1. Hai Bestod
...Motor yang dikendarai oleh Laut tepat berhenti diparkiran SMA merdeka. Tidak sedikit pasang mata memandang kearahnya. Akselio Laut Pangestu, sosok yang di idam-idamkan kebanyakan siswi SMA merdeka dikarenakan bakatnya dibidang non akademik. Cowok ini juga terkenal ketampanannya, bahkan tak sedikit siswi yang dengan percaya dirinya menembak Laut, tapi sayang satu pun tidak ada yang diterima oleh Laut.
Dan juga seorang gadis cantik, memiliki gigi taring yang berpenampilan tomboy tepat dibelakang Laut. Alsava Dini Aldrick gadis cantik langganan BK. Dini sangat pandai dibidang basket, bahkan ia menjadi satu-satunya pemain basket putri seangkatannya.
Dini turun dari motor tinggi Laut dengan mulut yang sambil mengoceh. "Gila rambut gue," jari-jarinya menyisir rambut panjang sebahu itu.
Laut hanya terkekeh melihat sahabatnya yang tampak kesal. Ia pun melepas helm lalu mengacak-acak rambutnya, dan segera turun dari atas motor. Cowok itu melangkah kearah Dini yang masih sibuk dengan rambutnya bahkan jaket hitamnya yang sempat ia lepas guna menutupi pahanya yang terekspos ketika naik motor, jaket itu sudah tergeletak mengenaskan dibawah.
"Sini gue benerin," Dini menurut, dengan telaten Laut merapikan rambut gadis itu ia kumpulkan menjadi satu, tangan kirinya bergerak meraih ikat rambut hitam yang selalu ia bawa kemana-mana ketika bersama Dini. Semua itu sudah menjadi kebiasaan bagi Laut sendiri.
"Makanya rambut tuh diiket dari rumah. Udah tau punya rambut panjang, naik motor lagi, gimana nggak berantakan coba?" Tangannya masih sibuk merapikan beberapa helai rambut yang sengaja tidak ia ikat. Semua perlakuan manis itu tak luput dari tatapan siswa siswi yang sedari tadi menyaksikan drama pagi dengan kearifan lokal ala SMA merdeka.
"Salah siapa nggak boleh gue potong rambut?" tanya Dini dengan satu alis terangkat.
Laut terkekeh dibuatnya, selalu begini jawaban dari gadis itu. Emang sih Laut selalu melarangnya ketika ingin memotong rambut. "Iya iya gue yang salah. Udah ayok masuk kalo gini terus gak ada kelar nya."
Sebelum masuk Dini memakai jaketnya terlebih dahulu. Jaket dengan lambang singa dan bulan sabit sama seperti dipakai oleh Laut. Setelah jaket itu terpasang dengan sempurna, tanpa menunggu lama Dini langsung menggandeng tangan Laut dan menuju kelas mereka. Ia menyenderkan kepalanya di punggung tegap Laut yang bisa dikatakan lebih tinggi darinya.
"Sayang Laut."
***
Jam istirahat sudah berbunyi sejak tujuh menit yang lalu. Saat ini dikoridor menuju kantin, terdengar gelak tawa dari sekumpulan murid.
"Eh eh tau nggak, itu tadi si Yoka ketahuan tidur dikelas sama pak kumis njir, mana pas bangun loading nya lama lagi. Ngakak bangat gue sumpah," ujar Alan, tangannya tidak berhenti memukul Eza yang tempat berada disampingnya.
"Tangan lu biasa aja kambing, ketawa ya ketawa aja, kagak usah mukul juga!" Ucap Eza tak terima. Enak saja main pukul, Alan pikir tubuhnya ini gendang?
"Yee gue minta sorry deh."
Dengan kesal Eza menendang bokong Alan hingga cowok itu tersungkur kedepan dengan sangat tidak elitnya. "Noh makan tuh sorry !."
Alan mendumel tak jelas. Ia menjulurkan tangannya hendak meminta bantuan untuk berdiri. Sayangnya tidak ada yang peduli bahkan mereka tertawa semakin kencang melihat Alan yang mengenaskan. "Sialan lo pada!".
"Udah deh kasian temen gue," ujar Dini disela-sela tawanya. Ia berjalan diposisi tengah dengan disamping kanan nya ada Laut sedangkan kirinya ada Alvino si cowok dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS OR HUSBAND?[On Going]
De Todo"L-lo mau ngapain?" Laut bertanya sedikit gugup. Dini terkekeh, lalu melirik Laut yang menutupi tubuhnya dengan handuk. "Kita udah nikah loh. Kemarin aja lo hampir khilaf sama gue, nah sekarang kan udah bisa lebih dari khilaf." Laut tampak gelagapan...