3. Terlalu Astagfirullah
...Dini mengendarai motor sport nya dengan kecepatan diatas rata-rata. Seolah tuli, ia tidak memperdulikan umpatan pengendara lain yang ditujukan kepadanya. Jam sudah menunjukkan pukul 7.35 dan artinya ia telat. Apalagi hari ini adalah hari Senin, yang mana upacara bendera sudah berlangsung sejak tadi.
"Sialan Jamal, masa gue ditinggal." Kesalnya sembari terus memfokuskan pandangan kearah jalan.
Tak lama ia sudah sampai didepan gerbang SMA merdeka yang sudah tertutup rapat. Dengan helaan nafas yang terdengar berat, Dini mencoba memutar otaknya memikirkan cara agar lolos dari hukuman hari ini.
"Lewat jalan belakang aja kali yah." Monolognya sendiri, tanpa menunggu lama, ia mendorong motornya menuju kesebuah warung Mak Osin yang berada disamping pembatas SMA merdeka. Kebanyakan siswa memang biasanya nongkrong disini pas jam istirahat maupun pulang sekolah.
"Mak Sin, titip motor Dini yahh!" Ujarnya sedikit berteriak, karena ia langsung mengambil ancang-ancang untuk memanjat pagar pembatas.
Mak Osin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan gadis dihadapannya ini. "Telat lagi neng?"
Dini mengangguk kecil." Iya mak, tuh si Jamal ninggalin."
Tentu Mak Osin tahu Jamal siapa yang dimaksud oleh Dini yang tak lain adalah Laut. Bahkan seluruh isi sekolah sudah mengetahui bagaimana kedekatan dua remaja itu.
Happp
Dini berhasil mendarat dengan selamat, bukan susah baginya yang sudah sangat sering melakukan hal ini. Setelah berdiri dengan tegap, tangan gadis itu bergerak menepuk-nepuk celana trainingnya yang kotor karena debu. Baru saja ingin melangkah menuju kebelakang perpustakaan, suara berat seseorang membuatnya mengumpat dalam hati.
"Pantaskah seorang perempuan melanggar aturan lalu memanjat pagar pembatas seperti tadi?" Ucap orang yang menangkap basah Dini, yang tak lain adalah Nathan sang ketua OSIS super galak dan ketat akan aturan.
"Menurut gue, pantas-pantas aja sih." Jawab Dini seolah menantang. Dari dulu memang Dini sangat tidak menyukai Nathan, yang menurutnya selalu mencari kesalahan ia dan teman-temannya.
Nathan tidak menggubris perkataan yang diucapkan oleh Dini. Tangannya yang sedari tadi memegang buku dan pulpen untuk mencatat nama biang onar satu ini. " Ikut saya kelapangan, kamu harus mendapat hukuman sama seperti yang lainnya."
"Lo lupa siapa gue?" Matanya menatap sinis kearah Nathan yang hanya memandangnya datar.
"Alava Dini Aldrick anak dari donasi besar SMA merdeka." Jawab Nathan yang dibalas anggukan songong oleh Dini. " Tetapi saya tidak akan memandang siapa kamu, saya akan tetap memberikan hukuman karena kamu sudah melanggar aturan."
"Ikut saya, dan lepas celana training kamu terlebih dahulu." Terdengar seperti perintah mutlak, sehingga ia menurut dan mengikuti dari belakang.
"Sialan Nathan jelek anak Johan kepalanya botak ."dumel Dini dalam hati.
Mereka sudah sampai dilapangan, dan Dini langsung memposisikan dirinya dimana ada murid lain yang melanggar aturan.
Ditempat lain tepatnya dibarisan kelas XII IPA 2, Laut memperhatikan Dini dari awal gadis itu memasuki lapangan. Pasti Dini akan mengomelinya habis-habisan karena tidak menunggu lagi sebelum berangkat sekolah. Ah, ia jadi tidak sabar menanti hal itu, bagaimana Dini yang akan menyemburnya nanti dengan sumpah serapahnya.
Suasana yang panas ditambah ceramah kepala sekolah yang jika dibayangkan ibarat perjalan dari Jakarta ke Bandung. Ingin sekali rasanya Dini langsung masuk kekelas saja dan menikmati dinginnya AC yang menyegarkan. Tapi sepertinya angan-angan itu harus ia buang jauh-jauh mengingat sehabis ini ia akan mendapat hukuman dari guru kesiswaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS OR HUSBAND?[On Going]
Random"L-lo mau ngapain?" Laut bertanya sedikit gugup. Dini terkekeh, lalu melirik Laut yang menutupi tubuhnya dengan handuk. "Kita udah nikah loh. Kemarin aja lo hampir khilaf sama gue, nah sekarang kan udah bisa lebih dari khilaf." Laut tampak gelagapan...