25. Satu Telah Usai, Dua Baru Dimulai

156 29 77
                                    

Satu minggu telah berlalu tanpa banyak yang terjadi. Semuanya kembali melakukan aktivitas seperti semula. Jena yang kembali sibuk dengan kuliah dan bimbingan skripsinya. Begitupun dengan Bian yang sudah mulai kembali ke kampus untuk mengejar beberapa ketertinggalannya.

Tentu saja dengan kesibukan jadwal masing-masing membuat komunikasi mereka sedikit tidak lancar, hanya akan sempat sekadar menyapa atau mengucapkan harapan sebelum tidur, itu pun tidak berharap saling membalas. Akan tetapi, keduanya tidak mempermasalahkan. Saling percaya dan mengerti tanpa banyak menuntut.

Weekend kali ini Bian tidak mengunjungi Jena, sebab Bian ada urusan lain bersama El.

Dan di sinilah Bian dan El berdiri. Di depan pintu kayu cokelat yang dalam beberapa minggu terakhir ini tidak pernah mereka kunjungi, padahal dulu tempat itu adalah rumah Bian mendapat kehangatan.

"Masuk aja gak sih, La? Kita kan masih punya kamar di sini." ujar Bian karena kesal dengen keterdiaman keduanya sejak beberapa menit yang lalu.

Seperti hari libur sebelumnya, keadaan kost Putera memang selalu sepi karena para penghuninya memilih untuk menghabiskan waktu dengan hibernasi. Maka dari itu, ketukan pintu El dan Bian tidak mendapat respon apapun.

"Lama lo mah, El." Bian akhirnya masuk terlebih dahulu karena pintu memang tidak dikunci.

"Wahai anak muda! Bangunlah kalian! Jam segini masih ngebo. Mau jadi apa Bangsa dan Negara—"

"Berisik, bego." Suara Kaifan dari arah dapur menghentikan seruan Bian.

"Wow... Ada apa ini gerangan? Berapa lama sih gue gak ke sini? Gue pasti salah liat 'kan, La? Ini beneran Kaifandra udah bangun di pagi hari?" cerocos Bian yang membuat Kaifan jengkel.

"Lebay, lo. Gue juga males bangun, tapi pengen kencing gak kuat," jawab Kaifan, "tuh kan, gue jadi gak ngantuk lagi denger suara, lo." Kaifan berlalu dan memilih menghampiri El yang telah lebih dulu duduk di sofa.

Bian kemudian ikut menyusul duduk di antara mereka berdua.

"Gue kira lo udah lupa Bang sama kost," ujar Kaifan membuka pembicaraan.

"Kerjaan gue bener-bener bikin gue gak sempet napas rasanya, Fan. Orang suka rebahan kayak gue, ya kaget di kasih kerjaan banyak gitu," balas El.

Kaifan mengangguk maklum, walaupun sejatinya dia tidak terlalu mengerti tentang kesibukan pekerjaan El.

"Lo juga, Bi. Kita di kampus jarang ketemu. Udah sehat bener 'kan?"

"Lo yang sombong ya, Fan. Gue mau ngajak kalian makan bareng di Warung Pojok susahnya setengah mampus pada sok sibuk. Gue sehat, kok," jawab Bian.

"Percaya gue, udah berisik lagi soalnya." Bian terkekeh mendengar jawaban Kaifan.

"Yang lain mana, Fan?" El bertanya.

"Yaelah, Bang. Lo kayak gak tau aja jam segini mereka masih belum sadarkan diri."

"Ya udah, bangunin dulu, gih! Gue sama Bian datang ke sini emang mau ada yang diomongin sama lo semua," titah El yang mengundang heran dari Kaifan.

"Lo mau ngomong apa, Bang? Lo mau ninggalin kost karena sekarang udah sibuk? Lo juga, Bi?"

"Apaan sih, anjir? Udah cepet bangunin tuh para beban negara. Gue soalnya mau ada urusan abis ini." El mendorong tubuh Kaifan hingga pemuda itu beranjak dari tempat duduknya.

"Iya iya, tapi gue gak janji bisa cepet ngumpul ya tuh manusia," ucap Kaifan sambil melangkah menuju satu per satu kamar penghuni kost Putera.

***

Hello, Angel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang