8. Tempat Ternyaman

0 0 0
                                    

~

8. Tempat Ternyaman

"WHATT?!!"

Semua yang berada di kantin menoleh kearah Alvino, Alan, dan Eza yang berteriak tadi. Sontak saja mereka menunduk dan mengatakan maaf karena telah mengganggu kenyamanan.

"Gak usah teriak juga nge!" ucap Dini.

"Yee sorry, lo berdua sih bercandanya gitu," balas Alan. Cowok itu kembali duduk karena tadi ia sempat berdiri dan menggebrak meja.

Dini dan Laut saling tatap, tak berselang lama mereka beralih menatap teman-temannya, lalu tertawa. "Yakali kita bercanda soal beginian," Laut berujar.

Alvino menoleh kearah Dini, satu-satunya sahabat perempuan yang ia miliki. "Bener Din?"

Dini mengangguk. "Iya Vin."

"GILAK!!" Eza kembali berteriak, namun tidak seheboh tadi. "Gimana bisa?"

Laut menghela nafas, "Orang tua kita udah jodohin kita berdua sejak masih usia 7 tahun, gue juga sempet ngira semua itu bercanda doang, eh nyatanya beneran. Karena didalam surat perjanjian yang sempet ditulis, bahwa kami akan menikah tepat diusia 18 tahun, jadinya semua akan dilaksanakan sebagaimana yang ada didalam surat tersebut."

"Kapan?" Alvino bertanya.

Laut mengerutkan keningnya bingung, " Apanya?" Laut balik bertanya.

"Kalian nikah," kata Alvino.

"Dua Minggu lagi," bukan Laut yang menjawab, tetapi Dini. Gadis yang sedari tadi tengah bersandar di bahu Alvino. Ia tampak nyaman berada diposisi itu.

"Secepat itu?" tanya Alan.

"Hooh tuh, masa kalian doang yang nikahan. Kita ikut deh yah," kata Eza.

Gadis yang tengah bersandar itu menimpuk kepala temannya menggunakan cup Boba yang sudah habis isinya. "Lo mau nikah sama siapa bego! Punya pacar lo?"

Eza cengengesan, "Sama lo lah."

"Mau mati lo?!" Laut menatap tajam kearah Eza.

"Noh pawangnya marah. Mampus lo!" Alan berkata. Sedangkan Eza hanya menatap Laut sambil memeletkan lidahnya, mengejek.

Alvino diam sambil mengelus rambut Dini dengan lembut. Ia sangat menyayangi gadis ini, layaknya seoarang adik. Walaupun nanti Dini akan menikah dengan Laut, bukan berarti ia akan berhenti untuk menjaga dan menyayanginya. Alvino akan selalu melakukan itu, bahkan sampai ia menemukan seoarang gadis pilihan hatinya, posisi Dini tidak akan tergeser sedikitpun dihidup Alvino.

"Pulang sekolah nanti Dini mau kemana?" tanya Alvino.

Dini menggeleng, tangannya ia gunakan untuk memilin jas sekolah yang digunakan Alvino. "Nggak tau juga, coba tanya Jamal.

Merasa dirinya disebut, Laut menoleh. "Lo balik sama Vino aja, soalnya gue harus keperusahaan dulu. Nanti bakal ada client yang datang dari US."

"CEO mah beda, ya nggak Za?" Alan berujar pada Eza.

Eza mengangguk mantap, "Yoii, gak kayak lo yakan."

"Lah, gue kenwhy?" tanya Alan.

"Beban keluarga!!" kompak Dini, Laut, Eza serta Alvino.

Alan mendengus kesal. "Sialan!"

Gelak tawa terdengar setelah Alan mengatakan itu. Sekarang meja yang mereka tepati penuh dengan tawa bahagia, atas pembully an Alan.

"Mau ke Gramedia gak?" Alvino bertanya kepada Dini.

FRIENDS OR HUSBAND?[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang