FAB - 07

1.3K 220 14
                                    

Disebuah kerajaan, lebih tepatnya Fairy Castle mereka kini sedang dikumpulkan oleh raja mereka-- Donghae. Terlihat wajah serius dan memerah menahan amarah itu, ia duduk di singgasana yang menjadi tempat temannya selama bertahun-tahun belakangan ini. Ditemani dengan istrinya yang duduk dengan kepala yang tertunduk, ditemani dengan isakan yang memilukan.

Semua peri yang ada disana menundukkan kepalanya, raja mereka sangatlah jarang marah seperti ini. Namun saat tadi, seluruh bangsa peri dikumpulkan. Mereka melontarkan kata-kata yang berbeda ketika mendengar Queen Fairy mereka menghilang.

Memang sejak saat Taeyong meminta ijin untuk bermain ke hutan kemarin, anaknya itu belum kembali sampai saat ini. Membuat kekhawatiran mereka bertambah kali lipat.

"Benar jika diantara kalian tidak melihat anakku?"teriak Donghae dengan lantang, membuat para peri disana menggelengkan kepalanya serentak.

Donghae mengeraskan rahangnya, ia memanggil salah satu kepercayaannya untuk menelusuri semua hutan. Tidak perduli jika hutan itu terlarang, yang terpenting anaknya ditemukan. Donghae menoleh ke samping, dimana istrinya yang masih menangis. Tak lupa juga, ditemani oleh kedua teman anaknya itu. Queen Fairy of Nature dan Queen Fairy of eternity.

"Suamiku, bagaimana jika anak kita terluka? Bagaimana jika anak kita menangis dikesunyian malam? Kau tau jika Taeyong sangat takut dengan kegelapan, bagaimana ini semua hiks..." Tiffany menutup kedua wajahnya itu dengan tangannya, ia terus saja terisak. Usapan dikedua bahunya tidak mempan untuknya, yang ia inginkan hanyalah Taeyong kembali ke kerajaan ini.

"Tenanglah, aku akan ikut mencari anak kita. Aku tidak mungkin diam saja ketika buah hati tercinta kita hilang begitu saja."ujar Donghae, ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Tiffany. Membuat Queen Nature dan Queen Eternity menggeser tubuh mereka, mempersilahkan sang raja untuk memeluk ratunya.

"Ten, Winwin."panggil Donghae.

"Ya, ayah?"sahut keduanya serempak, membuat Donghae menoleh kedua teman anaknya.

"Ten, kau ikut ayah untuk mencari Taeyong. Dan Winwin, kau temani ibu mu disini."ucap Donghae tegas, membuat kedua anak itu mengangguk patuh.

"Baik ayah."

•••

Taeyong menatap makanan didepannya itu tidak selera, rasanya ia ingin muntah saat ini juga. Namun kehadiran orang-orang yang menurutnya menyeramkan itu terus saja menatap dirinya, seolah menunggu Taeyong untuk memakan makanan yang tersaji dimeja makan ini.

Jaehyun yang menyadari pun menoleh ke samping, ia menatap Taeyong yang seperti menahan sesuatu. "Kenapa?"tanya Jaehyun.

Taeyong menatap Jaehyun dengan mata berkaca-kaca, ia menggelengkan kepalanya kecil. "Aku tidak suka makanan ini, Hyunie."ucapnya bisik, mata bobanya itu seolah memberi tahu jika ia ingin muntah saat ini juga.

Jaehyun tersadar, ia lupa jika Taeyong bukan bangsa darinya. Ia berdehem pelan, memanggil satu pelayan untuk membuatkan makanan yang matang. Setelahnya, pandangan Jaehyun beralih pada kedua orang tuanya.

"Taeyong tidak suka dengan makanan mentah ini ayah, jadi aku menyuruh salah satu pelayan kita memasak makanan yang matang."ucapnya memberi tahu, sang ayah yang mendengarnya menatap sinis anaknya itu.

"Bodoh."ucapnya sarkas, membuat ia mendapatkan hadiah kecil dari istrinya itu. Cubitan maut.

Bagaimana tidak selera? Jika makanan didepannya hanyalah daging hewan yang masih mentah, ditemani dengan darah yang masih mengalir. Belum lagi minuman yang tersaji, yang isinya tidak jauh dari darah.

FATE A BOTHWhere stories live. Discover now