkan bahwa dirinya memang tak baik-baik saja.

"Kal, please. Gue gak mungkin ngebiarin lu ikut sama gue ... gue gak mau egois soal ini."

Lalu bagaimana dengan Reyhan? Haikal yang selama ini menjadi mataharinya bisa terlihat serapuh ini, maka ia sama hancurnya dengan pria yang kini berdiri di hadapannya.

"Rey."

Haikal yang menyadari itu langsung menarik Reyhan ke dalam pelukannya, membiarkan pemuda itu menumpahkan semua emosi yang sudah lama tertahan di dada.

Kedua insan ini berdiam dalam posisi itu dalam waktu yang cukup lama, sampai mereka sama-sama bisa meredam tangis masing-masing. Berdiam diri, merenungkan segalanya lalu berbincang hanya dengan tatapan mata.

"Ikhlas?"

Haikal lah yang pertama kali membuka suara.

"Ikhlas."

"Guenya enggak."

"Kal .... "

"Hahaha, tapi gue bakal tetap berusaha untuk ikhlas. Gak apa-apa, ya? Gue butuh waktu lebih lama."

Sebelah tangan Haikal terulur, menghapus sisa jejak air mata di wajah Reyhan. Ia sangat sadar, tak semua keinginannya dapat dipaksakan, dan ia harus tetap merelakan demi Reyhan.

"Selesai?"

"Apanya?"

"Kita."

"... Iya, selesai."

"Kalau gitu lu masuk gih ke rumah, udah malem dan kayaknya mau hujan."

"Lu gak apa apa pulang sendiri?"

"Gak apa, bentar lagi Bang Mahen datang buat jemput."

"Yaudah kalau gitu. Gue masuk, ya. Selamat malam, Kal."

"Rey?"

"Iya?"

"Assalamualaikum, gue pamit."

"Shalom, Kal. Hati-hati di jalan."

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang