Liya termenung memandang hasil ujian kesihatannya . Nasihat dari doktor dia langsung tidak mendengarnya , mata gadis itu hanya fokus dengan sehelai kertas yang dipegangnya sejak beberapa minit yang lalu .
" Ini tidak mungkin , semesta lagi bercanda ya ? "
" Liya , kamu dengar apa yang saya cakap ? " Gadis itu memandang wajah doktor kemudian menggeleng lemah .
Matanya hampir sahaja mengeluarkan air mata namun dia berusaha untuk menahannya dan kekal tenang . Dia kembali fokus mendengar nasihat Doktor .
" Tolong manfaatkan sisa hidup kamu dengan sebaik - baiknya " ujar doktor tersebut . Mata doktor itu jelas menunjukkan dia kasihan dengan nasib gadis muda dihadapannya .
Liya menghembuskan nafas berat kemudian berusaha untuk tersenyum selebar yang mungkin supaya doktor tidak tahu yang dia sedang terluka ketika ini . Hatinya sangat hancur apabila mendapat keputusan ujiannya tadi . Bagaikan jatuh ditimpa tangga .
" Doktor ... selain pemindahan sumsum tulang , ada cara lain ?. "
Doktor itu menggeleng . Kepala Liya kembali menunduk . Punah harapannya untuk kekal hidup sihat seperti dahulu . Kenapa penyakit ini mesti datang ? .
Gadis itu bangun dari kerusi dan meminta untuk pulang kerumah " saya balik dulu doktor , pasal rawatan saya akan bincangkan kemudian. "
" Semangat Liya , hidup ini hanya sekali. " Gadis itu tersenyum kemudian mengangguk .
Setelah melangkah keluar dari bilik doktor , gadis itu terus mengendurkan senyuman manisnya . Dia berjalan dengan langkah yang tidak semangat . Gadis itu duduk dikerusi berhadapan tasik Hospital . Ia bercadang ingin menghirup udara segar disitu sebelum pulang kerumah .
Dia memandang tangannya yang berbekas dengan perasaan sedih " kalau ini takdir aku , maka aku terima dengan hati yang rela. "
Gadis itu memejam matanya menikmati udara angin petang yang segar . Rasanya begitu tenang sekali .
" Ya allah kau panjangkanlah umurku. " doanya perlahan . Fikirannya yang tenang tadi mula dipenuhi dengan nasihat doktor Safiyah tadi kemudian kembali menatap kertas ditangannya semula .
" Eh kau pun ada dekat sini ?. " Kepala Liya terus mendongak memandang lelaki yang menegurnya . Gadis itu mengerutkan dahinya sedikit kerana tidak mengenali lelaki itu .
" Siapa ? " Lelaki itu menepuk dahinya .
" Haikal , Haries Haikal. " Liya mengangguk - angguk kepalanya apabila mendengar jawapan lelaki itu .
" Kau buat apa disini ?. " Setelah lama mereka berdua menyepi , akhirnya Haikal membuka mulut untuk bertanya .
Sampul surat yang dipegangnya tadi disorokkan dibelakang badannya , dia tidak ingin sesiapa tahu tentang penyakitnya .
" Kau sakit ke ?. " Gadis itu menggeleng laju .
" Liya , aku tak bodoh untuk kau tipu aku. "
" Jadi .. kau nak cakap aku ni bodoh lah ?. " Lelaki itu menggeleng .
" Doktor Safiyah tu Mama aku , aku dengar semuanya Liya. "
" Kalau kau dengar , tolong rahsiakan . Aku tak suka orang tahu aku sakit dan kau tak perlu rasa simpati dengan hidup aku . Sebab aku dah biasa seorang diri. "
" Baik aku akan simpan rahsia kalau itu yang kau mahu " gadis itu menarik nafas lega .
----------♡----------
✷ Bosan ya cerita ni ? Makasih kepada siapa yang vote n baca