[6] Act of Service ?

72 4 15
                                    

Terlepas dari kejaran orang-orang itu kami sejenak berhenti di depan pintu keluar. Nafas kami jadi tercekat-cekat dan tanpa sadar kedua tangan kami saling berpegangan. Jelas sekali aku melihat lengannya dengan urat-urat bertonjolan sempat membuatku terpikat dengannya. Ditambah jantungku malah merespon, kembang kempis tidak beraturan. Apakah aku mulai luluh padanya pikirku begitu. Terlebih saat Thor terus memperhatikanku.

Pandangan Thor beralih pada rok yang ku kenakan.

"Zoey...apa yang kamu pakai?" ujar Thor.

"Apa kamu sudah gila?" kata Thor.

"Kamu mau ngapain?" tanyaku melihat ke sekeliling.

Tak disangka ia melepas jaket denimnya dan mengikatkannya kepinggulku untuk tujuan menutupi rok ku yang robek.

"Kakimu sangat cantik, aku takut ada nyamuk yang melirik dan bisa melukaimu" ucap Thor berdalih diam-diam perhatian. Ciiiih ; ))

"Tunggu disini" kata Thor beranjak berlari mengambil motornya.

Beberapa detik setelahnya aku dan Thor pergi keluar dari Club. Dengan sedikit tergesa-gesa Aku dan Thor melaju kencang menghindari kejaran Walls. Tiada habis-habisnya Walls dan sekutunya merasa kalah saing dengan Thor dan terus mengejar kami. Thor melintas secepat kilat menerobos kerumunan pengendara lain, diikuti oleh Walls dan sekutunya di belakang.

Ngeeeeengg nggg

Ngunnnggggg

Sekarang, tak peduli hidup atau mati. Kini aku hanya bisa mempercayakan hidupku pada Thor. Aku memeluk erat bagian perutnya sambil sesekali memejamkan mata menahan hembusan angin yang kuat menerpa. Terlebih juga rasa gugup yang memenuhi pikiranku.

Walls dan Thor beradu kecepatan. Karena akan melewati perempatan lampu merah dari lajur sebelah kanan menuju lurus, Thor menambah kecepatan laju motornya, tenyata lampu merah kembali menyala. Lantas, Thor cekatan melintas di sela antara minibus dan truk kontainer yang waktu itu sedang berjalan berlawanan arah, alhasil kami berhasil lolos.

Tiiit titttt

Sungguh seperti adegan di film action. Hal itu menambah sensasi ketegangan bagi kami.

Sementara itu Walls dan sekutunya tidak bisa berkutik, karena mereka terhenti di lampu merah dan kehilangan jejak kami.

Waktu telah menunjukkan, pukul dua dini hari. Kami akhirnya tiba di rumah. Saat di dalam kamar, kami saling menatap datar. Tidak aneh bukan jika aku menatapnya demikian karena suamiku ini hampir saja menghilangkan nyawa istrinya.

"Setelah kuperhatikan, kamu punya kebiasaan menatap orang dengan mata membelalak" kata Thor mengulum tawa.

"Aku lagi gak mood, aku sangat mengantuk" aku membuang muka dan berlalu ke kamar mandi.

=====

[Outdoor Tennis || Campus]

Aku terengah-engah karena sudah beberapa kali tidak dapat memukul bola dengan baik. Bisa dibilang aku anggota baru klub Tennis di kampusku. Aku juga jarang berlatih, maka dari itu kemampuanku masih dibawah rata-rata. Di tempat lain, Pimmy tampak memperhatikanku.

Ia lalu mendekat ke arahku dan berkata padaku agar tidak mengikuti klub tennis ini kalau tidak tahu bagaimana cara memainkan tennis. Aku menjawab bahwa aku mengikuti club ini hanya untuk mengikuti kelas olahraga wajib selama semester ini. Pimmy mencoba menyombongkan diri dan menantangku untuk bertanding.

"Kenapa?" wanita itu tertawa licik.

"Tidak berani?" ucapnya dengan wajah tanpa dosa.

Aku sejenak mempertimbangkan ucapan Pimmy, bagaimana aku bisa melawannya dengan kemampuanku yang alakadarnya. Pimmy berkata jika aku menang dalam tanding tennis ini maka ia akan menunda pengumpulan tugasnya. Namun, jika aku kalah, ia memintaku agar memunguti semua bola di seluruh lapangan sampai selesai sesi latihan hari ini.

My Official BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang