4. Kolor Hello Kitty

0 1 0
                                    

4. Kolor Hello Kitty
...

Motor Laut melaju dengan kecepatan sedang, tepat dibelakangnya Dini tengah bersenandung kecil. Saat ini mereka sedang menuju minimarket setelah tadi membeli novel disebuah toko buku.

Langit malam ini tampak damai, tidak menunjukkan adanya tanda-tanda akan turun hujan. Tetapi angin malam, cukup dingin hingga menembus kulit Dini yang terbalut jaket denim.

Ia merapatkan pelukannya dipinggang Laut."Nanti beli kopi yah, kayaknya enak deh dingin-dingin minum kopi."

Laut melirik sekilas kearah spion motor yang menampakkan wajah sahabatnya. "Satu kali seminggu aja, gak boleh lebih."

"Siap!"

Setelah memarkirkan motor dengan rapih, Dini turun terlebih dahulu disusul Laut. Dengan santai Laut membawa langkahnya menuju kedalam minimarket dengan satu tangan yang ia gunakan untuk menggandeng tangan Dini.

Layaknya seorang anak kecil yang hendak dijajanin orang tuanya. Dini berlarian kesana-kemari sambil mengambil Snack kesukaannya. Sedangkan Laut hanya mengikuti sambil geleng-geleng kepala. Sepertinya dompet cowok itu akan terkuras habis malam ini.

"Yang ini, terus yang ini," ia tampak berfikir untuk mengingat jikalau ada yang terlupa. "Nahh, sama yang ini."

"Udah? Atau mau lagi?" tanya Laut, ia masih setia mengikuti langkah Dini sambil membawa ranjang belanjaan.

"Udah deh itu aja, tinggal beli kopinya abis itu pulang." Laut mengangguk lalu berjalan menuju kasir untuk membayar semua jajanan Dini.

Sembari Laut membayar, Dini menunggu diluar minimarket sambil memainkan ponsel hanya sekedar mengscroll media sosial.

"Hai, sendirian aja nih?" Suara seseorang mengalihkan perhatian Dini. Ia sedikit mendongak karena orang itu berdiri sedangkan dia duduk.

Tercipta kerutan didahi gadis itu, pertanda ia sedang bingung, namun Dini langsung menetralkan ekspresi nya agar tampak biasa saja, "Hmm." Jawabnya karena malas meladeni.

Tanpa izin cowok tadi duduk mengambil posisi disamping Dini. "Boleh kenalan nggak?"

"Sorry, next time."

"Ayolah, mana tau kita bisa temenan atau...bahkan mungkin lebih." Dengan kurang hajar nya cowok tadi mengusap kepala Dini.

"Brengsek Lo!" Tanpa disangka gadis cantik itu melayangkan satu pukulan tepat dipipi kanan cowok tadi, sebut saja namanya Bara, hingga tersungkur kebawah.

"Apa hak lo nyentuh gue ha!? Mau gue patahin tangan lo?!." ia menunduk sambil menyeringai hingga memperlihatkan taringnya.

Bukannya takut, Bara malah terkekeh. Jarang sekali ada cewek yang berani memukulnya. Bahkan Dini cewek pertama yang melakukan itu. Bersama Dini, ia merasa tertantang.

"Jadi makin tertantang nih." Tangan Bara bergerak mengusap darah dari sela bibirnya. Lalu ia berdiri tegap, sembari memperbaiki jaketnya yang berantakan.

"Namanya siapa sih, galak amat," Bara mencolek dagu Dini dengan tampang genit.

"Jangan sentuh gue dengan tangan kotor lo itu!!" sungguh Dini sangat marah atas perilaku cowok ini.

Untungnya tempat itu lumayan sepi karena jam hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Hingga keributan yang dihasilkan oleh Dini dan Bara tidak menarik perhatian orang-orang.

Laut datang sambil menenteng belanjaan. Ia sedikit berlari ketika melihat Dini yang tengah ribut dengan seseorang yang tidak dikenal.

"Dini, ada apa?" tanya Laut dengan suara pelan. Ia mengambil satu tangan Dini untuk digandeng.

FRIENDS OR HUSBAND?[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang