🍑CHAPTER 19🍑

1K 147 34
                                    

Tak terhitung ternyata waktu sudah berjalan selama enam bulan dan dalam enam bulan itu, Jisoo sudah men-transfer gaji bulanannya ke rekening Seokjin.

Ceritanya seperti ini.

Saat gaji pertama, Jisoo bersyukur karna Shin Ajumma memberikannya uang sebesar seratus ribu won. Keesokan harinya, Jisoo berniat membuat ATM sendiri untuk mentransfer uangnya ke rekening Seokjin bermaksud untuk mencicil hutang Bibi Kim. Persyaratannya pun juga sudah lengkap semua dan hanya dalam beberapa jam saja, kartu segi empat itu sudah berada di tangan Jisoo.

Senang? Tentu.

Walau Jisoo tidak akan mengambil sepeserpun dari gajinya, tapi ia senang karna dirinya bisa membantu Bibi Kim. Dan di setiap gajiannya, uang itu akan ia transfer ke rekening Seokjin. Tapi... Jisoo masih belum memberitahu Seokjin tentang dirinya yang setiap bulan mentransfer uang.

Rencananya, Jisoo akan memberitahukannya saat waktu jaminannya habis atau lebih jelasnya saat ia akan pergi dari rumah megah ini.

______

Jisoo menghela nafasnya lelah. Ia baru saja mentransfer uang lewat mesin ATM yang berada di minimarket terdekat. Struknya ia simpan di laci meja rias bersamaan dengan struk-struk yang lain. Sengaja ia menyimpannya agak tidak lupa total yang sudah ia transfer. Selain itu juga, Jisoo menulisnya di sebuah buku catatan kecil agar jika kertas itu hilang, ia masih punya catatannya.

Hari ini Jisoo libur kerja karna Shin ajumma harus pergi ke daegu untuk menemani anaknya yang tengah sakit. Jisoo pun diberi libur selama satu minggu, namun untungnya upahnya tidak dipotong sama sekali.

Hari ini Seokjin juga libur. Katanya badannya merasa tidak enak dan sedikit pusing. Jujur, Jisoo juga kasihan melihatnya. Semalam saat baru pulang kerja, wajah Seokjin sangat pucat dan badannya hampir tumbang jika Jisoo tidak sigap menahannya. Bukan karna mabuk, tapi karna demam. Jisoo yakin pasti suaminya ini kelelahan akan pekerjaannya.

Saat jam makan siang, Jisoo membuat sayur sup untuk makanan Seokjin dan dirinya. Tapi yang pertama harus Seokjin dulu yang makan, jika suaminya sudah makan, Jisoo baru bisa tenang.

Tok

Tok

Tok

Jisoo membuka pintunya hati-hati lalu berjalan masuk dengan pelan agar tidak menggangu Seokjin yang sedang memejamkan matanya.

Sebelum dibangunkan, Jisoo menaruh punggung tangannya untuk memeriksa apakah panasnya sudah turun atau belum. Dan senyum pun terbit di wajah Jisoo. Panas Seokjin sudah mulai turun dan bahkan hampir normal.

"Ajussi" Jisoo menepuk pelan pipinya agar cepat bangun. Dan benar saja, di panggilan kedua, Seokjin sudah membuka matanya.

"Oh kamu. Ada apa?"

Aaaaaaa... Jisoo merasa sangat kasihan dengan kondisi Seokjin. Lihatlah, matanya sangat merah, bibirnya pucat dan suaranya yang hampir hilang. Jika boleh Jisoo menangis maka akan Ia lakukan sekarang. Namun ia tidak boleh melakukan itu, itu akan membuat Seokjin merasa sedih juga. Mungkin.

"Ajussi makan siang dulu ya" Mata Seokjin melihat ke samping, tepat dimana Jisoo meletakkan nampan yang berisi semangkuk sup dan sepiring nasi. "Atau Ajussi mau ganti baju dulu?"

Seokjin mengangguk. Ia memilih mengganti bajunya dulu agar nyaman. Jisoo pun turut membantu Seokjin melepaskan pakaiannya. Hanya baju saja sih, kalau celana... Jisoo masih belum berani. Xixixi

Setelah itu, Seokjin berjalan ke kamar mandi dengan bantuan Jisoo juga. Ia ingin mencuci mukanya agar sedikit segar. Selesai dengan itu, Seokjin kembali ke kasurnya.

Alpaca Ajussi || JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang