2. Sisi Kelam
...Hari Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang, begitu juga dengan gadis yang saat ini masih bergelung dengan selimutnya.
Semalam saat ia bersama dengan Laut sehabis berpelukan mereka berdua bercerita dan bersenda gurau, hingga mereka tertidur tergeletak mengenaskan diatas karpet. Entah jam berapa cowok itu kembali kerumahnya, yang diingat oleh Dini adalah, saat Arsen memindahkan tubuhnya keatas kasur.
Gadis itu saat ini masih setia memejamkan matanya. Sungguh indah mimpi yang saat ini dialami oleh Dini. Ia bertemu dengan Manurios lalu diajak menikah, dan hidup bahagia. Hingga mimpi itu buyar ketika seseorang dengan tidak tahu diri berteriak lalu membuka kasar selimut yang menutupi tubuhnya.
"Bangonnnn woi, dah siang." Teriak orang itu yang tak lain adalah Laut, tetangganya. Tangan Laut bergerak merampas guling dari pelukan Dini, lalu memukulkan guling itu pada gadis yang saat ini masih enggan untuk membuka matanya. "Anak gadis gak baik bangun siang, ntar suaminya kakek-kakek."
Dini menggeliat sambil merengek." Resek lo ah, lagian kan hari Minggu, gue mau tidur sampe sore."
Mendengar itu, sontak Laut semakin melanjutkan aksinya memukuli Dini menggunakan guling yang ada ditangannya. "Emang bener lo yah, bangun nggak lo! Atau gue siram pake air nih?."
"Setengah jam lagi deh." Ucapnya dengan mata yang masih tertutup.
"Ini udah hampir jam sebelas goblok, pemalas banget sih lo jadi cewek. Gimana mau jadi bini gue kalo malas gini."
Sontak mata Dini yang semula tertutup langsung terbuka." Dih amit-amit gue nikah sama lo. Tipe gue tuh duda kaya raya sama mafia atau sikopet, bukan gembel kayak lo."
"Bangun beastie, lihatlah dunia saat ini sedang mentertawakan mimpimu." ujar Laut dengan nada mengejek. "Udah mandi sono, liat tu ileran dih jorok."
Dengan berat hati, gadis itu pun turun dari kasurnya lalu berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya dikamar mandi Dini berteriak. "Jamallll ambilin handuk gue!"
"Kebiasaan buruk lo ilangin njir." omel Laut tapi tetap mengambilkan handuk Dini. Lalu menuju karah pintu toilet, terlihat tangan mungil disela-sela pintu. Terlintas ide jahil diotak kecil Okta, "Din ikut mandi dong."
"Gue patahin kaki lo!"
Laut terkekeh mendengar nada galak sahabatnya. "Ayolah Din, ikut mandii ahh."
"Yaudah sini ikut, tapi jangan salahin gue kalo lo keluar dari kamar mandi dengan keadaan tidak bernyawa lagi."
Cowok itu bergidik ngeri mendengarnya. "Nggak ah makasih, nih handuk lo."
"Makasih Jamal." Ucap Dini ketika handuk itu sudah berada ditangannya.
Laut melangkah kearah pintu hendak keluar dari kamar bernuansa soft itu. Setelah menuruni anak tangga, Laut menuju keruangg makan dimana terdapat Jihan disana.
"Ayah udah berangkat bund." Tangannya mencomot roti tawar yang sudah diberi selai coklat kesukaannya oleh Jihan.
Jihan mengangguk dengan tangan yang masih berkutat dengan peralatan dapur. "Iya, baru aja. Katanya ada klien dari Bogor hari ini."
Cowok itu ber- oh ria sambil menganggukkan kepalanya. "Bundaa," nada suaranya memelan tidak seperti tadi yang terdengar tengil. "Mama ada ngehubungin bunda nggak?" tanya Laut.
Sontak saja kegiatan Jihan berhenti mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh pria yang sudah ia anggap anaknya sendiri dihadapannya ini. Kakinya melangkah mendekat kearah cowok itu. "Laut kenapa nanya gitu, kangen mama? Kan ada bunda." Ucapnya sambil mengelus Surai legam Laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS OR HUSBAND?[On Going]
Random"L-lo mau ngapain?" Laut bertanya sedikit gugup. Dini terkekeh, lalu melirik Laut yang menutupi tubuhnya dengan handuk. "Kita udah nikah loh. Kemarin aja lo hampir khilaf sama gue, nah sekarang kan udah bisa lebih dari khilaf." Laut tampak gelagapan...