"Tapi kan Mas perlu hape juga, Yang. Pelanggan Mas aja banyak yang nanyakin nomor WA, Mas. Kan malu hari gini nggak punya handphone. Kelihatan sekali Mas udik banget jadi orang. Apa Dewi nggak malu punya Suami jadul seperti Mas, hemm?"
"Ya sudah, beli aja kalau Mas punya uang," ucapnya pasrah setelah mendengar alasanku. Aku menyunggingkan bibir tersenyum, merasa senang karena rencana awalku berhasil.
"Memang Mas punya uang segitu?" tanyanya lagi.
"Ada."
"Dapat dari mana?"
"Hasil jualan Mas, selama tiga hari ini."
Dewi menghentikan aktifitasnya. Kemudian pergi berlalu keluar dari kamar. Tak lama kemudian dia masuk kembali dan langsung berbaring, tidur.
"Dari mana?"
"Kamar mandi."
"Ngapain?"
"Cuci tangan."
"Kok sudahan?"
"Capek. Lagi nggak mood," ucapnya ketus.
Kan merajuk lagi. Begini nih kalau sudah tau ada uang berlebih. Pasti ada saja tingkahnya.
*
Rencanaku untuk membeli hape kemarin gagal total. Setelah malam itu, sikap Dewi kembali berubah. Dia lebih banyak berdiam diri dan cuek saat diajak bicara. Melihat sikapnya seperti itu, lebih baik aku mengurungkan niatanku terlebih dahulu. Walaupun dia sudah mengizinkanku untuk membeli hape tersebut, namun aku tahu bahwa dalam hatinya masih belum ikhlas. Jadi, dari pada masalah semakin rumit, lebih baik aku mengalah saja.
Uang yang aku simpan itu aku serahkan semua untuknya. Terserah ingin dia pakai untuk apa. Biar dia senang. Untukku, biar nanti di cari lagi. Pelan-pelan. Walaupun rasanya sedikit kecewa dan merasa tidak semangat untuk bekerja, namun harus tetap aku jalani. Begitulah resiko punya istri. Tidak bisa sesuka hati lagi. Jika ingin berbuat sesuatu mesti izin dulu. Kalau tidak, bisa perang dunia ketiga.
"Kemarin abang tidak jualan?" Pelanggan setiaku datang lagi.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Lagi tidak enak hati."
"Kok bisa?"
"Istri abang merajuk."
"Lho. Emangnya kenapa sampai merajuk?"
"Itu lho, Dek. Kemarin itu abang izin sama dia mau beli hape. Tapi istri abang nggak setuju. Sebenarnya dia setuju, tapi kek nggak ikhlas gitu. Mukanya cemberut terus."
"Mungkin lagi datang bulan kali, Bang!" ucap Mei bercanda.
Eh, ngomong apa itu? Kok nekat.
"Nggak tau juga lah, Dek. Soalnya belum abang periksa." Eh.
"Abang mau beli hape?" tanya Mei lagi. Aku mengangguk.
"Tapi kemarin itu. Sekarang uangnya sudah tidak ada lagi," jawabku.
"Di rumah, Mei punya hape nggak terpakai lagi. Apa abang mau?"
"Masih bagus?"
"Masih, dong. Sebenernya masih baru juga, tapi karena Mei beli yang ini, yang itu jadi jarang di pakai. Kalau abang mau, besok biar Mei bawain."
"Berapa harganya?"
"Nggak usah bayar, Bang! Kan tadi sudah Mei bilang mau kasi aja."
"Beneran, nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA PERSELINGKUHAN(Selesai)
RomanceMembaca cerita ini dapat menyebabkan darah tinggi, sakit kepala dan kegilaan. Karena unsur cerita didalamnya banyak menceritakan tentang bagaimana tabiat atau kebiasaan para laki-laki yang sudah beristri diluaran sana. Jangan-jangan suami anda juga...