ARC I : You Belong To Me (1)

26.2K 2.5K 525
                                    

ARC I
« "I Making You Belong To Me" »

Themes: Dark, tragedy, obsessive, paranoid, for 17+

Themes: Dark, tragedy, obsessive, paranoid, for 17+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ו•×

Sekolah merupakan tempat terbaik bagi Aya untuk menenangkan diri, jauh dari kekacauan hatinya terhadap sang keluarga di rumah. Sekolah yang Aya sukai, sekolah yang menjadi salah satu tempat pelarian Aya dari masalah-masalah, dan sekolah yang membuat Aya bisa menjadi dirinya sendiri kini berubah menjadi tempat yang bisa didefinisikan sebagai neraka untuk dirinya.

"UDAH GUE BILANG BERAPA KALI, JADI CEWEK JANGAN GATEL!" Suara nyaring gadis berbando kuning itu menggema di lorong yang sepi. Orang-orang di sampingnya pun menatap Aya penuh lelucon.

Aya mengepalkan tangan, membalas tatapan gadis berbando kuning itu tak kalah tegas. "Gue sama dia gak ada hubungan apa-apa."

Meski wajahnya tenang, namun tangannya yang terkepal itu sedikit gemetar, tak luput dari perhatian gadis-gadis di sekitarnya.

"Anaya, ini bukan sekali dua kali semua orang liat lo caper ke Gara." Salah satu gadis lainnya bersuara dengan sorot mengejek. Seolah senang melihat Aya mati kutu. "Di aula tadi, siapa sih yang nggak notice lo sering ngelirik Gara?"

Kening Aya mengernyit. Dia ingin menjelaskan, namun gadis yang sejak tadi berdiri diam di belakang gadis-gadis itu bersuara lembut, "Cukup. Jangan buang-buang waktu di sini."

Berbeda ketika bersiteru dengan Aya, gadis-gadis bertotal lima orang tersebut menoleh kepada sosok di belakang mereka. Salah satu gadis berujar dengan nada menyanjung, "Diana, lo gak perlu terlalu baik. Gara punya lo, enak aja mau diembat cewek pembunuh ini."

Diana, gadis dengan rambut tergerai sepinggang berwajah oval yang memiliki kecantikan di atas rata-rata. Ekspresinya sangat tenang, mengedarkan pandangan mengamati wajah semua orang sebelum tatapannya terpatri pada Aya. Bibir merah muda yang terlihat sangat lembut itu perlahan terbuka, mengeluarkan suara halus menyenangkan hati yang mendengarkan.

"Jangan nuduh sembarangan. Kita gak tahu cerita dari sudut pandang Anaya, kan?"

Baru saja pundak Aya yang tegang menjadi rileks, dia mendengar Diana kembali berbicara dengan senyum cerah, namun mampu membuat sekujur tubuhnya membeku. "Apa bedanya kita sama dia kalau gunain kekerasan? Gue gak mau disamain sama pembunuh. Lagian Gara gak buta suka cewek kayak dia. Jangan buang-buang waktu gue. Sejam lagi gue ada jadwal pemotretan. Ayo pergi."

Diana melewati Aya, entah sengaja atau tidak, pundaknya menabrak keras pundak Aya, membuat gadis itu tak siap dan menabrak loker di sampingnya.

"Lo terlalu baik, Na." Seru salah satu gadis tak terima, namun tetap saja mengekori Diana yang berjalan menjauh dari tempat Aya berada.

Gadis-gadis lainnya pun segera mengikuti, tak lupa memberikan komentar yang sama.

Kepala Aya menunduk mendengar cibiran gadis-gadis yang kian menjauh. Perlahan dia memegang bahu kirinya yang tadi terbentur loker. Menoleh, Aya menatap kosong pada punggung mereka yang menjauh, tidak jelas apa yang sedang dia pikirkan saat ini.

Can't Take My Eyes Off You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang