Ketika Semua Kebenaran Terungkap

529 55 25
                                    

Jangan lupa baca bismillah dulu sebelum masuk bab ini. Siapkan mental, siapkan hati.
Konflik pecah di bab ini, masalah semakin rumit, banyak kebenaran yang terungkap, kemarahan, kekecewaan, sakit hati, rindu yang terobati, dan masih banyak rasa nano-nano lainnya. Selamat menikmati...

***

Kalau ditanya adakah yang ingin diulang kembali, memutar mundur pada satu masa dan memperbaikinya? Bintang akan dengan lantang menjawab kalau dia ingin memutar waktu pada saat dia pertama kali melihat Tegar dan Nessa dalam jarak yang begitu dekat. Tegar dengan sepedanya dan Nessa di belakang Tegar yang lantas sadar keberadaan Bintang.

Bintang ingin kembali ke masa itu, membiarkan Nessa membawa Tegar pergi dan menahan laju kakinya untuk tidak mengejar mereka dan berlanjut dengan kedekatan seperti sekarang. Itu sesalnya. Kalau itu benar terjadi pasti Bintang bisa bernapas tenang sekarang.

Tidak dihantui dengan tatapan mengintimidasi dari Kak Bulan yang seakan berkobar api amarah.

"Bintang bisa jelasin, Kak." Bintang berusaha mengeja situasi. Menengahi Bulan dan Nessa yang sedang saling lempar pandang tanpa cela.

Alih-alih menggubris, Bulan justru kian menampakkan rasa muaknya pada wanita yang kini hanya disekat oleh tubuh Bintang di tengah-tengah mereka.

"Kamu!" Tangan Bulan teracung tepat di wajah Nessa masih dengan matanya yang tajam seakan mampu menikam wajah perempuan itu.

"Kak udah!" Bintang menepis tangan kakaknya dengan cepat.

Menutup pintu kost membiarkan Tegar dan Biru di dalam kamar kostnya, karena tak ingin anak-anak ini melihat manusia-manusia dewasa yang bertingkah dengan tidak dewasa di depan mata polos mereka.

"Belum puas kamu ya, sudah menyakiti adik saya dengan meninggalkan dia tanpa perasaan, sekarang bisa-bisanya kamu tanpa rasa bersalah berada dalam kamar kost adik saya yang lain. Dasar wanita HINA!"

"KAKAK! UDAH CUKUP!" Bintang meradang.

"Kamu yang diam!"

"Kamu tahu kamu salah, kamu masih berani belain perempuan ini. OTAK KAMU DIMANA?"

"Kamu masih belum puas mengobrak-abrik keluarga saya? Masih punya malu datang ke hadapan Bintang yang sudah beristri?"

Tangan Bulan mengepal.

"Oh atau jangan-jangan memang selama ini kamu sengaja menyembunyikan keberadaan kamu dari semua orang dan hanya diketahui Bintang supaya bisa sepuas hati mendatangi adik saya, menjual cerita sedih kamu yang ditinggalkan Bagas dan berharap Bintang simpati?"

"KAK BULAN UDAH CUKUP KAK BULAN!" Kali ini bukan lagi suara Bintang yang menyahuti luapan emosi kakaknya. Nessa yang bersuara.

"Cukup selama ini yang kakak tuduhkan! Aku nggak serendah itu! Aku nggak pernah berniat hadir lagi dalam kehidupan Bintang atau Bumi, aku juga udah nggak mau berurusan dengan keluarga kalian tapi Bintang, justru Bintang yang datang mengemis-ngemis ke aku buat diberi kesempatan kedua. Aku udah capek kak, udah capek sama semuanya. Aku cuma pengen hidup tenang sama Tegar." Pada kalimat terakhirnya, dua bulir airmata jatuh menganak sungai di pipi perempuan itu.

KintsugiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang