[4] Raja Nasib Buruk

80 5 7
                                    

Segera, aku dan Thor melangsungkan pernikahan kami. Meski mendadak, semua persiapan sudah selesai. Kami berdua dengan lantang dan hikmat mengikrarkan janji suci pernikahan di atas Altar. Ratusan pasang mata ikut haru dalam debar kebahagiaan yang menyelimuti keluarga kami.

Dilanjut, dengan saling memasangkan cincin kawin pada jari manis sebagai tanda ikatan suci pernikahan. Bahkan setelahnya aku mencium tangan Thor. Lalu, Thor mencium keningku. Hambar. Itu yang dirasakan, seolah ini bukanlah proses yang sakral dalam hidup.

Di tengah gelaran pesta pernikahan nampak teman-teman datang dan saling bergantian memberikan ucapan selamat.

Tentu, tidak ketinggalan dua sahabat setia Thor yaitu Nine dan Drake. Keduanya langsung memeluk Thor erat. Mengelus punggungnya, sambil mengatakan kata selamat berkali-kali.

Tak lupa, Jennie dan Kim saat itu juga kebetulan datang bersamaan dan menghampiri kami. Mereka sibuk mengatur gaya ketika akan berfoto bersama. Hingga membuat kami tertawa terpingkal-pingkal.

Ketika pesta resepsi telah usai, aku di tuntun oleh Ibu Mintra berjalan pelan menuju kamar Thor yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi kamar pengantin untuk kami berdua. Kami pun dipersilahkan untuk melanjutkan proses selanjutnya, yaitu sungkeman.

Dimulai, dari sungkem pada ayah dan ibunya Thor.

"Pernikahan ini, bukan cuma menyelamatkan nama baik Kampus. Lebih dari itu. Pernikahan ini, bisa menyelamatkan reputasi kalian berdua" kata Ibu Mintra sambil membelai lembut punggung ku.

Berikutnya, baru kami sungkem pada ayahku. Ayah lega setelah melihatku akhirnya menikah. Tapi disisi lain, ayah masih khawatir jika aku merasa terbebani dengan pernikahan ini.

"Jaga putriku baik-baik, jika kelak kamu sudah tidak sanggup menghadapinya maka biar kembalikan saja ia lagi padaku" ucap Ayahku penuh penekanan. Begitu ia menjabat erat tangan Thor.

"Bagaimanapun juga kamu harus mengunjungi rumah sesekali" pinta ayah. Aku hanya mengangguk.

Selesai semua proses hari ini, kami pun diminta beristirahat untuk nantinya menghabiskan malam bersama, tentu sebutan malam pertama tidak berlaku lagi bagi kami berdua.

Begitu pintu sudah ditutup, aku menolehkan wajah pada Thor. Berjalan cepat dengan menyingkai naik gaun indahku, menghampirinya.

"Kamu sudah membaca surat kesepakatan kita kan?" tanyaku seraya memicingkan mata padanya.

"Iya" jawab Thor.

"Poin pertama, dilarang tidur bersama sekamar. tidak menerima alasan apapun!"

"Aku tahu" ujar Thor.

"Lah? terus ini apa??" gayaku sudah seperti akan memaki.

Memilih tak menanggapi ocehanku, Thor malah mendekat maju padaku yang membuatku berjalan mundur perlahan. Tiba-tiba wajahnya menjadi datar dan aku menjadi was-was dikala tubuh kekar Thor menghimpit tubuhku hingga aku terdorong dan membentur sesuatu di belakangku.

Thor menekan gagang pintu yang ada di belakangku dan pintu terbuka. Rupanya ada ruangan lain di dalam kamarnya.

"Lihat. aku akan tidur disitu dan kamu tidurlah di ranjang sesuka hatimu nona" nada bicara Thor seolah-olah mengejekku.

Ruang itu adalah ruangan game pribadi Thor. Ia bilang ruangan minimalis itu sudah jarang ia gunakan semenjak lulus dari SMA. Kini, selain bantal, guling ditambah kasur lipat empuk, tentunya akan menjadi kamar tidur untuknya.

=====

Pagi yang cerah, mengawali hariku yang sudah berstatus seorang istri. Di kamar mandi, ketika selesai mandi aku mencari underwear ku, tadi kurasa telah membawanya ke kamar mandi tapi tidak ada.

My Official BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang