Mohon Maaf Lahir dan Batin

474 68 33
                                    


Aku tau pasti ini udah telat banget. Tapi aku mau ngucapin minal aidzin walfaidzin teman-teman (masih di bulan Syawal kan muehehee....)
Dan khusus part ini, selamat menikmati lebaran ala keluarga Wiguna dengan segala asem manis pahitnya 😅😂😆

***

"Kedatangan Bintang kemari, selain untuk bersilaturahmi sama ayah dan Tante Siska, juga untuk menjemput Ryana untuk pulang ke rumah."

Bintang dan Pak Faris hanya duduk berdua di taman belakang pada malam itu. Ryana tidak menguping, hanya saja ia menatap resah dari ruang tengah yang terhubung dengan taman belakang melalui sebuah pintu yang kini sedang terbuka dan membebaskan Ryana menyaksikan gerak gerik ayah dan suaminya.

"Punya jaminan apa kamu menjemput Ryana tanpa menyakiti dia lagi?"

Bintang memandang ayah mertuanya tanpa gentar. Kendati tatapan Pak Faris sarat akan intimidasi. Kepercayaan laki-lali paruh baya itu mungkin mulai luntur sedikit karena ulah dan perbuatan Bintang yang mungkin saja tidak termaafkan. Kesalahan yang diperbuat Bintang memang bukan sesuatu yang mudah untuk diterima orang tua manapun, terlebih Ryana adalah anak tunggal di keluarganya. Anak kesayangan Ayah Faris.

"Mungkin Bintang sudah membuat kesalahan besar kemarin. Dan bisa dibilang, kepergian Biru adalah sebuah kesalahan Bintang yang paling besar Bintang lakukan terhadap Ryana. Tapi, Yah... " Bintang menghela napas berat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ryana adalah separuh dari nyawa kehidupan Bintang. Satu bulan belakangan ini Bintang hancur sendirian, Bintang kehilangan arah, Bintang nggak tahu untuk alasan apa Bintang bisa tetap melanjutkan hidup. Biru sudah pergi, Bintang nggak mau kehilangan Ryana dan si Kecil juga."

Pak Faris melemparkan tawa sinis. Bintang langsung tertunduk merasa tidak punya daya upaya guna menyembuhkan kekecewaan ayah mertuanya.

"Ryana mau ke Jogja, kamu sudah tahu?"

Bintang mengangguk pelan.

"Biarkan dia memulai semuanya seorang diri. Ryana bisa hidup tanpa kamu, seperti kamu hidup tanpa dia dua tahun belakangan, kan?"

"Ayah... " Bintang mendongak, tak disangka, matanya sudah berkaca-kaca. Ucapan itu terlalu menyakitkan untuk didengarnya. Bukan Bintang bermaksud meninggalkan Ryana sebagaimana yang dituduhkan ayah mertua Bintang padanya, tetapi Bintang pergi untuk menggapai mimpinya.

"Bintang sudah menetap di Jakarta. Semua pekerjaan Bintang di sana sudah Bintang tinggalkan. Semua lukisan Bintang di galeri bahkan sudah Bintang jual dan menyerahkan keseluruhan penjualannya untuk kesejahteraan sanggar di sana. Bintang sudah nggak mau lagi terlibat dengan masa lalu di sana. Tempat yang membuat Bintang kehilangan Biru dan kepercayaan Ryana."

"Masa harus menunggu Tuhan menegur kamu dengan mengambil Biru baru kamu sadar sama kesalahan kamu, Tang?" cibir Pak Faris ketus.

Bintang sadar ini semua salahnya. Dan ya, mungkin benar kata ayah mertuanya, Tuhan menegur Bintang dan sikap egoisnya yang tak tahu diri dengan cara yang tragis. Bintang harus kehilangan Biru karena ulahnya sendiri. Bintang tertunduk dalam diam. Rasanya segala macam ucapan kata maaf tidak dapat menebus kesalahan besarnya. Pun begitu tidak dapat membawa Biru kembali di tengah-tengah mereka.

KintsugiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang