•
•
•Lapangan utama SMA Cakrawala kini dipenuhi dengan siswa kelas 11 IPA 2. Benar, kelas Alara dan Eisha tepatnya. Hari ini adalah jadwal kelas mereka untuk melakukan pembelajaran olahraga. Semua siswa disana melakukan gerakan pemanasan dengan ogah-ogahan. Sama seperti yang lain, tak henti-hentinya Alara dan Eisha mengusap peluh yang membanjiri pelipis mereka. Merasakan betapa panasnya terik matahari hari ini.
"Anjir, hari ini panas banget sih," keluh Eisha sambil terus mengusap keringatnya.
Alara yang berdiri di samping Eisha mengangguk setuju. "Matahari ada masalah apa sih sama kita hari ini? Perasaan kemarin gak sepanas ini deh," sahutnya.
"Alay kalian berdua, panas segini aja udah ngeluh, lihat aku dong nih, nikmatin panasnya," cerocos salah satu siswa laki-laki yang berdiri tak jauh dari posisi Alara dan Eisha. Ia adalah Rahmat, seringkali dipanggil Mamat. Cowok itu mengibaskan poni rambutnya dengan slay.
Cowok dengan gaya cucok bak perempuan dan seragam yang dibuat ketat. Serta rambut comma hair-nya yang ia kibaskan ke kanan-kiri.
Eisha menatap cowok itu dengan tatapan sinis, "Heh Mamat boti ! Ya wajarlah kita ngeluh, orang ini tuh panasnya gak kayak biasanya. Gaya banget lo sok-sokan gak kepanasan, lihat noh baju olahraga punya lo. Saking basahnya sampe nerawang tuh body lo yang aduhay!" cerocos Eisha tak terima.
Otomatis Mamat langsung melihat punggungnya yang nerawang disana karena warna kaos olahraga yang berwarna putih itu, "Ihh, gak suka, gak suka! Aing malu!" teriaknya hingga seluruh siswa yang tadinya mengikuti gerakan pemanasan dari Pak Budi menolehkan kepala ke arahnya.
"Heh kalian bertiga! Dari tadi saya lihat kalian ngobrol sendiri ya! Kalian tidak mengikuti latihan pemanasan dari saya dengan benar?" teriak Pak Budi dari depan.
"Tuhkan, gara-gara nih boti rempong njir," gumam Eisha kesal.
"Kalian bertiga maju ke depan! Pimpin pemanasannya!" teriak Pak Budi lagi. Kali ini dengan berkacak pinggang. Jangan lupa perut buncitnya yang kembang-kempis dan kumis tebalnya yang membuat para siswa bergidik ngeri.
Alara menyenggol lengan Eisha pelan, "Eh gimana ini, Sha? Gue udah gak kuat anjir, malah disuruh mimpin," ucapnya pelan dan memelas.
"Lo pikir gue enggak?" jawab Eisha mencebikkan bibirnya kesal.
"Ihh, Pak! Aing gak mau. Aing udah panas banget ini pengen mandi!" teriak Mamat menolak.
"Tidak ada alasan! Kalian bertiga cepat maju ke depan atau kalian tidak mengikuti materi praktek saya selanjutnya?" teriak Pak Budi mengancam.
Mau tak mau ketiganya berjalan maju ke depan dengan langkah lemas. Sungguh pagi yang menyebalkan, pikir Alara.
Sedangkan di sisi lain, 11 IPS 1 tak henti-hentinya bersorak senang. Karena guru yang mengajar mata pelajaran jam sekarang berhalangan hadir dan hanya menitipkan pesan untuk membaca dan membuat rangkuman bab yang seharusnya dibahas hari ini. Tentu saja itu bagaikan angin lalu bagi para siswa kelas 11 IPS 1. Hari ini saatnya menikmati jamkos yang belum tentu akan ada di hari-hari selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCELARA
Teen Fiction"𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐤 𝐫𝐞𝐥𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐮𝐤𝐚." •••●••• "𝐒𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬 𝐚𝐩𝐚𝐩𝐮𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮𝐦𝐮 𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚."...