[17] Tugas Wawancara

323 41 23
                                    

Kondisi kelas masih ramai mengerjakan tugas kelompok yang akan datang, atau paling sebagian sengaja pulang terlambat karena sendirian di kos atau mungkin ingin pacaran. Ini yang terjadi pada Meira dan Seohyun di dalam kelas, mereka bukan sengaja ingin pulang terlambat, tapi mereka memang ingin mengerjakan tugas kelompok di dalam kelas supaya lebih tenang saja.

Presentasi yang akan datang menjadi tugas kelompok hari ini, dengan Seohyun yang merangkum materi, Meira yang kini sibuk edit video kelompok dan Pram yang kini membuat PPT untuk presentasi mereka. Alasan kenapa Pram yang justru diminta untuk buat power point karena pria itu sangat amat lucu jika diminta membuat slide yang menarik, dan lagi Meira yang menawarkan diri mengedit video.

Seohyun sejenak meregangkan ototnya yang kaku, hari ini cukup hectic baginya. Berangkat jam 8 pagi, ada kelas, lanjut hingga jam 2 kelas lain yang baru selesai adzan Ashar tadi. Dan sekarang sudah mau adzan Magrib tapi mereka tertahan di kelas untuk melanjutkan tugas.

Beberapa teman sekelasnya yang lain bahkan sampai rebahan di depan kelas, mereka seakan balik menjadi anak SMA.

"Ini udah semua materi, Seo?"

Seohyun memejamkan mata. "Iya." dalam benaknya sibuk memikirkan harus masak apa untuk Kyuhyun setelah ini.

Yang gampang apa ya? Telur dadar? Nasi goreng? Mie telur? Ah, males masak.

Pram memberikan hasil kerjanya pada Seohyun. "Lihat dulu, takut ada yang kurang."

Seohyun membaca cepat saja dan mengangguk. "Mantap, Pram!"

"Ini edit video sisa masukin judul aja."

Mereka berdua menoleh pada Meira yang turut meregangkan otot, kejang. "Oke, Mei."

"Aduh, kenapa sih tugasnya Pak Bowo nggak pernah ngotak?" keluh Seohyun.

"Nggak tahu tuh, nyebelin," sahut Meira.

Pram ikut bersandar pada kursinya dengan helaan napas. "Pak Bowo lagi sensi kali, ngasih tugasnya buanyak!"

"Sensi kenapa? Hamil?"

Meira agak terkekeh mendengar celetukan Seohyun, tidak bisa dibayangkan Pak Bowo yang tinggi besar, brewokan, namun agak buncit itu ternyata sedang hamil. Selain tidak masuk akal, tidak cocok saja.

"Mana kita ada tugas buat liputan berita, kan?"

Seohyun hampir bersumpah serapah. Dia baru ingat.

"Kapan kita rapat redaksi?"

"Besok."

Seohyun mengangguk. "Oke, aku mau pulang. Suami aku bentar lagi sampe rumah."

Pram bersiul sengaja menggoda. "Yang udah jadi istri, kesibukkannya beda ya."

Seohyun mau menonjok gigi Pram rasanya. "Diem!"

Meira turut tertawa. "Kamu dijemput suami?"

"Nggak, naik angkot sendiri. Kenapa?"

"Aku temenin nyari angkot."

Seohyun dan Meira membereskan barang mereka, dengan Pram yang sudah memastikan file tugas mereka sudah disimpan, begitu pun tugas edit videonya. Lalu mereka menjadi orang pertama yang pulang dari kelas. Keadaan kampus semakin sepi meski beberapa mahasiswa, khususnya anak majelis yang masih rapat di teras masjid sekalian menunggu adzan Magrib.

Seohyun membuka ponselnya dan mengirim pesan pada Kyuhyun.

Seohyun:
Pulang beli martabak telur ya.
Aku nggak masak

Suami Impian - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang