12. Island Of Death

452 78 8
                                    

  Desiran dedaunan dan kicauan burung gagak memenuhi dalam hutan. Hutan yang sangat terkesan misterius dan di penuhi hewan liar yang mematikan.

Dahyun merintih kesakitan pada tubuhnya, bagaimana tidak. Tubuhnya yang terlilit akar bergelantungan di udara.

Bahkan dengan tidak sopannya beberapa burung gagak mematuki tubuhnya, menambah perih di kulitnya.

Dengan terkejutnya Dahyun, bergerak ketakutan hingga burung-burung gagak tersebut pergi. Baru Dahyun ingat, ia pingsan usai menghawatirkan Sana yang terpelosok ke dasar jurang.

Dahyun sangat yakin jika malam sudah berganti siang. Namun tidak ada secuil cahaya mataharipun yang mampu menembus hutan tersebut.

Kesan horor yang mencekam tentu menciutkan nyali seorang Kim Dahyun. Tetapi apa boleh buat, gadis berkulit putih tersebut tidak akan menyerah begitu saja.

Perlahan ia menggerakan tangannya untuk mengambil pisau lipat yang berada di saku celana. Sedikit sulit hingga membuat perut Dahyun seolah tertusuk duri dan amat sesak. Bagaimana tidak? Satu malam ia di udara dengan posisi tergantung di lilit akar besar.
 
"Argh!" rintih Dahyun setelah berhasil mengambil pisau lipatnya.

Susah payah ia membalikan tubuhnya agar mempermudah memotong akar yang melilit tubuhnya. Sungguh hal tersebut sangat menyiksa. "Tahan Kim Dahyun. Kamu pasti bisa, ingat Sana Unnie membutuhkanmu" Dahyun terus membatin tidak menyerah begitu saja.

Akar yang begitu kekar dan keras sangat mempersulit dirinya untuk memotong, menggunakan pisau lipat yang dimilikinya.

Hingga memakan waktu puluhan menit, di potongan terakhir. Tanpa berpikir lagi, apa dirinya akan jatuh bebas atau tidak. Hingga?

"AAAAAAAAA" Dahyun memekik kencang saat tubuh kecilnya terjun bebas begitu saja ke dasar jurang.

DUGHHH

SRAKK SRAKKK

"akhhh..." rintih Dahyun merasakan sakit dah ngilu saat tubuhnya terpelosok ke tanah. Menerobos pepohonan kering dan bebatuan.

BUGGGH

Hingga dentuman terakhir, Dahyun berteriak cukup kencang. Tubuhnya seolah di banting dari puluhan lantai apartemen, bedanya ia terpelanting dan terombang ambing di tanah.

Dadanya terasa sesak hingga sulit bernafas, rasanya tulang rusuk miliknya berasa ingin patah.

"Arggg.. Hah.."

Mata elang milik Dahyun mengitari sekeliling dasar jurang, berharap bisa menemukan Sana.

Dengan perlahan ia mencoba berdiri melawan rasa sakitnya dan mengatur nafasnya agar tidak terasa sesak.

"Sa-Sana Unnie?" panggil Dahyun pelan sambil berjalan sempoyongan.

Sesekali ia berpegangan pada tunggul pohon yang rapuk sambil memegang dadanya yang terasa sesak.

"Astaga, ini sangat sakit" ringis Dahyun, memejamkan matanya. Berharap rasa sakitnya hilang.

Hingga tubuhnya terduduk di atas tanah yang penuh dedaunan. Kepalanya sangat pening.

Perlahan bergerak mengambil pisau lipatnya yang terjatuh tidak jauh dari dirinya. Hingga?

"AAAAAA!!"

Suara teriakan yang sangat familiar membuat Dahyun menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "Sana Unnie?" guman Dahyun.

Ia sangat yakin itu suara Sana, namun ia sama sekali tidak melihat keberadaan Sana di sekitarnya.

"SANA UNNIE??" panggil Dahyun dengan kencang

TWICE -  SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang