[1] Serba Kebetulan

185 7 14
                                    

Brem..Bremm...Beemmm...brem..breemm

Dengung suara bising motor.

Sejumlah pemuda tampak menggeber motornya yang akan memulai balapan di sebuah jalan. Balapan liar ini sudah biasa digandrungi anak muda sekarang bahkan mungkin sudah menjadi rutinitas mereka. Mayoritas mereka laki-laki dengan umur kisaran dua puluh tahunan.

Para rider ancang-ancang melajukan motor mereka, begitu bendera diangkat oleh gadis itu motor mereka melaju kencang bagai peluru yang dilepaskan dari pelatuknya.

Namaku Mitchelee Zoey akrab dipanggil Zoey, kebetulan malam ini aku sedang mencari taxi yang lewat untuk mengantar ku pulang. Kawasan disini mulai sepi jika sudah diatas jam 11 malam. Karena aku pulang terlalu malam aku tidak sempat naik bis terakhir, sungguh malang bukan.

Aku terus berjalan menyusuri trotoar jalan dan ketika akan menyeberang, seorang pengendara yang sangat lajub melintas nyaris menabrakku.

Sttsusstttttttt sst sstt

Beruntungnya aku, laki-laki itu berhasil menarik tuas rem motornya. Suara decit ban motor yang terhenti tiba-tiba cukup mempekakan telinga kami. Aku menghela nafas dan menatap tajam laki-laki itu. Jujur, rasanya aku ingin memaki. Tapi saat bersamaan suara sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan. Tubuhku gemetar, kakiku juga sepertinya keseleo.

Sedang laki-laki itu malah menggas motornya meninggalkan ku. Menengok ke arah kaca spion, melihat langkah ku yang melambat laki-laki itu berhenti dan memutar balik motornya menghampiriku.

"Naiklah...cepat, naik" seru laki-laki dengan helm berwarna hitam yang hanya terlihat sepasang matanya saja.

Tanpa pikir panjang dan sudah merasa kesakitan aku pun memberanikan diri naik dan duduk dibonceng olehnya. Aku melingkarkan tanganku merangkul ringan bagian perutnya.

Angin berhembus menerpa rambutku. Menit berikutnya segera ia menepi. Aku turun lalu merapikan kembali rambutku yang berantakan sambil memandangi laki-laki yang ada di hadapanku ini.

Dia membuka helmnya, laki-laki itu menyugar lembut rambutnya. Aku tercengang. Entahlah aku harus senang ataukah kaget untuk apa yang baru saja ku lihat. Laki-laki ini rupanya Thor. Mahasiswa satu kampus denganku. Mahasiswa tertampan dan terkenal di kampus.

"Kamu !" Kataku.

"Thor !?" ucap ku dalam hati sambil membulatkan kedua bola mata.

"Kamu kenal aku?" tanya Thor.

Suaranya terdengar sangat jantan hingga hampir menghipnotisku. Mataku tidak mau lepas menatap wajahnya. Sampai dia menjentikkan jarinya baru aku tersadar.

"Ah...emm..emm ganteng" senyum kecil terukir di bibirku.

"Barusan kamu bilang apa?" ucap Thor.

"Ah bukan bukan" aku sontak malu mengucapkan kata itu.

"Kalo begitu aku cabut ya" ucap Thor sembari menyalakan motornya.

"Eh tunggu tunggu"

"Begini..."

"Aku tidak bisa naik bus dan tidak ada taxi"

"kasih aku tumpangan lg boleh?" ucapku untuk minta diantar pulang.

"Disini mana ada ojek ataupun taxi jam segini. Aku takut pulang sendirian, please..." tanganku refleks memegang lengan kirinya.

Akhirnya Thor mau ku bujuk untuk mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan kami terdiam seribu bahasa. Aku mendadak kaku untuk memulai basa-basi begitupun sebaliknya laki-laki yang sekarang ku peluk juga hanya fokus mengendarai motornya. Hingga tibalah di depan pintu gerbang rumahku.

My Official BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang