•
•
•Vote dulu yaa!!!
Oke lanjutt!Alara sedari tadi membuka mulutnya lebar-lebar. Ia sangat takjub melihat pemandangan ibukota dari atas bianglala. Ada rasa senang saat ia melihat pemandangan lampu-lampu malam di bawah sana. Ia menatap ke arah seseorang yang ada di depannya.
"Arcel," panggilnya.
"Iya? Kenapa sayang?" tanya Arcel. Ia menatap lembut ke arah Alara.
"Makasih ya." ucap gadis itu menatap Arcel tulus.
"Untuk?" kening Arcel berkerut. Bingung dengan ucapan yang dilontarkan gadis di depannya itu.
"Terimakasih banyak karena kamu yang udah pilih aku sebagai pacar kamu. Terimakasih, karena kamu yang selalu ada di samping aku. Terimakasih, karena kamu yang selalu nunjukkin rasa sayang dan cinta kamu buat aku. Dan terimakasih, karena kamu masih sama aku sampai detik ini." ucap Alara panjang lebar hingga membuat Arcel menatapnya dengan tatapan sendu.
"Sayang," ujar Arcel yang masih menatap Alara.
"Iya?"
"kamu belajar dari mana kata-kata romantis begitu? Kamu lagi cosplay penyair cinta?" tanya Arcel membuat Alara menatapnya cengo.
Plak
"Awwsh!" ringis Arcel mengusap lengannya yang dipukul Alara.
"Kamu kira aku lagi bercanda? Aku ngomong serius dari hati, Arcel!" semprot Alara tak terima. Padahal ia sudah deg-degan mengatakan kalimat itu tadi. Tapi respon Arcel malah di luar nalarnya. Tau begitu ia tidak usah repot-repot mengatakan kalimat keramat itu tadi. Sangat menyebalkan.
Arcel tertawa melihat raut wajah Alara yang kini cemberut. "Aku bercanda, sayang. Tatap aku," ucapnya membuat Alara yang tadi mengalihkan pandangannya kini menatapnya ragu-ragu.
Arcel menangkup wajah cantik milik Alara dengan tersenyum. "Sayang, sebelumnya terimakasih kamu udah bilang itu ke aku. Aku seneng dan terharu dengernya. Tapi, seharusnya aku yang bilang itu ke kamu. Terimakasih, karena udah betah jadi cewek aku selama ini. Terimakasih, udah mau ngeladenin aku yang begini. Terimakasih untuk semuanya. Yang aku mau cuma satu, Ra. Seterusnya dan selalu sama kamu. Gak akan terganti. Aku berharap hubungan kita bisa lebih dari ini nanti."
Ucapan Arcel sukses membuat Alara yang tadinya cemberut kini mulai merekahkan senyumannya. Tapi itu tak bertahan lama setelah Arcel melanjutkan ucapannya.
"Kalo bisa, pas kita udah metong nanti kuburannya satu liang lahat aja. Biar bisa deket sama kamu terus akunya,"
Alara memukul lengan Arcel dan seraya mendelikkan matanya. "Jangan gila ya kamu! Mana bisa?"
"Ih bisa kok!"
"Gak bisa, Arcel!"
"Bis-"
"Mbak, Mas. Bianglala-nya udah berhenti. Silahkan turun," ucap bapak-bapak paruh baya pemilik wahana bianglala tersebut membuat kedua manusia itu menolehkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCELARA
Teen Fiction"𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐤 𝐫𝐞𝐥𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐮𝐤𝐚." •••●••• "𝐒𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬 𝐚𝐩𝐚𝐩𝐮𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮𝐦𝐮 𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚."...