6. Berita Menggemparkan

0 0 0
                                    

6. Berita Menggemparkan

Hari terus berganti, tanpa terasa hari ini sudah hari Minggu. Dikarenakan weekend, jadilah mereka bersantai-santai dikamar masing-masing tanpa ada niat ingin keluar.

Disuatu kamar terlihat Dini masih sibuk menjelajahi dunia mimpi. Sedangkan, dikamarnya Laut tengah membenahi tubuh dengan pakaian olahraga untuk joging.

Merasa sudah selesai, Laut keluar rumah hendak menuju ke rumah tetangga. Ia melangkah sambil bersenandung kecil, menikmati suasana pagi yang menyejukkan.

Laut tak perlu mengetuk pintu, karena ia akan menggunakan kunci cadangan yang diberikan oleh Arsen. Terlihat rumah ini masih sepi, hanya nampak bunda didapur yang sedang memasak sesuatu untuk sarapan.

"Pagi bunda hara!" Laut berlari kecil menghampiri Jihan didapur. Ia mengecup sekilas pipi wanita paruh baya itu.

Jihan tersenyum amat manis. "Pagi sayang. Mau kemana? rapi amat."

"Mau joging bunda biar sehat," tangannya meraih roti dengan selai coklat yang sudah tersaji dimeja makan. "Ayah mana bund?"

"Ada dikamar lagi mandi. Palingan bentar lagi juga turun." Jihat menyahut dengan tatapan yang masih fokus pada masakannya.

Laut mengangguk-angguk kecil, "Bunda nanti dirumah atau mau pergi sama ayah? Biasanya jalan-jalan mulu setiap weekend ."

"Enggak sayang soalnya bunda sama ayah nanti ada yang mau diurus."

Laut berkata. "Wahh apa tuhh?"

Jijay terkekeh melihat tampang jahil Laut. "Anak kecil nggak boleh tau."

"Udah 18 tahun bunda, kalo bunda lupa."

"Udah siap untuk nikah dong?" canda Jihan.

Sontak Laut terbatuk karena tersedak roti yang ia makan. Segera saja Jihan memberi air agar tenggorokan Laut terasa lebih baik. Wajah cowok itu sampai merah hingga ke telinga.

"Pelan-pelan sayang," tangannya menepuk pelan punggung Laut.

"Bunda sih ngomongnya ngadi ngadi aja."

Jihan terkekeh, lalu berkata. "Bunda cuma bercanda kok."

Laut berdiri. "Iya deh bunda cantik. Laut keatas dulu, mau ajakin Dinul sekalian joging."

"Palingan belom bangun tuh anak."

Laut tidak menjawab perkataan Jihan. Ia hanya tertawa, dan tawa itu nular pada Jihan yang masih sibuk didapur.

Setelah menaiki tangga, kini Laut sudah sampai didepan pintu yang berwarna abu-abu dengan tulisan 'Room Dini'. Laut membuka pintu kamar Dini, dan benar saja, gadis itu masih tidur dengan nyaman di singgasananya.

"Din, bangun woi!"

Dini bahkan tidak terusik sama sekali dengan panggilan itu. Ia masih tetap nyaman dalam tidurnya.

Tak menyerah, Laut mencoba membangunkannya lagi. "Din, lo kalo nggak bangun gue seret beneran nih."

Percobaan kedua juga sama sekali tidak membuahkan hasil.

"Woiiii kebakaran, kebakaraannnn!!" Laut bahkan memukul gadis itu dengan guling. Namun hasilnya tetap sama.

Sepertinya Laut memang harus memakai jurus terakhir. Ia menyibak selimut dari tubuh Dini, lalu memegang kedua kaki gadis itu. Dengan sekali tarikan Dini terjatuh mengenaskan di lantai.

"Aww," ringis Dini karena merasa bokong nya panas.

Mumpung Dini masih mengumpulkan nyawanya yang terbang hilang entah kemana, Laut mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri dari suara maut yang akan memecahkan gendang telinga.

FRIENDS OR HUSBAND?[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang