"Aku tidak habis pikir, Kak. Apa yang sebenarnya ayah inginkan?"
"Maksudmu?"
Prangg
Handphone milik Jungkook diletakan begitu saja dengan cukup keras diatas meja kaca, menimbulkan bunyi yang cukup nyaring dan mengejutkan.
"Apa?"
"Lihat sendiri"
Jimin meraih handphone yang terbalik itu, menatap layar yang menggambarkan dua orang disana.
Tatapan mata itu seakan penuh selidik dan tanya, tidak ada kata yang dia pikirkan selain "Siapa dia?"
"Kau tahu, Kak?"
"Tidak, aku baru melihatnya kali ini, Jung"
Jungkook tersenyum miring, entah itu menggambarkan jawaban yang dirasa lucu baginya atau mungkin meremehkan otak dan koneksi buruk kakaknya itu.
"Kau terlalu percaya pada lelaki itu, Kak. Kau selalu saja kena tipu olehnya, sadarlah"
"Lelaki yang kau sebut itu ayahmu, Jung. Ayah kita! Tidak baik kau berbicara seperti itu"
"Yaaa, terserah kau saja. Sekali aku tidak percaya susah untuk bisa percaya kembali, dia terlalu banyak membuat aku terus berpikir akhir-akhir ini"
"Apa? Tentang apa? Pekerjaan?"
"Kau meremehkan pekerjaan ku, Kak? Asal kau ingat saja, aku tidak sebodoh itu untuk menangani pekerjaan"
"Ya, aku tahu. Lalu?"
"Apa kau percaya diluar sana ayahmu itu bekerja secara profesional? Hah?!"
"Jung! Hentikan, jangan berpikir macam-macam terhadap ayah. Kau bisa menyakitinya jika dia dengar"
"Hahaha..." Jungkook tertawa cukup nyaring, wajah tampan nan tegas itu sampai terlihat memerah.
"Tidak ada yang lucu!", Jimin beranjak dari tempat duduknya. Memelih menjauh dari pada mendengarkan perkataan adiknya yang sedikit membuatnya pusing.
"Kau tidak percaya ucapanku, Kak?"
"Seburuk itu kau menilai ayah mu sendiri?"
"Iya. Seburuk itu!"
"Kau.."
"Setelah yang dia lakukan terhadap ibu, kau masih mengangapnya ayah?!"
"Seburuk apapun dia, dia tetap ayah kita"
"Hah.. kau terlalu naif"
°°°
Pukul 13:45
Semua murid sudah berhamburan keluar dari gerbang sekolah, mobil-mobil jemputan sudah berjajar di area parkir yang sudah dikhususkan.
"Kemana anak itu? Apa masih dikelas?"
Jungkook keluar dari dalam mobil, gesturnya cukup menggambarkan ketidak sabaran dan khawatir sekaligus. Adik kecilnya masih belum menampakan diri sedangkan ditempat itu sudah terlihat kosong hanya berisikan beberapa mobil saja, suara ricuh nan riang para murid sudah tidak lagi terdengar tinggal beberapa murid yang masih terlihat.
"Permisi, apa semua murid sudah bubar?" Jungkook bertanya pada penjaga yang berada dipos depan gerbang.
"Kegiatan pembelajaran sudah selesai sepuluh menit yang lalu, sebagian murid lainnya mungkin masih ada yang mengikuti kegiatan tambahan"
Jungkook mengangguk, kembali diam dan masih berdiri ditempat itu sambil memperhatikan gerbang yang semoga saja adiknya cepat keluar dari dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa. •••LENGKAP•••
Fanfiction"Maaf, tae membuat abang pergi" lirihan suara itu di iringi air mata, menunduk sedih dan menyesal. "Kak" Jungkook mendekat, berdiri tepat dihadapan kakaknya. Jimin. Tak perlu bertanya lagi karena tatapan menutut itu sudah cukup mewakilkan tanya. "Ju...