Taehyung bisa rasakan, semakin hari tubuhnya semakin lemah. Keadaanya sudah tidak bisa kembali pulih, dia tak perlu lagi mendengar semua penjelasan itu. Bahkan detak dalam tubuhnya kini mulai rusak, tidak ada yang bisa menyembuhkan itu selain Tuhan."Terjadi komplikasi. Jikapun kita melakukan tindakan pada salah satu dari organ yang terserang itu tidak akan menjamin kesembuhan nya"
Seberapa rindunya kah Tuhan padanya?
Tapi Taehyung harap tolong jangan memanggilnya lebih cepat, tolong berinya sedikit waktu lagi. Setidaknya sampai keadaan rumah sedikit membaik.
Dia lelah, namun dia ingin pergi dengan tenang.
Brukkk
"Taehyung!"
Jimin dengan cepat berlari menghampiri taehyung yang terduduk dilantai dingin itu, memeriksa keadaan adiknya yang masih terdiam.
"Tae, kenapa? Apa ada yang sakit?"
Taehyung mendongakan kepala, menatap kakaknya yang terlihat khawatir.
"Kak, kakiku tidak mau bergerak".
"Hmm?" Jimin mengernyit, memahami perkataan adiknya. "Ahh, mungkin tae sedang lelah. Kalau begitu sekarang istirahat, yaa. Kakak bantu"
Jimin membawa taehyung kedalam kamar, mendudukan anak itu diatas kasur.
"Kita luruskan kakinya biar kakak olesi minyak angin supaya hangat"
"Kak..."
"Hmmm?"
"Kapan abang pulang?"
Jimin diam. Tidak! Sebenarnya dia sedang mencari kalimat yang pas sebagai jawaban untuk adiknya itu.
Sayang tidak ada kalimat yang tercipta dari pemikirannya yang ada hanya ketakutan dan kebingungan yang didapat.
"Maaf, tae membuat abang pergi" lirihan suara itu di iringi air mata, menunduk sedih dan menyesal.
"Kenapa bicara seperti itu? Tae tidak perlu minta maaf, sebentar lagi abang pulang, kok. Abang cuma salah paham dan itu butuh waktu untuk bisa memahi, iyakan?"
"Hmm"
Sudah satu minggu ini taehyung tidak bertemu, rasa rindu dan bersalah membuatnya semakin menyesal. Pertengkaran yang cukup hebat diantara kedua kakaknya bisa dikatakan disebabkan oleh dirinya. Itu yang taehyung pikir.
Dan lagi, pertengkaran Jungkook dan ayahnya awal dari semua kekacauan ini. Bukan, bukan maksud Taehyung menyalahkan. Dia sadar diri bahwa ternyata keputusan dirinya yang membuat kekacauan itu ada, sikap sok tahunya yang menciptakan masalah ini. Itu pikirnya.
Taehyung dengan naif membiarkan dan menerima ayahnya membawa istri barunya untuk tinggal bersama, tanpa ada satupun yang tahu bahwa mereka memiliki sudut pandang yang berbeda.
"Kak.."
"Iya? Kenapa?"
"Tae capek, mau istirahat"
"Yasudah, tae tidur. Kakak temani disini"
Jimin mengelus kepala adiknya dengan lembut, memberi kenyamanan untuk taehyung.
Taehyung hanya terdiam, menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya terus menerawang jauh, memikirkan masa depan yang seakan mimpi bagi dirinya. Sebenarnya tidak masalah bagi taehyung, hanya saja yang dia takutkan adalah waktu kedepan untuk kakaknya.
Apa kehidupan keluarga ini akan membaik jika dia pergi terlebih dahulu? Apa semua akan berjalan seperti apa yang diharapkannya?
Tapi bagaimana dengan...
Jimin yang terlalu mengutamakan taehyung dan memprioritaskan segalanya untuk adiknya itu, sosok lembut dan perhatian. Dan pastinya taehyung tahu akan sekacau apa kakaknya itu nanti jika tidak ada orang yang bisa menenangkan hatinya.
Jungkook, kakak yang tempramental. Namun tidak berlaku bagi taehyung, tidak pernah sekalipun jungkook bersikap kasar padanya dan itu membuat taehyung yakin bahwa dibalik keras dan dinginnya kakak yang satunya itu ada sisi kelemahan yang mungkin nanti taehyung tidak bisa untuk menguatkan.
Taehyung butuh seseorang untuk menjaga kedua kakaknya itu, biar pun mereka lelaki hebat dan kuat tetap saja mereka butuh pundak dan pelukan hangat yang sewaktu-waktu mereka butuhkan. Dan Taehyung harap, pilihan ayahnya sudahlah tepat.
"Tidur tae"
"Hmm"
Tidak. Taehyung tidak bisa tidur, tubuhnya terasa tidak nyaman sama sekali. Denyutan dikepalanya begitu menyakitkan dan sebisa mungkin taehyung menahannya, rasa dingin seakan menusuk sampai kedalam tulang menciptakan getaran pada tubuhnya.
Nafasnya tercekat, tidak ada udara yang bisa ia hirup. Taehyung panik, tentu saja. Sekuat tenaga taehyung berusah mencari pasokan oksigen yang pergi dari sekelilingnya.
Pandangannya terasa berputar dan buram dan taehyung tidak bisa mendengar apapun selain dengungan hebat dalam rungunya.
"Kkkkhhhh.... Kkkhhhh....kkkhhhkk..."
Tarikan nafasnya terdengar menakutkan dan menyakitkan.
Taehyung meremas selimut sekuat mungkin, meyalurkan rasa sakit yang terus bertambah disekujur tubuh rapuhnya itu.
"Engggghhh, kkkkhhhk...kkkhkkkhh"
Bayangan kebahagian bersama kedua kakaknya seperti kaset rusak yang terus berputar silih berganti, sosok ayah dan ibunya yang seakan nyata ada bersama mereka.
Air mata taehyung menetes bercampur keringat dingin yang kini mulai membasahi sekujur tubuhnya, tidak ada yang berubah taehyung semakin merasa kesakitan.
"Kak.. ma-affh"
°°°°
Maaf, he. Menurut kalian lebay gak sih, kok kalo aku baca ulang berasa berlebihan 😁
Kalian sehat-sehat yaa, jangan lupa bahagia 🥰 (250824)Semangat yaa aku hehe 🤭
Terima kasih 🥰 see you 😘
20/06/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa. •••LENGKAP•••
Fanfiction"Maaf, tae membuat abang pergi" lirihan suara itu di iringi air mata, menunduk sedih dan menyesal. "Kak" Jungkook mendekat, berdiri tepat dihadapan kakaknya. Jimin. Tak perlu bertanya lagi karena tatapan menutut itu sudah cukup mewakilkan tanya. "Ju...