11. Bubble

3.6K 549 120
                                    

Jenny ( I wanna ruin our friendship) - Studio Killers
.
.
.
.

🎶 Jenny, darling, you're my best friend
But there's a few things that you don't know of
Why I borrow your lipstick so often
I'm using your shirt as a pillow case

"Ini mau? ini abis dicuci Dip." Diva tertawa kecil melihat Thommas hendak melepas Hoodienya.

"Nggak usah, itu mah bau pewangi, yang ini bau kamu." Diva memeluk guling miliknya yang sudah lama dipasangi hoddie milik Thommas itu, Thommas mengulum senyumnya dan terlihat sangat tidak natural.

"Dip, gue boleh nyium nggak?"

"Nih." Diva menyodorkan gulingnya dan sontak membuat Thommas tertawa "Bukan gulingnya, tapi nyium lu maksudnya." Ucap Thommas, Diva tersadar akan kebodohannya dan dengan cepat menyembunyikan wajahnya pada guling dipelukannya itu.

"Nanti aja, aku malu!" Ucap Diva menjauhkan gulingnya dan membuat wajah yang dibuat seolah tegar meski kedua pipinya tetap bersemu.

Thommas hanya menghela nafasnya bukan krena bosan melainkan helaan nafas sabar yang harus selalu ditahannya untuk tidak berbuat lebih lanjut pada Diva.

Hubungan mereka yang sudah berjalan hampir 6 bulan itu nampak tidak ada progress berarti, Mungkin hanya saat ini bedanya Thommas dan Diva sudah tidak sungkan saling bertamu dikediaman masing-masing bahkan untuk Thommas setelah adiknya pindah tinggal satu kost dengannya remaja itu lebih sering menginap dirumah Diva meski harus tidur dilantai dengan bedcover.

Terdengar menyedihkan namun bagi Thommas hal itu beda cerita karena Diva juga tidur disampingnya.

Bahkan mungkin jika harus tidur langsung diatas lantai tanpa alas dan bantal asal itu bersama Diva lelaki 19 tahun itu tidak akan pernah keberatan.

Kudos to his stupid level of loving his boyfriend.

Diva bergerak kecil dan mendekat kearah Thommas yang nampak sedang asik bermain game mobile itu, Diva nampak cukup lama memperhatikan wajah Thommas yang nampak serius dengan kedua tangan lincahnya.

"Ikut Tim kampus aja nanti Ay, biasanya ada kan divisi game?" Thommas sempat hendak tersedak mendengar panggilan Diva untuknya, meski ia berusaha keras untuk tetap stay cool agar tidak terlihat terlalu berlebihan meski hatinya sudah porak-poranda.

"Kalo sempet sih ikut, tapi maunya basket aja tetep, main game cumu selinga—" Thommas memotong ucapannya saat Diva beringsut masuk diantara tangannya, menatap layar ponsel kekasihnya itu.

"Eh, sama Guntur?" Diva tersadar jika kekasihnya itu sedang bermain dengan Guntur dan Leon.

Thommas yang pandangannya terhalang total oleh kepala Diva itu hanya bisa diam ketika aroma shampo milik Diva tercium langsung pada hidungnya, melihat helaian rambut kecil lurus yang jatuh dan sebuah pusaran tepat didepan matanya. Thommas tanpa sadar memajukan wajahnya dan mengecup Diva tepat diujung kepalanya.

"Buta map kata Gun—" Diva terdiam dengan cepat meski ia membaca live chat dari Guntur itu untuk kekasihnya saat merasakan sebuah ciuman mendarat dikepalanya.

🎶 I wanna ruin our friendship
We should be lovers instead
I don't know how to say this
'Cause you're really my dearest friend

"Kontolll!!!" Guntur menoleh dengan cepat setelah menghisap batang rokoknya, Melihat Thommas frustasi bukanlah hal baru baginya.

"Kenapa lagi sih lu Tod?" Gerald menaikan alisnya, Irfan yang baru tiba itu meletakan helm dan berjalan kearah barista untuk memesan kopinya.

FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang