Bertemu Masa Lalu

560 75 17
                                    

Wanita keras ini adalah sosok ibu yang hatinya berdarah karena harus kehilangan putranya secepat itu.

Wanita keras ini adalah seorang istri yang rapuh karena harus menelan pil pahit kebodohannya sendiri membiarkan sang suami sekian lama terpisah jarak dan mengukir cerita dengan perempuan yang lain.

Wanita keras ini adalah seorang ibu yang tengah berusaha menyembuhkan lukanya seorang diri tanpa siapapun tahu betapa hatinya sudah tak lagi berbentuk.

Wanita keras ini adalah seorang istri yang tengah berusaha menyusun kembali kepingan kepercayaan yang sudah hancur dipatahkan oleh pengkhianatan.

Bagaimana mungkin Ryana dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan lamanya dalam satu atap bersama Bintang sedangkan Ryana tahu bahwa ia mencintai dan membenci Bintang sama besarnya. Menyadari bahwa kepergian Biru tak lepas dari kebodohan suaminya.

Mata Bintang menelisik gusar. Lembar demi lembar kertas yang menyusun rangkaian huruf menjadi sebuah kalimat-kalimat berisi sebuah kesepakatan berlandaskan hukum.

Isinya kurang lebih seperti ini:

Pernikahan antara Bintang dan Ryana akan berlangsung sampai anak kedua mereka lahir.

Bintang harus melayangkan gugatan cerai 40 hari pasca Ryana melahirkan.

Saat perceraian resmi diputuskan oleh pengadilan Bintang lepas dari kewajiban untuk menafkahi Ryana dan anaknya.

Hak asuh atas anak mereka akan jatuh pada Ryana.

Bintang mendapatkan hak untuk bertemu dengan anaknya dalam intensitas waktu 1 minggu sekali.

Sebuah isi kesepakatan yang sangat… 

"Nggak ada satupun isi dari kesepakatan ini yang berpihak pada aku?" Bintang tertawa sinis.

Menurutnya Ryana egois. Dari sekian banyak poin kesepakatan itu, tidak ada satu pun yang menguntungkan untuk sisi Bintang. Semua berpihak pada Ryana. Seakan Ryana adalah maha pengatur segalanya.

"Aku sudah mengambil jalan tengah yang terbaik buat kita. Baca dengan teliti! Bahkan aku nggak melarang untuk bertemu dengan anak kamu sendiri."

“Tapi nggak dengan seperti ini kan, Ry? Apa nggak ada jalan keluar yang lebih baik selain bercerai?”

Kalau ada jalan keluar yang lebih baik dari perceraian adalah mengembalikan Biru di sisi Ryana. Membuat Ryana bisa memeluk putranya itu dengan rasa puas. Membuat Ryana bisa menghidu bau tubuh bocah mungil itu kapanpun dia rindu. Membuat Ryana bisa melihat tawa lebar anak dua tahun itu setiap saat. Namun, bisakah Bintang melakukan itu semua? Tentu saja tidak. Tidak ada hal yang bisa menyembuhkan luka hatinya akibat kehilangan Biru sekalipun Bintang memohon dan menangis darah. 

“Kita sudah sepakat kan sejak awal? Ketentuannya kalau kamu datang menjemput aku, maka aku akan pulang ke rumah keluarga WIguna, dan kita akan bercerai saat aku melahirkan nanti. Tentu kamu nggak akan lupa sama perjanjian itu kan?”

Bintang menarik napasnya, penuh rasa sesak. Ya Tuhan, Bintang pikir perjanjian itu hanya sebata gertakan semata, nyatanya Ryana memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Bintang tahu itu, Ryana adalah perempuan yang berprinsip, sekali ia mengambil keputusan maka keputusan itu akan tetap bulat hingga akhir.

“Aku nggak mau kita cerai, Dadu.” Siapa yang menyangka, Bintang tiba-tiba duduk menekuk kedua lututnya tepat di depan Ryana yang duduk di sofa. Menggenggam kedua tangan istrinya itu, jangan lupakan matanya yang sarat akan permohonan yang begitu mengiba.

“Tolong, beri aku kesempatan satu kali saja. Untuk memperbaiki semuanya. Untuk belajar menjadi suami yang terbaik buat kamu, untuk belajar menjadi seorang ayah yang baik bagi anak kita nanti. Aku tahu aku sudah banyak sekali menyakiti hati kamu, tapi aku minta sekali ini saja, kasih aku kesempatan.”

KintsugiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang