Meira menyisipkan rambutnya ke belakang telinga, seiring dia mendengarkan nada-nada indah dari suara Tulus dengan semua lagunya yang terasa nyata untuk dia. Hanya 1 lagu Tulus yang tidak mencerminkannya, Teman Hidup.
Boro-boro punya teman hidup, pacar saja dapatnya antara hidup dan mati. Kak Rayyan bukan pacar pertama di dalam hidup Meira. Mungkin sekitar 3 atau 4. Meira bukan tipikal perempuan yang suka gonta-ganti pasangan, hanya saja, dia punya sifat mudah terbawa perasaan sehingga dia akan berpikir jika pria ini menyukainya. Nyatanya, kadang dia hanya menjadi tempat persinggahan.
Duduk di bawah rumah jamur yang menjadi ikonik kampusnya menjadi salah satu dari sekian rutinitas yang dia suka. Kampusnya memang panas, maka dengan duduk di bawah rumah jamur, bisa sedikit mengurangi rasa panasnya.
Di tangannya sudah terselip ipad yang menjadi teman bisu untuk menemani kebosananya menunggu Seohyun datang kuliah. Sahabatnya satu itu memang lebih suka datang mendadak. Ipad yang biasa dia gunakan untuk menggambar random apa yang terlihat hari ini.
Meski jurusannya komunikasi, tetapi mimpi Meira sebenarnya masuk DKV. Sayangnya dia punya buta warna.
Membicarakan soal pasangan hidup, Meira kadang merenungkan nasib percintaanya. Orang-orang di sekelilingnya selalu bilang jika dia terlalu tinggi dalam bermimpi, sehingga saat menjalin cinta, dia dihadapkan kenyataan yang pahit.
Meira memang suka menonton drama, film, hingga membaca novel sastra romantis. Bagi Meira yang hidupnya muram, membaca hal tersebut cukup menjadi obat luka di hatinya. Nyatanya, kini dia terjebak dalam imajinasinya sendiri.
Kalau suatu hari, hidupnya akan mirip seperti di dongeng, atau paling tidak kisahnya akan romantis seperti Daphne dan The Duke di serial Bridgerton. Rasanya akan luar biasa.
Meira tertawa tanpa suara saat membayangkan hal konyol, sampai matanya mendapati seseorang yang baru saja datang. Turun dari motor sport warna hijau metalik yang di badan motornya ditempel stiker metal. Entah apa yang merasukinya.
Meira mencoba mengalihkan mata agar tidak mengundang orang itu kemari, nyatanya orang dengan jaket kulit cokelat dan kacamata bulat justru mendekatinya.
"Hai, Mei."
Meira bingung menjawab apa.
"Seohyun belum datang ya?"
"Iya. Masih di jalan."
Radit menyisir rambutnya ke belakang dengan mengangguk-angguk beberapa kali. Lalu menatap kembali gadis berparas manis dengan rambut panjangnya tersebut.
"Oh gitu ya, lo inget perjanjian kita 'kan?"
Meira mendongak, pupil matanya langsung bergerak gelisah.
"A-Apa ya?"
"Aduh, Mei, masa harus gue ingetin lagi." Radit mendekat.
Meira berpura-pura lupa.
"Minggu ini rencana soal gue ngajak Seohyun nonton."
"Dit, kayaknya nggak bisa deh."
Radit mengernyitkan dahi. "Kenapa?"
Meira berusaha mencari-cari alasan, pasalnya dia sungguh tidak mau membuat Seohyun kecewa atau marah padanya karena diam-diam mendekatkan dia dengan pria ini.
"Ya pokoknya nggak bisa."
"Lo tenang aja, Mei. Gue nggak bakalan ngelakuin hal seronok ke Seohyun pas nonton. Janji nggak bakalan pegang-pegang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Impian - END
Fanfiction[Marriage, AU 15+] "Berapa usia lo?" "29 tahun." Perempuan itu menghela. "Kenapa? Itu masalah?" Perempuan ini hampir hilang akal bagaimana caranya menolak perjodohan ini, menghilangkan pria gila ini dari hidupnya. Juga semua ucapannya yang penuh omo...