Mobil Arcel telah sampai di halaman rumah sederhana milik kekasihnya, Alara. Cowok itu mengembangkan senyumnya tak sabar untuk bertemu sang kekasihnya pagi ini. Ia segera berjalan ke arah teras rumah Alara dan mengetuk pintu rumah tersebut.
Tok tok tok
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tak lama pintu rumah itu dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda dan cantik. Dia ibu Alara.
"Pagi, Bunda," ucap Arcel menyalimi tangan Rani dengan sopan.
"Pagi juga, Nak Arcel," balas Rani. Ia mengusap-usap rambut Arcel sekilas.
"Mau jemput Alara, ya? Dia nya lagi dandan kayaknya. Ayo masuk dulu, Nak," ujar Rani mempersilahkan Arcel untuk masuk.
"Iya, Bunda."
Arcel memang memanggil Rani dengan sebutan "Bunda". Rani sendiri yang menyuruhnya. Wanita itu sangat suka di panggil dengan sebutan "Bunda".
Arcel memilih duduk di ruang tamu. Ia menatap sekeliling rumah tersebut. Ia sangat menyukai suasana rumah Alara. Rani sangat suka menanam bunga. Jadi tak kaget jika rumahnya sangat terlihat hijau dan asri.
"Arcel, kamu udah sarapan Nak?" tanya Rani yang datang dengan membawa sebuah kotak bekal. Arcel yakini itu milik Alara.
Arcel menganggukkan kepalanya. "Sudah, Bund."
"Ya sudah. Oh iya, Arcel. Alara susah banget buat disuruh makan. Dia aja jarang sarapan, anak itu maunya bawa bekal terus. Jadi Bunda minta, kamu lihat nanti dia di sekolah ya. Pastiin buat dia makan bekalnya ini nanti," ujar Rani yang langsung diangguki oleh Arcel.
"Bunda jangan khawatir. Arcel selalu ngawasin Alara kok. Arcel juga bakal coba nyuruh Alara buat sarapan pagi," jawabnya sambil tersenyum.
Rani tersenyum dan menepuk bahu kanan Arcel pelan. "Terimakasih banyak, Arcel. Dengan kedatangan kamu, Bunda jadi jarang lihat Alara murung karena selalu mengingat-ingat almarhum ayahnya. Bunda bisa merasakan, Alara bahagia sama kamu. Alara tuh sayang banget sama kamu, Arcel. Jadi, Bunda harap kamu gak akan mengecewakan dia ya. Cuma kamu yang bisa Bunda handalkan sekarang." ucap Rani tulus. Seperti Alara, ia juga kehilangan sosok suami tercintanya. Pria tersebut meninggal saat Alara duduk di kelas satu SMA karena sakit jantung yang dideritanya.
"Sama-sama, Bunda. Arcel janji bakal buat Alara bahagia selalu. Bunda bisa pegang janji Arcel," ujar Arcel yakin.
"Iya, Bunda percaya sama kamu."
"Aduh, lagi ngomongin apa sih? Serius banget kalian berdua," ujar Alara yang sudah siap dengan seragam putih abu-abu yang melekat di tubuhnya. Gadis itu terlihat cantik di mata Arcel.
"Gak ngomongin apa-apa kok. Nih, Alara nya udah siap. Kalian buru-buru berangkat sekolah gih. Keburu telat nanti," ujar Rani.
Kedua remaja itu menganggukkan kepalanya. Mereka menyalimi tangan Rani bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCELARA
Teen Fiction"𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐤 𝐫𝐞𝐥𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐮𝐤𝐚." •••●••• "𝐒𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬 𝐚𝐩𝐚𝐩𝐮𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮𝐦𝐮 𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚."...