14

3.4K 309 14
                                    

UNFORGIVEN HERO

ORIGINAL STORY BY SANTHY AGATHA

.

*****

.

Berita itu membuat jantung Jeno berdenyut kencang. Jaemin hamil... Jaemin mengandung anaknya. Mereka akan punya bayi bersama. Tadi Jeno langsung menyetir mobilnya setengah mengebut ke arah asrama Jaemin. Dia tidak sabar bertemu Jaemin, memastikan suaminya baik-baik saja, dan calon anaknya juga sehat di kandungannya.

Apapun yang akan terjadi, dia akan mempertahankan pernikahan ini. Bayi itu semakin memperkuat alasannya untuk berjuang mendapatkan Jaemin kembali. Semoga Jaemin setidaknya mau memberinya kesempatan.

Hati-hati dia memarkir mobilnya di depan asrama. Beberapa mahasiswa yang lalu lalang di jalan menoleh ke arahnya, beberapa yag lain bahkan sampai tidak mampu mengalihkan pandangannya. Asrama itu memang dekat dengan kampus ternama di kota ini, sehingga banyak mahasiswa yang lewat dengan berbagai urusannya. Jeno memang layak untuk dilihat dua kali. Ketampanannya sangat menyolok, sehingga menarik perhatian orang. Hari ini dia mengenakan celana jeans santai dan kemeja senada dan memakai rompi rajutan yang membungkus dengan indah badannya. Dadanya yang bidang tercetak dengan jantan di sana, rambutnya agak basah karena buru-buru sehabis mandi, disisir begitu saja ke belakang dengan jemarinya, membuatnya tampak semakin seksi. Lelaki itu benar-benar tampan.

Tetapi dia adalah lelaki tampan yang gugup. Langkahnya ragu sekaligus bersemangat. Seluruh kata-kata terjalin campur aduk di benaknya. Dia harus bisa meyakinkan Jaemin supaya kembali kepadanya. Ketika Jeno sampai ke depan pintu asrama, dia hendak mengetuk. Tetapi pintu langsung terbuka dari dalam, menampakkan wajah ibu Shin yang pucat pasi.

"Jaemin pegi. Dia tidak ada di mana-mana, aku tidak tahu kapan dia pergi. Dia meninggalkan surat ini..." Mata ibu Shin membelalak panik, "Ya Tuhan, Jeno, sepertinya dia mendengar percakapan kita tadi pagi dan marah karena menemukan kebohongan lagi."

Kepala Jeno seperti dihantamkan dengan keras menerima kabar itu, dia menerima surat itu dari ibu Shin dan membacanya. Wajahnya memucat membaca pesan singkat yang ditulis di atas kertas sederhana tersebut.

Kau tidak akan bisa mengatur-atur kehidupanku lagi Jeno. Aku akan pergi jauh, dan kau tak akan bisa menemukanku lagi

.

*****

.

Jaemin mengetuk pintu rumah Renjun, dan menunggu dengan cemas. Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki dari dalam dan pintu dibuka.

"Jaemin?" Renjun menatap Jaemin dan tersenyum lebar, "Kenapa kau tidak mengabari kalau kau mau datang? Aku bisa memasakkan makanan istimewa untukmu..."

"Renjun." Ekspresi wajah Jaemin yang begitu serius membuat senyum Renjun memudar dan menatap Jaemin dengan bingung. "Berjanjilah kepadaku kau tidak akan mengatakan kepada Jeno kalau aku ada di sini."

"Ada apa Jaemin?" Renjun melihat kepada Jaemin, "Apa yang terjadi kepadamu?"

"Berjanjilah dulu Renjun."

Renjun melihat betapa seriusnya Jaemin. Dia menganggukkan kepalanya dengan cepat, "Baiklah, aku berjanji, Ayo masuklah dulu, aku akan membuatkan teh untukmu."

Jaemin mengikuti Renjun masuk ke dalam rumah. Renjun membuatkan teh untuknya dan mengajaknya duduk di ruang keluarga. Sepertinya sang bayi sedang tidur karena suasana rumah sangat sepi.

Unforgiven Hero || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang