EMPAT

232 50 18
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Vote dulu yaa!!!
Oke lanjutt!

Alara sedari tadi membuka mulutnya lebar-lebar. Ia sangat takjub melihat pemandangan ibukota dari atas bianglala. Ada rasa senang saat ia melihat pemandangan lampu-lampu malam di bawah sana. Ia menatap ke arah seseorang yang ada di depannya.

"Arcel," panggilnya.

"Iya? Kenapa sayang?" tanya Arcel. Ia menatap lembut ke arah Alara.

"Makasih ya." ucap gadis itu menatap Arcel tulus.

"Untuk?" kening Arcel berkerut. Bingung dengan ucapan yang dilontarkan gadis di depannya itu.

"Terimakasih banyak karena kamu yang udah pilih aku sebagai pacar kamu. Terimakasih, karena kamu yang selalu ada di samping aku. Terimakasih, karena kamu yang selalu nunjukkin rasa sayang dan cinta kamu buat aku. Dan terimakasih, karena kamu masih sama aku sampai detik ini." ucap Alara panjang lebar hingga membuat Arcel menatapnya dengan tatapan sendu.

"Sayang," ujar Arcel yang masih menatap Alara.

"Iya?"

"kamu belajar dari mana kata-kata romantis begitu? Kamu lagi cosplay penyair cinta?" tanya Arcel membuat Alara menatapnya cengo.

Plak

"Awwsh!" ringis Arcel mengusap lengannya yang dipukul Alara.

"Kamu kira aku lagi bercanda? Aku ngomong serius dari hati, Arcel!" semprot Alara tak terima. Padahal ia sudah deg-degan mengatakan kalimat itu tadi. Tapi respon Arcel malah di luar nalarnya. Tau begitu ia tidak usah repot-repot mengatakan kalimat keramat itu tadi. Sangat menyebalkan.

Arcel tertawa melihat raut wajah Alara yang kini cemberut. "Aku bercanda, sayang. Tatap aku," ucapnya membuat Alara yang tadi mengalihkan pandangannya kini menatapnya ragu-ragu.

Arcel menangkup wajah cantik milik Alara dengan tersenyum. "Sayang, sebelumnya terimakasih kamu udah bilang itu ke aku. Aku seneng dan terharu dengernya. Tapi, seharusnya aku yang bilang itu ke kamu. Terimakasih, karena udah betah jadi cewek aku selama ini. Terimakasih, udah mau ngeladenin aku yang begini. Terimakasih untuk semuanya. Yang aku mau cuma satu, Ra. Seterusnya dan selalu sama kamu. Gak akan terganti. Aku berharap hubungan kita bisa lebih dari ini nanti."

Ucapan Arcel sukses membuat Alara yang tadinya cemberut kini mulai merekahkan senyumannya. Tapi itu tak bertahan lama setelah Arcel melanjutkan ucapannya.

"Kalo bisa, pas kita udah metong nanti kuburannya satu liang lahat aja. Biar bisa deket sama kamu terus akunya,"

Alara memukul lengan Arcel dan seraya mendelikkan matanya. "Jangan gila ya kamu! Mana bisa?"

"Ih bisa kok!"

"Gak bisa, Arcel!"

"Bis-"

"Mbak, Mas. Bianglala-nya udah berhenti. Silahkan turun," ucap bapak-bapak paruh baya pemilik wahana bianglala tersebut membuat kedua manusia itu menolehkan wajahnya.

ARCELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang