LIMA

203 27 13
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Lapangan utama SMA Cakrawala kini dipenuhi dengan siswa kelas 11 IPA 2. Benar, kelas Alara dan Eisha tepatnya. Hari ini adalah jadwal kelas mereka untuk melakukan pembelajaran olahraga. Semua siswa disana melakukan gerakan pemanasan dengan ogah-ogahan. Sama seperti yang lain, tak henti-hentinya Alara dan Eisha mengusap peluh yang membanjiri pelipis mereka. Merasakan betapa panasnya terik matahari hari ini.

"Anjir, hari ini panas banget sih," keluh Eisha sambil terus mengusap keringatnya.

Alara yang berdiri di samping Eisha mengangguk setuju. "Matahari ada masalah apa sih sama kita hari ini? Perasaan kemarin gak sepanas ini deh," sahutnya.

"Alay kalian berdua, panas segini aja udah ngeluh, lihat aku dong nih, nikmatin panasnya," cerocos salah satu siswa laki-laki yang berdiri tak jauh dari posisi Alara dan Eisha. Ia adalah Rahmat, seringkali dipanggil Mamat. Cowok itu mengibaskan poni rambutnya dengan slay.

Cowok dengan gaya cucok bak perempuan dan seragam yang dibuat ketat. Serta rambut comma hair-nya yang ia kibaskan ke kanan-kiri.

Eisha menatap cowok itu dengan tatapan sinis, "Heh Mamat boti ! Ya wajarlah kita ngeluh, orang ini tuh panasnya gak kayak biasanya. Gaya banget lo sok-sokan gak kepanasan, lihat noh baju olahraga punya lo. Saking basahnya sampe nerawang tuh body lo yang aduhay!" cerocos Eisha tak terima.

Otomatis Mamat langsung melihat punggungnya yang nerawang disana karena warna kaos olahraga yang berwarna putih itu, "Ihh, gak suka, gak suka! Aing malu!" teriaknya hingga seluruh siswa yang tadinya mengikuti gerakan pemanasan dari Pak Budi menolehkan kepala ke arahnya.

"Heh kalian bertiga! Dari tadi saya lihat kalian ngobrol sendiri ya! Kalian tidak mengikuti latihan pemanasan dari saya dengan benar?" teriak Pak Budi dari depan.

"Tuhkan, gara-gara nih boti rempong njir," gumam Eisha kesal.

"Kalian bertiga maju ke depan! Pimpin pemanasannya!" teriak Pak Budi lagi. Kali ini dengan berkacak pinggang. Jangan lupa perut buncitnya yang kembang-kempis dan kumis tebalnya yang membuat para siswa bergidik ngeri.

Alara menyenggol lengan Eisha pelan, "Eh gimana ini, Sha? Gue udah gak kuat anjir, malah disuruh mimpin," ucapnya pelan dan memelas.

"Lo pikir gue enggak?" jawab Eisha mencebikkan bibirnya kesal.

"Ihh, Pak! Aing gak mau. Aing udah panas banget ini pengen mandi!" teriak Mamat menolak.

"Tidak ada alasan! Kalian bertiga cepat maju ke depan atau kalian tidak mengikuti materi praktek saya selanjutnya?" teriak Pak Budi mengancam.

Mau tak mau ketiganya berjalan maju ke depan dengan langkah lemas. Sungguh pagi yang menyebalkan, pikir Alara.

Sedangkan di sisi lain, 11 IPS 1 tak henti-hentinya bersorak senang. Karena guru yang mengajar mata pelajaran jam sekarang berhalangan hadir dan hanya menitipkan pesan untuk membaca dan membuat rangkuman bab yang seharusnya dibahas hari ini. Tentu saja itu bagaikan angin lalu bagi para siswa kelas 11 IPS 1. Hari ini saatnya menikmati jamkos yang belum tentu akan ada di hari-hari selanjutnya.

ARCELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang