04 - sakit

109 22 5
                                    

Liya termenung memandang hasil ujian kesihatannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Liya termenung memandang hasil ujian kesihatannya . Nasihat dari doktor dia langsung tidak mendengarnya , mata gadis itu hanya fokus dengan sehelai kertas yang dipegangnya sejak beberapa minit yang lalu .

" Ini tidak mungkin , semesta lagi bercanda ya ? "

" Liya , kamu dengar apa yang saya cakap ? " Gadis itu memandang wajah doktor kemudian menggeleng lemah .

Matanya hampir sahaja mengeluarkan air mata namun dia berusaha untuk menahannya dan kekal tenang . Dia kembali fokus mendengar nasihat Doktor .

" Tolong manfaatkan sisa hidup kamu dengan sebaik - baiknya " ujar doktor tersebut . Mata doktor itu jelas menunjukkan dia kasihan dengan nasib gadis muda dihadapannya .

Liya menghembuskan nafas berat kemudian berusaha untuk tersenyum selebar yang mungkin supaya doktor tidak tahu yang dia sedang terluka ketika ini . Hatinya sangat hancur apabila mendapat keputusan ujiannya tadi . Bagaikan jatuh ditimpa tangga .

" Doktor ... selain pemindahan sumsum tulang , ada cara lain ?. "

Doktor itu menggeleng . Kepala Liya kembali menunduk . Punah harapannya untuk kekal hidup sihat seperti dahulu . Kenapa penyakit ini mesti datang ? .

Gadis itu bangun dari kerusi dan meminta untuk pulang kerumah " saya balik dulu doktor , pasal rawatan saya akan bincangkan kemudian. "

" Semangat Liya , hidup ini hanya sekali. " Gadis itu tersenyum kemudian mengangguk .

Setelah melangkah keluar dari bilik doktor , gadis itu terus mengendurkan senyuman manisnya . Dia berjalan dengan langkah yang tidak semangat . Gadis itu duduk dikerusi berhadapan tasik Hospital . Ia bercadang ingin menghirup udara segar disitu sebelum pulang kerumah .

Dia memandang tangannya yang berbekas dengan perasaan sedih " kalau ini takdir aku , maka aku terima dengan hati yang rela. "

Gadis itu memejam matanya menikmati udara angin petang yang segar . Rasanya begitu tenang sekali .

" Ya allah kau panjangkanlah umurku. " doanya perlahan . Fikirannya yang tenang tadi mula dipenuhi dengan nasihat doktor Safiyah tadi kemudian kembali menatap kertas ditangannya semula .

" Eh kau pun ada dekat sini ?. " Kepala Liya terus mendongak memandang lelaki yang menegurnya . Gadis itu mengerutkan dahinya sedikit kerana tidak mengenali lelaki itu .

" Siapa ? " Lelaki itu menepuk dahinya .

" Haikal , Haries Haikal. " Liya mengangguk - angguk kepalanya apabila mendengar jawapan lelaki itu .

" Kau buat apa disini ?. " Setelah lama mereka berdua menyepi , akhirnya Haikal membuka mulut untuk bertanya .

Sampul surat yang dipegangnya tadi disorokkan dibelakang badannya , dia tidak ingin sesiapa tahu tentang penyakitnya .

" Kau sakit ke ?. " Gadis itu menggeleng laju .

" Liya , aku tak bodoh untuk kau tipu aku. "

" Jadi .. kau nak cakap aku ni bodoh lah ?. " Lelaki itu menggeleng .

" Doktor Safiyah tu Mama aku , aku dengar semuanya Liya. "

" Kalau kau dengar , tolong rahsiakan . Aku tak suka orang tahu aku sakit dan kau tak perlu rasa simpati dengan hidup aku . Sebab aku dah biasa seorang diri.  "

" Baik aku akan simpan rahsia kalau itu yang kau mahu " gadis itu menarik nafas lega .

----------♡----------

✷ Bosan ya cerita ni ? Makasih kepada siapa yang vote n baca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✷ Bosan ya cerita ni ? Makasih kepada siapa yang vote n baca

Hidup [ 30 days ] Where stories live. Discover now