"Namun satu hal yang perlu Dewi tegaskan buat Mas! Jangan sekali-kali Mas mencoba untuk selingkuh di belakang Dewi. Jika hal itu sampai terjadi, Dewi tidak akan pernah terima. Dewi siap untuk Mas ajak hidup susah, namun Dewi tidak akan pernah siap jika Mas ajak untuk hidup berpoligami. Ingat itu ya, Mas!" ucapnya serius menatapku.
Aku tersenyum mendengar perkataannya itu, merasa bahwa prasangka buruk istriku itu terlalu berlebihan. Bagaimana mungkin aku akan menambah istri lagi, sedangkan untuk menafkahi satu orang saja aku belum mampu. Namun aku juga merasa senang, sebab merasa dicintai sepenuh hati olehnya.
Pernikahan kami ini memang hanya dilandasi oleh rasa cinta semata. Dewi tak sekalipun memberatkanku saat sebelum ijab kabul terucap. Dia tidak meminta banyak macam agar aku bisa mempersunting dirinya. Pokoknya, semua hal dia permudah tanpa mempersulit sedikitpun. Walaupun beberapa orang kerabatnya terdengar olehku mencibir dengan mengatakan bahwa hidupku terlalu enak, dengan datang tidak membawa apa-apa, namun di beri tempat istimewa. Tapi tak kuhiraukan. Biarlah Anjing bergonggong dan Kafilah berlalu.
"Tidak usah di dengar, mulutnya memang seperti itu," ucap Dewi saat aku mengadu padanya kala itu.
"Kenapa? Apa kamu terlalu cinta sama Mas, hemmm?" Aku mencoba menggodanya.
Dewi merebahkan diri di sampingku, lalu memeluk tubuhku dengan erat. Hangat.
"Aku hanya tidak ingin di khianati," ucapnya lembut di telingaku.
"Aku juga tidak akan tega untuk mengkhianatimu, sayang. Dimana lagi aku akan menemukan wanita sepertimu. Mungkin, jika aku menghabiskan seluruh sisa hidupku sekalipun, berkeliling dunia untuk mencari wanita yang persis seperti dirimu, itu hanya akan sia-sia. Sebab, wanita berhati mulia itu hanya tinggal kamu saja di dunia ini."
"Sungguh?"
"Hemmm."
"Alah, nanti Mas cuman gombal aja." Dewi mencubit perutku manja.
"Mas, serius," ucapku meyakinkan. Dengan menatap bola matanya dalam.
"Itu karena Mas belum melihat wanita lain di luar sana."
"Tidak. Mas tidak akan melihat mereka."
"Itu karena hidup kita susah, Mas! Jika hidup kita senang, kaya raya, apa Mas masih sanggup untuk menjaga hati Mas untuk Dewi seorang?"
"Insya Allah."
"Serius?"
"Hemmm."
Dia kembali memeluk tubuhku erat. Alunan napasnya bergejolak naik turun membelai kulitku dengan lembut, juga terasa hangat. Ah, betapa nikmatnya menikah dan memiliki istri sah seperti ini. Apalagi jika kebutuhan hidup kita telah terpenuhi semuanya. Ah, rasanya jadi pengen traveling kemana-mana. Seperti mendaki gunung dan melewati lembah, misalnya.
Aku membalas pelukannya dengan hangat pula. Mencium keningnya secara perlahan dan berulang. Kulirik Dewi terpejam sambil tersenyum, pasrah menerima setiap kecupan yang mendarat di kulit lembutnya. Mulai dari kening, pipi, bibir dan akhirnya aku jadi menjelajah kemana-mana. Mulai dari mendaki gunung hingga memasuki kawah lembab yang tersembunyi di balik lahan gambut. Menikmati suasana pengantin baru berdua saja. Tanpa takut terdengar oleh orang lain dari luar sana.
Mungkin, hal ini yang diinginkan oleh Dewi dengan mengajakku untuk pindah cepat-cepat dan tinggal di rumah sendiri. Dia bisa bebas mengekspresikan hasratnya dengan berteriak manja yang membuatku semakin bergairah. Rasa letih siang tadi hilang sejenak tertutupi oleh hawa nafsu yang membara.
"Berapa ronde kita malam ini, Yang?" Suaranya terdengar manja, berbisik di telingaku, menggoda.
"Kamu mau berapa ronde, hemm," jawabku membalas bisikannya dengan menancap gas lebih kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA PERSELINGKUHAN(Selesai)
RomanceMembaca cerita ini dapat menyebabkan darah tinggi, sakit kepala dan kegilaan. Karena unsur cerita didalamnya banyak menceritakan tentang bagaimana tabiat atau kebiasaan para laki-laki yang sudah beristri diluaran sana. Jangan-jangan suami anda juga...