03. Out of mind

5K 668 48
                                    

Guntur menatap aneh Thommas yang berdiri disampingnya "Apaan sih?"

"Lu yang kenapa?"

Thommas mendengus dan melihat-lihat sekitar seperti mencari sesuatu "Lu kalo mau nyari Diva ya sampe ke kelasnya lah kenapa sih, lu berdua juga sekelas kan?"

"Nggak, gue nggak mau liat Diva."

Guntur dengan cepat menoleh menatap Thommas yang juga menoleh menatapnya "Bukan gitu maksud gue anjing!" Thommas nampak sudah mengantisipasi kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi karena ucapannya.

"Terus?"

"Y-ya nggak papa." Thommas dengan cepat merebut tasnya saat seorang anak kelas dua datang membawakan benda berisi jersey basket milik Thommas dan peralatan lain miliknya sebelum berangkat bertanding disekolah lawannya.

"Yan—Pergi sendiri? nggak ngajak Diva lu Tom?" Sammuel yang hendak memanggil kekasihnya itu dengan cepat menoleh melihat Thommas yang nampak terburu-buru.

Thommas menggeleng dengan cepat dan memasang helmnya, meninggalkan pandangan kecurigaan dari Sammuel dan Guntur yang masih setia berdiri "Ayo." Ucap Guntur menyadarkan kekasihnya dari lamunan itu.

Sammuel menganguk dan memasang helm, Guntur menegakkan tubuhnya menahan sepeda motor besarnya itu daat Sammuel menaiki seat penumpangnya.

"Itu anak aneh banget." Ucap Guntur, Sammuel sedikit mencondongkan tubuhnya "Biasa, Thommas nggak bakal fokus main kalo ada Diva."

Guntur memang mengetahui fakta tentang Thommas yang mudah merasa salah tingkah saat bersama dengan Diva namun ia tidak mengetahui jika range dampaknya akn sebesar itu hingga mengacaukan fokusnya pada sebuah aktivitas.

Diva terdiam cukup lama didepan seorang guru BK setelah mengisi beberapa formulir guna kelengkapan menuju jenjang masuk universitas nanti. remaja itu meremat kedua tangannya menahan sebuah ucapan yang sedari tadi hendak ia lontarkan.

"B-bu, Thommas ad—"

Wanita yang duduk didepannya itu nampak bingung ketika Diva menghentikan ucapannya "Thommas? Dia nggak ada bilang sama kamu?" Wanita itu nampak bingung karena Diva dan Thommas merupakan teman satu kelas bahkan satu meja.

"Saya nggak ada nanya." Jawab Diva mengelak, sebenarnya ia sudah beberapa kali bertanya namun selalu salah waktu dan tidak pernah mendapat jawaban jelas dari kekasihnya itu.

"Dia juga daftar satu universitas sama kamu, satu prodi malahan." Diva membulatkan kedua bola matanya saat mendengar ucapan guru itu, Mendapati Fakta jika Thommas mendaftar masuk jurusan Desain Komunikasi Visual membuatnya cukup terkejut, bahkan sangat terkejut.

"O-oke makasih bu." Diva berdiri dari kursinya dengan cepat keluar dari ruangan dan menekan kontak Thommas di smartphonenya, namun sambungan itu selalu terputus.

Diva melihat jam yang menunjukan pukul setengah dua siang hari dan teringat jadwal
pertandingan Thommas, remaja itu menggeram tipis dan dengan cepat berlari sambil memesan tumpangan.

kursi dan meja Thommas dikelas telah rapi, remaja itu memang benar menghilang tanpa sepengetahuannya, membutuhkan waktu sekitar 15 menit saat Diva tiba disebuah sekolah yang ia ketahui tempat bertanding tim
basket kekasihnya itu.

Diva menghela nafas dan mengumpulkan keberanian memgingat petandingan basket dan pertemuan dua sekolah selalu dipenuhi orang-orang yang tidak sedikit jumlahnya, Diva melangkah pelan, melihat kerumunan siswa siswi yang berjalan menuju lapangan indoor tempat pertandingan berlangsung, Diva dengan mudah mengenali Thommas meski remaja itu sedang berlari kencang disisi lapangan menghadang pemain lawan yang mendekat kearah bola dari timnya.

FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang