Langkah kaki menggema menghampiri Jungkook dengan tergesa, raut kekacauannya tidak perlu dijelaskan kembali seberapa kacaunya orang itu.
Mata itu mengedarkan pandangan, mencari jawaban atas segala tanya yang terus berputar tanpa bisa terucap.
"Kak.."
"Apa yang terjadi, Jung? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?"
Jungkook membawa tubuh kakaknya untuk duduk terlebih dahulu, menatap lekat wajah yang tegang itu dengan tenang.
"Jung, cepat jelaskan. Ada apa? Bagaimana keadaan nya?"
"Aku belum tau, Kak. Dokter belum keluar"
"Belum keluar? Sejak tadi?" Jungkook mengangguk, melihat tatapan tak suka Jimin yang sesekali berdecak kesal. "Aish! Apa saja yang mereka lakukan?!"
Cklek
Setelah lama menunggu pintu itu akhirnya terbuka menampakan dua perawakan berbeda dengan profesi yang sama, dua dokter yang yang berbeda usia itu pun berdampingan ketika kedua wali pasien yang ditanganinya menghampiri.
"Keadaan nya tidak bisa dibilang baik, tapi juga tidak begitu buruk untuk saat ini. Setelah ini kita lakukan pemeriksaan lanjutan, untuk beberapa waktu kedepan kita tempatkan pasien diruang ICU untuk pemantauan"
"Apa yang terjadi?" Jimin bersuara, menanyakan prihal yang dikhawatirkannya.
"Pasien mengalami kejang serta henti napas dalam beberapa saat, kesadarannya ditakutkan terus menurun. Ada baiknya kita menunggu hasil pemeriksaan terlebih dahulu, semoga tidak terjadi hal yang serius"
Serius? Bahkan saat ini pun bagi kakak beradik itu keadaanya sudah sangat serius. Tanpa perlu menunggu hasil yang valid pun nyatanya sudah sanggup mengacaukan segalanya, menghancurkan segala rasa bahagia dan ketenangannya.
Langit kembali berganti, hari berlalu. Adik kecilnya belum juga membuka mata, ruangan steril nan dingin itu menjadi tempat istrihat adiknya untuk beberapa waktu. Jimin menggenggam lembut tangan dingin itu, mengecupinya dengan penuh kasih.
Tangisan Jimin tertahan, namun bukan berarti air mata itu mengering. Setiap hela napas dan tatapnya tertuju pada sosok adik tersayang, Taehyung.
Jimin rindu, sangat-sangat rindu. Baru kemarin pagi adiknya berceloteh, dan sekarang keadaannya terbalik. Pagi ini adiknya tak bersuara sama sekali, bahkan mata indahnya pun enggan untuk terbuka.
"Permisi, Tuan. Mohon maaf, waktu berkunjung untuk pasien sudah habis. Sebaiknya anda menunggu kembali diluar"
Jimin tersadar dari lamunannya, peringatan seorang suster penjaga membuatnya bernjak dari tempat itu dengan berat hati.
"Baik. Tolong pantau terus keadaannya, jangan ada yang terlewat. Kabari apapun perkembangannya pada saya"
"Baik, Tuan"
Clek
Jimin keluar, pintu itu secara otomatis terkunci rapat kembali.
"Kak"
"Jung, kau sudah kembali?"
"Iya, sekarang biar aku yang menjaga Taehyung"
"Tidak apapa, kau juga belum istirahat bukan? Istirahatlah, jangan sampai drop"
"Lihatlah dirimu, Kak"
"Jung.."
"Aku tidak ingin mendengar bantahan mu, jangan sampai Taehyung melihat betapa kacaunya dirimu, Kak"
"Ya. Aku pulang dulu"
Dengan berat hati Jimin melangkah menjauh meninggalkan kedua adiknya, meninggalkan adik kecilnya yang sedang berjuang dan adik tangguhnya yang bisa dijadikan sandaran. Keduanya pelengkap hidup Jimin.
Suasa rumah begitu sepi, tidak ada sapaan yang biasanya selalu terdengar ketika dirinya baru saja membuka pintu. Suara dan sikap manja adiknya tidak dia temukan, Jimin mencelos.
"Permisi, Tuan. Maaf ada telpon dari tuan besar" Seorang asisten rumah tangga menyerahkan gagang telpon.
"Halo"
"......."
"Maaf, Yah. Iya, aku baru saja pulang. Ada Jungkook yang menjaganya"
"......"
"Baik. Apa perlu ku jemput?"
"......."
"Baiklah, hati-hati kalau begitu"
Sambungan telpon terputus, Jimin melanjutkan kembali langkahnya setelah menaruh gagang telpon itu.
Hari yang berat dan sangat melelahkan namun Jimin sebisa mungkin untuk tetap kuat dan berdiri untuk kedua adiknya, meskipun tidak begitu. Jimin sadari, ketangguhan itu dimiliki adik keduanya. Jungkook. Jiminlah yang ikut bersandar pada adiknya itu, Jimin tidak sekuat itu jika dihadapkan dalam kesulitan semacam ini.
°°°
"Dek, kok belum bangun, sih? Abang udah kangen tau"
Jungkook sudah berada diruangan adiknya, menemani untuk beberapa saat ketika mendapat waktu untuk berkunjung. Banyak kata-kata yang terus terucap, doa yang tak pernah terputus serta keyakinan besar untuk segala kebaikan adiknya. Jungkook tidak lagi sanggup menahan tangis yang sudah tertahan sejak awal, menahan sesak didepan banyak orang. Jungkook terbiasa dengan Taehyung, apapun itu. Bahkan tangis dan tawanya hanya Taehyung yang tahu, hanya adik kecilnya yang sanggup memahami dengan begitu jelas.
"Jangan buat abang menunggu lama, ya? Abang tidak ada teman bercerita kalau begini, Tae mau kan mendengar cerita abang lagi?"
Kelopak mata itu sedikit bergerak, samar-samar bisa Jungkook dengan lenguhan adiknya. Jungkook terkejut sekaligus bahagia, mata itu mulai terbuka dengan perlahan.
°°°
"Tidak apa, tinggal lah disini untuk beberapa waktu saja. Setelahnya kita kembali bersama. Aku harus menjelaskan dulu kepada anak-anak, apa lagi kedaan nya sekarang sedang tidak begitu baik"
"Iya, aku mengerti. Tidak masalah, ini semua pasti butuh waktu jugakan. Aku rasa mungkin langkah kita terlalu terburu-buru, dan sekarang kita harus perlahan memperbaikinya"
"Terima kasih, aku harap anak-anak bisa menerima keputusan ini dengan baik. Semoga"
"Semoga"
.
.
.
Tetap ditunggu notif nya (170824)
Terima kasih sudah berkunjung 🤗
Sudah memberi support dan notif membahagiakan 🤭See you 😘
06/06/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa. •••LENGKAP•••
Fanfiction"Maaf, tae membuat abang pergi" lirihan suara itu di iringi air mata, menunduk sedih dan menyesal. "Kak" Jungkook mendekat, berdiri tepat dihadapan kakaknya. Jimin. Tak perlu bertanya lagi karena tatapan menutut itu sudah cukup mewakilkan tanya. "Ju...