Asa 10 ~~end~~

1.1K 75 10
                                    

Jika boleh baik Jimin maupun Jungkook ingin menghentikan waktu saat ini, saat dimana mereka masih bisa melihat tarikan nafas sang adik meskipun lemah. Tidak apa, melihat dadanya yang kembang kempis pun sudah cukup membuat mereka sedikit lebih lega. Tandanya adik kesayangan mereka masih ada dalam dekapan nya.

Tapi, dunia tidak mengijinkan keinginan itu terwujud.

Setiap detik waktu yang berjalan terus mengikis harapan yang ada, lambat laun dan pasti kenyataan itu tercipta.


"Maaf, tidak ada pilihan lain. Kami sudah berusaha untuk kebaikan pasien semaksimal mungkin, kalaupun kita memaksakan nya untuk tetap bertahan seperti ini. Itu akan membuatnya semakin kesakitan"

Kalimat yang diucapkan dokter beberapa waktu lalu membuat keduanya bungkam, tidak ingin menyerah sampai disini. Tapi kenyataannya takdir memaksa mereka untuk berhenti.

Jimin menatap nanar tubuh lemah nan kurus itu, terbaring bersama alat penunjang hidup yang menyakitkan.
Tidak ada yang bisa dilakukannya selain memohon pada tuhan untuk kebaikan sang adik, meminta satu kesempatan untuk membuat permatanya kembali bersinar.

"Dek, tolong tunjukan pada kita semua bahwa kau memang kuat. Adik kakak pasti bisa bertahan"

Genggaman tangan jimin mengerat namun dengan kehati-hatian ketika merasakan begitu dinginnya telapak tangan adik kecilnya itu, jari jemari lentik miliknya seakan hanya terbungkus kulit pucat dengan kuku yang sedikit membiru.

"Tolong kakak. Tolong jangan membuat kakak gila, Dek. Jangan membuat dunia kakak hancur, bagaimana bisa kakak bertahan jika semesta kakak saja tidak ada"

Tangis pilu itu tertahan ketika wajah lesunya dibenamkan pada bahu rapuh Taehyung, air matanya berlomba-lomba mencari jalan keluar.

Jimin ingin berteriak, ingin meraung keras, ingin menepuk bahkan membangunkan adiknya dengan paksa. Apa boleh?

Pria itu tidak bisa menerima apapun alasan nya, yang dia mau adiknya tetap ada dan selalu ada. Kalau bisa buat adiknya bangun dan katakan bahwa ini semua tidak nyata. Jimin rasanya sudah merasa gila.


"Kakak nunggu adek disini, kakak temenin adek yaa"




Titt

Titt

Titt






Tidak ada sahutan selain bunyi nyaring yang menggambarkan irama jantung adiknya.

"Tae, tolong katakan apa yang harus abang lakukan sekarang?" Suara itu berganti, bukan lagi Jimin.

"Bagaimana abang bisa hidup setelah ini kalau tae meninggalkan abang? Jadi tolong, Dek. Jangan pergi, abang takut"

Jungkook. Laki-laki dingin dan keras itu menangis disamping adiknya, Taehyung.

Penampilannya tak lagi sama, semuanya terlihat begitu kacau.

Sekeras apapun wataknya, sekasar apapun dia, itu tidak akan pernah berlaku pada adiknya. Adiknya segalanya bagi Jungkook, bahkan jika bisa Jungkook mohon pindahkan saja rasa sakit adiknya itu padanya. Tolong biarkan dirinya menggantikan itu, dia sungguh rela. Tidak apa, asalkan adiknya tetap hidup dan melanjutkan pencapaian hidupnya.







Tak

Tak

Tak


Tangis keduanya tak luput dari tatapan haru dan sedih dari pasang mata diujung pintu sana, sesak mereka ikut terasa menusuk hati.

Ayah dan istri barunya.

Asa.       •••LENGKAP•••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang