01. Start

5.6K 723 50
                                    

"Temen kamu yang biasa kesini itu siapa namanya? aduh mama lupa."

"Thommas?" Diva yang sedang membantu ibunya mencuci piring itu menoleh, Wanita cantik itu tertawa kecil dan mengangguk "Aku nggak banyak punya temen ma, masa sampe lupa." Ucap Diva mengatakan fakta, Wanita itu hanya tersenyum dan tertawa.

"Ajak makan kesini aja, sama Guntur juga siapa lagi satunya itu? Sammy."

Diva mengusap kedua tangannya yang basah setelah menyelesaikan cucian kotor, remaja itu mengangguk dan mengambil air mineral. Remaja itu sedikit banyak bisa bernafas bebas mengingat ibunya hanya antusias karena mengira anaknya telah bisa beradaptasi dengan orang lain.

Meski wanita itu sebenarnya masih bingung kenapa teman-teman anaknya itu nampak seperti bertolak belakang dengan siapa Diva sebenarnya namun ia memilih tidak ambil pusing karena selama ini semenjak Diva berteman dengan mereka, anaknya terlihat masih baik-baik saja dan tidak berkelakuan aneh,sepengetahuannya.

Kedua orang tuanya juga bukan orang yang mudah menghakimi ketika melihat pergaulan anak lain yang bebas, mereka hanya membatasi Diva untuk tidak terbawa namun mereka tidak melarangnya berteman dengan siapapun.

"Iya nanti diajak." Diva melempar senyum lalu bergegas pergi dengan tatapan aneh dari ibunya, wanita itu memang terlihat bingung belakangan melihat tingkah anaknya yang berubah ubah, namun yang jelas Diva nampak terlihat selalu bahagia dari hari kehari, dan itu hal baik.

Diva mengunci pintu dan menyalakan komputernya, melihat layar yang menunjukan Thommas yang sedang tertidur, kedua orang itu memang melakukan panggilan video sejak jam 6 pagi hari tadi namun karena kesibukan Diva yang selalu membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah nampak membuat kekasihnya itu kembali tidur tanpa memutuskan sambungan.

"Tomi." Panggil Diva, remaja itu dapat dengan jelas melihat wajah dan bahu Thommas dilayar besar monitor komputernya, remaja itu nampak tenang dan sangat lelap.

"Tomi bangun." Diva meraih ponselnya dan menelpon kekasihnya itu guna membangunkannya karena hanya dengan suara nampaknya ia tidak akan tersadarkan dengan cepat kecuali melalui dering ponsel, itupun kalau berhasil.

Diva tertawa kecil ketika melihat Thommas yang nampak tersentak dan meraih ponselnya dengan buru-buru saat panggilannya masuk, Thommas mengusap sisi bibirnya dan menyipitkan mata saat menoleh menatap layar laptopnya yang menunjukan Diva sedang melambaikan tangan kearahnya dengan senyum manis.

Jangan tanya apa yang ada dikepala Thommas karena ia akan mengatakn jika hidupnya sangat-sangat bagus setiap harinya, bangun dan yang pertama kali dilihat adalah senyuman kekasih? Thommas jelas sudah gila.

"Ketiduran gue yang." Thommas kembali berbaring dan menghela nafasnya sambil mengusap wajah, menoleh melihat cahaya yang menyeruak masuk disela sisi tirai blackout dikamarnya.

"Udah jam segini. Jangan mentang-mentang tanggal merah malah males-malesan." Thommas menoleh melihat Diva yang nampak menopang pipinya dengan tangan, mata remaja itu nampak menyipit karena terhimpit pipinya.

"Udah mandi yang?" Diva mengangguk menjawab Thommas "Gue mandi dulu, mau jal–"

"Mau makan disini? mama nyariin."

Otak Thommas membeku. Kapasitas otaknya memang lebih besar dari samuel namun tidak lebih besar dari Guntur, ucapan Diva yang mengejutkan itu tidak dapat langsung diproses otaknya yang beberapa minggu belakangan selalu slow respon terhadap tingkah kekasihnya itu.

"Hah?"

"Makan kesini Tomi." Ucap Diva mengulang ucapannya tanpa ragu, Diva nampaknya sudah terbiasa dengan sifat Thommas yang selalu harus membuatnya mengulang perkataan karena Thommas selalu tidak percaya apa yang didengarnya.

"O-oh, otw yang."

"Mandi dulu tapi." Thommas dan Diva tertawa bersamaan setelahnya.

"Siang tante." Thommas meletakan helmnya diatas lemari disamping pintu saat ia memasuki rumah kekasihnya itu, Diva yang nampak berdiri dibelakang ibunya itu terlihat tersenyum lebar dengan giginya yang rapi sambil mengacungkan kedua jempol kecil tangannya yang membuatnya terlihat semakin lucu hanya karena memakai kaos oversize dan celana pendek membuat tubuhnya semakin terlihat kecil.

"Loh, Ini namanya kamu dateng buat makan siang bukan buat sarapan." Wanita itu menyambut bungkusan yang diserahkan Thommas berisi beberapa macam sayur yang memang dipesan wanita itu karena tau Thommas hendak kerumah.

"Baru bangun tante." Ucap Thommas jujur. Wanita itu hanya tertawa dan berjalan kedapur membawa sayuran itu "Berapa ini Tom?"

"Nggak usah tante." Ucap Thommas saat ibu dari kekasihnya itu hendak membuka dompet mengganti uang pembelian sayur-sayuran.

"Yang bener? Waduh tante jadi nggak enak, ini nggak maksud loh ya, tante beneran nyuruh kamu makan kesini itu beneran cuma ngajak aja."

"Iya beneran nggak papa tante, besok-besok saya bawa bahan makanannya kesini minta masakin." Diva menyenggol pelan siku Thommas namun ibunya hanya tertawa "Permanen kayaknya kamu makan disini ya, bagus berarti masakan tante enak."

Thommas menahan seringainya dan menggantinya dengan senyum lebar yang nampak aneh dimata Diva "Boleh tante?"

"Ya boleh."

Thommas benar-benar menyeringai setelahnya. Diva menggedikan bahunya melihat lelaki disampingnya itu nampak semakin menjadi "Dih," Ucapnya lalu berjalan mengikuti ibunya namun sebuah sentuhan jari telunjuk dipinggul membuatnya geli.

"Heh?!"

"Sorry yang, gemes soalnya." Ucap Thommas sangat pelan nyaris tidak terdengar.

"Kamu libur semester nggak pulang emang?"

"Enggak tante, Orang tua saya yang kesini minggu depan." Thommas mengambil duduk dikursi sambil menunggu makanan dihidangkan, Diva yang sudah tau mengenai rencana kedatangan orang tua kekasihnya itu nampak tidak terkejut dan dengan santai menyajikan beberapa masakan diatas meja.

Thommas meraih ponselnya dan mengambil beberapa foto Diva yang nampak menyajikn masakan tanpa meminta persetujuan, Diva yang terkejut nampak hendak meraih ponsel Thommas namun lelaki itu dengan cepat menyimpannya disaku celana.

Diva berhenti dan Thommas yang tersenyum menaikan alis "Nih ambil." Ucap Thommas menyodorkan paha kirinya tempat ia menyimpan ponsel disaku.

Diva mengigiti bibirnya gemas dan kesal diwaktu bersamaan dengan Thommas namun ia lebih memilih mengacuhkannya karena selain itu daerah yang tidak mungkin hendak dijangkaunya—setidaknya saat ini, kebaraan ibunya pun membuatnya sedikit was-was.

"Guntur jarang kesini kenapa Div?"

"Sibuk sama Sammuel." Ucap Thommas menjawab cepat, entah kenapa nama Guntur selalu menjadi masalah baginya saat ini apalagi itu menyangkut dengan Diva meski kenyataannya Guntur sendiri tidak tahu menahu tentang apapun itu.

"Oh..pantes jarang kesini."

Thommas mengangguk dan dengan santai menyuap makanan dipiringnya, Diva mengambil duduk disamping Thommas "Kalian makan aja ya,"

"Loh? nggak makan tante?"

"Udah, kamu kesininya telat." Ucap wanita itu meletakan cangkir berisi air.

"Diva?"

"Dia belum makan." Ucap wanita itu lalu berjalan menjauh, Thommas menoleh dan menatap Diva disampingnya yang nampak berdehem dengan wajah bersemu tipis.

"Lu belum makan dari pagi Div?"

Diva tidak menjawab meski wajahnya semakin terlihat bersemu.

"Lu nunggu gue dateng baru makan?"


To be continued.

"Bang kok tetep di update? kan di Pre Order?"

Ya memang tetap di update versi WP, Versi PO itu yang lebih lengkap.

PUBLIXXENEMY

FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang